"Ada yang sakit badannya? Kasih tahu aku. Tangan kamu? Atau kaki kamu ada yang tidak sengaja terinjak?" Kim terus berbicara sementara Scene hanya menatapnya dengan ekspresi penuh kebingungan. "Maaf aku terlambat. Seharusnya dari satu jam yang lalu, aku sudah bisa sampai disini sesuai dengan yang diestimasikan. Sayangnya pesawat kami tidak bisa landing tepat waktu karena cuaca yang kurang baik," jelas Kim.
Scene lantas menggeleng sekaligus menangkap tangan Kim yang memeriksanya penuh kekhawatiran. "Why are you here?"
"I'll accompany you to New York," jawab Kim mantap.
"But—do you have a ticket?"
"We'll fly on our own."
"Pardon?"
"I'm sorry if it seems like I have to cancel all your tickets. Kita terbang dengan pesawat keluarga, ya," kata Kim. "Akan jauh lebih aman, sekaligus kalian semua bisa beristirahat jika kita menggunakan penerbangan pribadi. Termasuk kamu," tunjuknya kepada Scene. "Kamu juga sangat membutuhkan istirahat. Karena begitu kita sampai di New York, kamu harus langsung berkunjung ke kantor RêveuseA. Bukan begitu?"
"Kim, we've already booked first and business class seats. Kamu jangan khawatir—ini penerbangan internasional, tidak ada yang mengenali kami semua, termasuk aku," sanggah Scene.
"Scenery, how can you guarantee that? Melihat bagaimana tadi mereka semua menyerbu kamu, aku sangat tidak yakin. Kamu tahu, ada beberapa orang yang tadi ikut berkerumun dan sepertinya, mereka juga akan satu flight dengan kalian semua." Kim melayangkan pandangannya ke sekitar sekaligus menjumpai beberapa orang yang terlihat mencuri-curi pandang ke arah mereka—tengah berbaris di area check in counter saat ini. Membuat Scene dan rombongan lantas juga ikut menoleh, lalu Theo—yang ikut mengawal Scene sejak awal, berakhir memberi isyarat dengan anggukan. "Mereka sepertinya bukan berasal dari media, tetapi sangat aktif ikut memotret kamu entah untuk kepentingan apa."
"Gosh, I'm not Canny." Scene mengeluh gusar. Ia lalu mengamati satu persatu para staf yang ikut bersamanya, terlihat menyerahkan segala keputusan kepada dirinya. Sama halnya dengan Kim, lelaki itu bahkan sudah mengulurkan telapak tangan—menunggu disambut oleh Scene. "Alright, I'll go with you. Thank you, K." Wanita itu berakhir memutuskan sekaligus meraih tangan Kim. Semua dari mereka langsung memutar arah—dengan melangkah ke area pintu keberangkatan yang berbeda.
Selama dalam perjalanan, hingga masuk ke dalam pesawat pribadi milik keluarga Changkham, baik Kim dan Scene tidak melepaskan genggaman tangan mereka sama sekali. Genggaman itu mungkin terlepas karena keduanya yang duduk berseberangan, namun Kim tidak melepaskan sedikitpun fokusnya dari Scene seraya terus menggurat senyum tipis. Begitu pula dengan Scene yang sesekali berdehem, dan memilih untuk mengamati pemandangan luar melalui jendela pesawat—berusaha menahan rasa salah tingkahnya.
"Apa?" Scene menegur Kim berani. Lelaki itu tengah duduk santai di kursinya dengan mengangkat satu kaki bersilang. Mengenakan kemeja putih dengan dua kancing bagian atas yang sudah terlepas serta melipat sepasang lengan kemejanya hingga tiga perempat.
Kim tidak menjawab, melainkan memilih untuk meraih tangan Scene lagi dan mengecup punggung telapak tangan wanita itu dalam. Satu tangan yang lain menyentuh blue sea headband yang dikenakan oleh Scene saat ini. Riasan wajah yang tipis, dipadu bersama ruffle white skirt serta cardigan biru laut membuat wanita itu terlihat begitu anggun dan hangat. "Captivating, as always," puji Kim yang sontak membuat kedua pucuk pipi wanitanya bersemu kemerahan seperti apel fuji. "Cantik sekali."
Scene lantas ikut menunduk menyamai posisi Kim serta mendekatkan wajahnya. Ia tersenyum penuh namun diselimuti niat usil. "Ew, so cheesy," cibirnya meledek. "Why? Do you think you have the authority to freely say that to me now? Hm?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Skies are Drawing
RomansaBARIS PERTAMA TANGERINE✓ Tentang termuda Changkham dan si bungsu Caskey yang terkasih, Scenery Caskey, ikatan yang melampaui waktu. Selama hampir lima belas tahun, tak pernah terpisahkan, terkoneksi abadi bagai bintang-bintang indah di langit. "Scen...