Setelah berpikir panjang, Scene akhirnya memutuskan untuk bergabung di Regis bersama Keth, Kinn dan Kim. Menurutnya, unit yang biasa ia tempati sekarang sudah terbilang kecil meskipun dirinya hanya tinggal seorang diri. Namun tidak dapat dilupakan bahwa ia juga membutuhkan ruangan yang lebih luas demi menunjang karirnya sekarang. Apalagi setelah ia juga mengetahui bahwa unit yang Regis miliki—yaitu yang akan ia tempati nantinya memiliki kamar utama yang lebih luas, maka itu sangat cocok dengan tujuannya untuk membuat studio pribadi.
Scene kini sedang melaksanakan survei bersama dengan seorang Asisten Manajer Properti yang akan mengurus segala pemberkasan sampai dengan tanda jadi unitnya. Senyum puas terpatri di wajah Scene ketika menjumpai bagaimana rupa dari unit yang akan menjadi tempat tinggal barunya ini—sangat pas dengan seleranya. Tidak terlalu maskulin namun juga tidak terlalu feminim. Bahkan, si Asisten Manajer turut menyampaikan bahwa di lantai unit yang Scene pilih sekarang, memang diperuntukkan untuk dihuni oleh orang-orang yang kesehariannya berkecimpung pada dunia seni, sehingga diharapkan para penggiat seni yang tinggal disini bisa terus mendapatkan inspirasi tanpa merasakan sesak sedikitpun. Itulah mengapa desain interiornya—jika Scene amati lagi, memang terkesan santai namun kepemilikan valuablenya tetap tinggi dan kompleks.
Ia kemudian membawa langkahnya menuju sebuah kamar mandi yang terletak di ujung lorong. Begitu membuka pintu kamar mandi—seketika tubuhnya kelu dan tarikan nafasnya menjadi berat. Scene berdiri mematung dan tidak sadar meremas gagang pintu kamar mandi erat. Pandangannya memburam bersamaan dengan dirinya yang menyaksikan ruangan bernuansa putih itu memiliki satu bathtub besar yang menempel pada bagian dinding. Scene lalu mencoba memejamkan kedua matanya—berusaha untuk mengendalikan diri. Satu ingatan seperti memaksa masuk, dan dengan gesit ia langsung menutup pintu kamar mandi itu kembali—kemudian berlari sambil menutup mulutnya. Di ujung sudut matanya sudah berair bersamaan dengan dirinya yang juga ikut terduduk lemas di depan kabinet dapur.
"Mbak Scene baik-baik saja?" tegur si Asisten Manager yang memandangnya dengan tatapan khawatir. Scene mengangguk, lalu berusaha untuk berdiri. "Maaf, saya rasanya tiba-tiba kurang enak badan," jawabnya beralasan. "Maaf ya," lanjut Scene lagi.
"Muka Mbak pucat sekali, mungkin kalau ingin kita hentikan dulu sesi kunjungannya tidak apa-apa. Boleh dilanjutkan besok atau kita lakukan penjadwalan ulang lagi di lain hari," tawar si Asisten Manajer memberikan solusi.
"Oh tidak-tidak. Tidak apa, mungkin hanya karena saya kurang mendapatkan waktu istirahat saja."
"Menjadi pelukis pasti berat ya, Mbak?"
Scene hanya menanggapi dengan senyum tipis pertanyaan dari si Asisten Manager. "So far saya cocok saja dengan semuanya. Tetapi, ada beberapa furniture yang ingin saya ubah nantinya, apa bisa?"
"Bisa, Mbak. Hubungi saja kami nanti, ya."
"Dan...." Scene memberikan jeda sembari menarik nafasnya pelan, mengatur ritme suara sebelum melanjutkan. "Untuk kamar mandi utama apa bisa diubah desain interiornya secara full? Saya hanya merasa kurang cocok, disana. Menurut saya terlalu terang. Mungkin, bisa diubah dengan tema yang lebih hangat."
"Baik, Mbak. Tapi mungkin akan membutuhkan waktu untuk mengubah hal tersebut, apa Mbak tidak keberatan? Karena kita harus mencocokkan lagi dengan desain, ketersediaan bahan dan lainnya. Lalu, ada tambahan biaya juga yang harus dibayarkan karena sifatnya mengubah secara keseluruhan," jelas si Asisten Manajer kepada Scene.
"Tidak masalah. Nanti atur saja pertemuan saya dengan desainernya ya. Untuk pemberkasan nanti ada perwakilan dari Ayah saya yang ikut membantu, sebentar akan saya kirimkan kontaknya."
Si Asisten Manager yang meneman Scene hanya menganggukkan kepalanya—tanda bahwa apa yang Scene minta dan sarankan diterima oleh pihaknya dengan baik. Keduanya lalu berbincang dengan topik-topik lainnya lebih dalam sebelum akhirnya memutuskan berpisah dan menentukan jadwal pertemuan kunjungan selanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Skies are Drawing
RomanceBARIS PERTAMA TANGERINE✓ Tentang termuda Changkham dan si bungsu Caskey yang terkasih, Scenery Caskey, ikatan yang melampaui waktu. Selama hampir lima belas tahun, tak pernah terpisahkan, terkoneksi abadi bagai bintang-bintang indah di langit. "Scen...