"Ramai sekali" gumam Ren Di melihat sekeliling dipenuhi dengan orang berlalu-lalang untuk berbelanja maupun bermain di Timezone."Kalian ingin bermain apa?" tanya Zaedyn menatap mereka bertiga.
"Aku ingin main capit" ujar Ren Di sambil menarik lengan Letta.
"Kau ingin boneka mana" ucap Ren Di sambil memasukkan koin.
"Hum mungkin boneka anak anjing" balas Letta sambil menujuk boneka tersebut dengan tatapan gemas.
Bahkan tangannya tanpa sadar meremas tali tas. Zaedyn melihat mereka berdua begitu antusia hanya bisa tersenyum lirih.
Percobaan pertama Ren Di gagal karena capit tidak pas mencapit boneka itu. Alhasil boneka itu terjatuh kembali.
Tak pantang menyerah Ren Di mencoba lagi namun tetap saja gagal membuatnya seketika badmood.
"Tak apa masih ada permainan lainnya" ujar Letta terkekeh.
Ren Di hanya menghentak kan kaki kesal, "Jangan memasang wajah seperti itu" ucap Zaedyn menarik Ren Di pergi membuat Letta ingin ikut jadi terhenti karena seseorang menahan tangannya.
Ternyata Xavier menahan tangannya, Ia kira orang asing nyatanya bukan.
"Ingin boneka ini?" tanya Xavier menunjuk boneka anak anjing di dalam mesin capit tersebut.
Dengan ragu Letta menggangguk "Jika kamu tak bisa jangan di paksakan" ucap Letta merasa sungkan.
"Siapa bilang aku tak bisa" remeh Xavier dan memasukkan koin kedalam mesin capit.
Seperti Ren Di, percobaan pertama gagal namun Xavier tak menyerah mati-matian mencoba hingga ke 9 kali.
Letta yang melihat itu hanya bisa menyemangati Xavier, sungguh kakinya sudah sangat lelah berdiri sedari tadi. Bahkan Zaedyn dan Ren Di tak kembali semenjak mereka pergi.
Usaha tak mungkin mengkhianati hasil, Yap Xavier berhasil mendapatkan boneka anjing itu dan memberinya kepada Letta.
"Sangat mudah bukan" kekeh Xavier yang bangga atas pencapaiannya walaupun harus gagal sebanyak 9 kali percobaan dan berhasil dengan percobaan terakhir.
"Terimakasih" tulus Letta sambil tersenyum menatap boneka anak anjing itu.
Xavier menatap Letta dan mengangguk. "Oh ya kemana perginya mereka?" tanya Letta.
"Aku tak tahu" jawab Xavier.
"Bagaimana jika kita bermain ice skating?" ajak Xavier.
"Ah tidak-tidak aku tak berani" takut Letta.
"Tak apa ada aku jika terjadi sesuatu padamu" ucap Xavier.
"Bukankah terlalu berbahaya jika pemula seperti ku bermain ice skating aku takut jatuh apalagi sampai terpeleset" balas Letta menolak ajakan Xavier.
Memegang tangan Letta, lalu menarik dan memaksanya bermain ice skating.
"Xavier aku tak mau" bisik Letta pada Xavier ketika mereka sudah sampai di tempat permainan ice skating.
"Xavier" lanjut Letta.
"Ada aku" ucap Xavier, Letta hanya bisa pasrah ketika Xavier tengah mengambil sepatu seluncur dan memakaikan padanya.
Selesai memasang sepatu untuk Letta, Xavier berdiri dengan enteng membuat Letta yang sedang duduk tidak mau berdiri.
"Kamu saja yang bermain aku tidak" kesal Letta.
"Berdiri aku akan memegang mu" kata Xavier mengulurkan tangan sebagai pegangan.
Dengan ragu Letta berdiri awalnya ia berpegang pada tempat duduk bahkan kakinya menolak untuk berdiri karena posisinya yang sekarang adalah menunduk sambil menatap ke bawah lapangan ice skating.
KAMU SEDANG MEMBACA
His Little Princess
Teen Fiction• • • Tentang pertemanan kemudian menjadi sepasang kekasih antara Letta dan Xavier, Xavier si manusia paling cuek dalam segala hal tapi tidak jika itu dengan Tuan Putri Kecil-Nya, Letta.