Scene mengerjapkan mata ketika mendengar suara bel apartemennya yang seperti ditekan berulang kali menyebabkan suara berisik dari bel tersebut menggema di seluruh ruangan. Mengerang, ia melenguh dengan mata yang masih terpejam tidak lupa sekaligus menggerutu sebal. Siapa yang mengganggu tidurnya saat ini, padahal ia baru saja bisa memejamkan matanya pada pukul satu siang setelah semalaman begadang mengerjakan lukisan di studio miliknya.
Berjalan dengan sempoyongan, Scene menekan intercom dan bersuara. "Maaf, siapa ya?"
"Selamat sore, Mbak Scenery. Kami dari pihak delivery parcel kebetulan ada titipan untuk mbak...."
Oh, sudah sore?
"Taruh di depan pintu aja ya, Pak. Nanti saya ambil." Ia mengacak-ngacak sisi rambut kanannya karena pening. Biasanya tiap titipan akan diletakkan di resepsionis terlebih dahulu.
"Permisi Mbak Scenery, saya Raden dari keamanan. Ini paketnya besar sekali Mbak, sepertinya barang elektronik ya. Jadi disarankan untuk dibawa masuk ke dalam langsung saja. Takutnya, akan mengganggu jalan penghuni lain. Dan informasi dari kurir, ada beberapa dokumen serah terima yang harus Mbak Scenery tanda tangani secara langsung," terang Raden membuat Scene lantas semakin bingung.
Sebentar? Barang besar? Seperti elektronik?
Ia mengingat-ngingat lagi.
Seingatnya, ia tidak ada memesan apa-apa.
"Tunggu." Scene akhirnya mengalah dan mengambil jubah tidur hitam miliknya. Ia buru-buru mengikat rambutnya asal.
Begitu ia membuka pintu, wanita itu ternganga. Sebuah benda berukuran layaknya sebesar kulkas kini tengah bertengger di hadapannya. Bukan kulkas kali ini, namun sebuah box besar berisikan banyak boneka di dalamnya.
Dan ia jelas tahu siapa oknum yang menepati ucapannya tempo hari.
"Bagaimana, Mbak? Boleh langsung dipindahkan saja ke dalam?"
"Ha?" Scene membalas asal dengan spontan. Sedetik kemudian, kesadarannya kembali. "Oh, maaf dari siapa ya, ini?" tanyanya mencoba memastikan dengan mata yang sedikit menyipit.
"Disini tertulis Jovie...."
Ah sudah.
Scene menarik nafasnya lagi. Jovie adalah asisten pribadi Kim. Jelas bahwa kelakuan tak masuk akal kali ini berasal dari sahabatnya itu.
"Oke bawa masuk aja ke dalam. Terimakasih ya, Pak."
*****
Duduk di atas sofa sambil memeluk kedua kaki yang sengaja ia angkat, Scene menyoroti dengan tajam mesin capit boneka yang kini terletak di samping televisi miliknya. Wanita itu menarik nafasnya dalam-dalam dan menekan nomor Kim pada ponsel ditangannya.
"Turun sekarang," perintah Scene tanpa basa basi begitu pada dering ketiga panggilannya terhubung.
"Gue baru jalan dari kantor." Kim membalas di seberang sana. "Iya, sepuluh menit tunggu disitu, gue naik. Okay?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Skies are Drawing
RomanceBARIS PERTAMA TANGERINE✓ Tentang termuda Changkham dan si bungsu Caskey yang terkasih, Scenery Caskey, ikatan yang melampaui waktu. Selama hampir lima belas tahun, tak pernah terpisahkan, terkoneksi abadi bagai bintang-bintang indah di langit. "Scen...