TIGA PULUH ENAM

275 23 16
                                    

"Beruntung hanya lima lukisan yang terkena dampaknya kali ini, lalu bagian inti juga masih aman. Hanya saja kita harus mengganti bingkainya segera dan satu lukisan yang terlihat harus cepat-cepat untuk dilakukan restorasi," terang Arina kepada Scene yang dibalas wanita itu dengan anggukan setuju. "Dua puluh lima lukisan lainnya memang belum sempat dipindahkan karena waktu kantor kemarin sudah berakhir, sehingga direncanakan untuk dilanjutkan pada hari ini."

"Tuhan masih berbaik hati karena kita cepat melihatnya, Arina," balas Scene mencoba dengan suara tenang meskipun dirinya saat ini tengah dilanda rasa panik. Pasalnya, tiga puluh menit yang lalu, ia mendapatkan panggilan bahwa dinding ruang penyimpanan karya dikabarkan tiba-tiba bocor dengan air yang mulai terlihat merembes dan menggenangi lantai. "Perintahkan bagian produksi untuk segera mengganti bingkai-bingkai lukisan, cek lagi dengan lebih teliti takutnya ada kerusakan yang terlewatkan. Jangan sampai kedepannya lukisan akan berjamur atau rusak sebelum pagelaran dimulai." Scene mulai menginstruksikan beberapa arahan kepada para stafnya. "Kemudian, Arina tolong kontak siapapun Ahli Restorasi yang bisa mengerjakan perbaikan secepatnya, jangan lupa untuk melakukan diskusi terlebih dahulu dengan pelukis aslinya. Kita tentu membutuhkan persetujuannya."

"Baik."

"Kontak bagian konstruksi untuk cepat melakukan pengecekan pada material dan kerangka gedung, sehingga kita bisa melakukan antisipasi lebih dahulu," lanjut Scene sambil mengetuk-ngetukkan jari pada dinding. Ia tidak tahu kapan terakhir gedung ini dilakukan pengecekan atau renovasi, Scene sangat buta terhadap hal tersebut. "Untuk sementara ruangan bagian selatan yang akan digunakan. Saya minta tolong kali ini, sebelum semua barang dipindahkan, cek kembali apakah ruangan tersebut akan memiliki possibilities untuk bisa terjadi sama seperti di ruangan ini atau tidak. Pastikan semua clear, begitu juga dengan kelembaban udara tolong dikontrol kembali dengan lebih teliti."

"Terakhir, Arina tolong kumpulkan semua Kepala Divisi, kita akan melaksanakan meeting darurat empat puluh menit lagi untuk membahas perihal ini lebih lanjut," ucapnya terakhir yang kemudian dibalas anggukan oleh Arina. Asistennya itu bergegas untuk memanggil semua Kepala Divisi untuk melaksanakan meeting darurat, sementara staf lain yang sedari tadi sama berdiri di ruangan dengannya juga telah berpamitan lebih dahulu.

Scene menghembuskan nafasnya berat dan ia meletakkan telapak tangannya di dahi. Kemudian memperhatikan bagian dinding yang kini tampak basah akibat rembesan air dan memainkan sepatunya pada genangan air yang menggenang di lantai akibat dari kebocoran yang terjadi. "Rin, bisa lihat satu lukisan yang dibutuhkan restorasi tadi?" pintanya kepada Arina. Mereka berdua kemudian berjalan ke luar, menuju ruangan lain yang menyimpan lukisan-lukisan yang telah dievakuasi sementara.

Satu lukisan dengan tema still life yang komposisi pewarnaannya berpadu antara cat air dan akrilik itu kini tampak dalam beberapa sisi mengalami kelunturan. Tepatnya pada bagian-bagian yang dicat menggunakan cat air. Scene memandangi lukisan tersebut, memperhatikannya dengan seksama, mengira-ngira akan seberapa lama lukisan ini nantinya membutuhkan waktu untuk mengalami perbaikan. Ia memasang sarung tangan katun dan mulai melakukan pemeriksaan sedikit. "Bagian sisi kiri canvas basah. The worst case is, bagian yang menggunakan cat air sepertinya tidak dilapisi dengan cairan varnish sehingga menjadi seperti ini. I quite understand, karena tujuan dari lukisan ini memang ingin menonjolkan efek blurring yang sempurna namun tetap memiliki dimensi dan kehidupan."

Arina mengangguk kecil dan ikut berjongkok di samping Scene untuk sama-sama memperhatikan. "Melukis dengan cat air adalah hal yang paling rumit karena konsistensi warna dan air harus benar-benar diperhitungkan. Hah, I always remember how stressful it is when the lecturer asks me to do this. I prefer to skip my class."

"Same. My grades always suffer when I have to paint with watercolor only." Scene tertawa, ikut menimpali. Ia mengingat bagaimana masa-masa perkuliahannya dulu berjalan, dan kelas praktek melukis hanya dengan menggunakan cat air adalah satu subyek yang selalu membuatnya harus menarik nafas dengan sangat keras sebelum sesi perkuliahan dilaksanakan. "I hope we haven't disappointed the artist with this, Rin. Aku benar-benar paham bagaimana rasanya jika sebuah karya yang sangat kita banggakan tiba-tiba mengalami kerusakan," lanjutnya penuh kekhawatiran. "Semoga ini bukan pertanda buruk."

Just Skies are DrawingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang