LIMA PULUH SATU

269 22 12
                                    

"Terima kasih sudah mau datang, Kim," ucap Aries yang baru saja duduk di kursi ruang kunjungan. Setelah sekian waktu, akhirnya Aries bisa bertemu dengan Kim melalui pesan terakhir yang ia kirimkan. Meskipun awal ia sempat ragu karena pesan-pesan terdahulu yang dikirimkannya tidak pernah digubris sama sekali.

"Ada apa, Aries?" tanya Kim singkat. "Jika ini tentang Meenara aku sudah berpisah dengannya baru-baru ini."

"Oh—syukurlah," kata Aries yang membuat Kim lantas menautkan sepasang alisnya—bingung. "Apa yang pernah dia katakan tentang hubungan kami, Kim?"

Kim belum mau menjawab dan hanya menatap Aries dengan sorot mata penuh keraguan.

"Dia memiliki tujuannya sendiri, bukan kamu. Tetapi, Scenery."

Mendengar nama Scene lantas membuat Kim langsung memberikan responnya. "Kenapa dengan Scenery?"

"Aku tidak tahu apa yang dia coba lakukan saat ini, tetapi Meenara memiliki dendam yang sangat besar kepada Scenery." Aries tampak serius. "Aku baru saja melihat televisi kemarin dan menyaksikan bagaimana Scenery saat ini tengah terseret pada kasusnya yang beruntun."

"Meenara pasti ada di belakangnya, rubah kecil." Kali ini Aries tertawa. Ia mengusap wajahnya dan menggeleng seperti tidak percaya. "Dendam dia bukan hanya sebatas bagaimana kalian dulu berpisah karena ada alasan Scenery di dalamnya—tepatnya, dia menggunakan itu untuk memperdayai kamu, Kim. Ada sesuatu yang lebih besar terjadi hampir dua tahun yang lalu, dan ini berkaitan dengan Scenery, lalu kehancuran seluruh keluarga Meenara."

"Aku tidak bisa menceritakan lebih panjang karena kamu bisa menanyakannya langsung kepada Meenara. Yang jelas, keputusan kamu saat ini untuk berpisah lagi dengannya sudah sangat benar," tutur Aries yang lalu melirik ke jam dinding yang terpasang tidak jauh dari pandangannya. Mereka hanya diberikan waktu lima belas menit untuk bisa berbicara. "Sekarang, tentang apa yang pernah dia ceritakan terkait aku, Kim? Karena aku tahu, tidak mungkin dia menceritakan mengenai aku yang sudah lama menjadi pecandu, bukan?"

"Dia mengatakan kamu terus memukulnya."

"Apakah dia selalu datang dengan wajah memar?"

"Beberapa kali."

"Jadi karena itu kalian kembali bersama?"

"Aku pernah memiliki janji dengan Meenara sebagai tebusan atas kecerobohanku dahulu ketika kami berpacaran. Aku sangat merasa bersalah, karena menerima pengakuan Meenara hanya untuk mencoba mengelabui rasa cemburuku kepada Scenery yang tiba-tiba berpacaran dengan orang lain," kata Kim. "Aku sudah berusaha semampuku untuk bisa mencintai Meenara waktu itu—seperti yang telah kami sepakati, namun ternyata tetap tidak bisa. Aku sadar, jika ini semakin lama dilanjutkan, hanya menyakiti Meenara lebih banyak lagi. Akhirnya aku berkata jujur dan Meenara juga demikian, ia bisa menerima keputusan kami dengan baik. Dari situ janji itu terbentuk—sebagai permintaan maaf. Satu janji jika dia membutuhkan bantuanku, dia bisa datang kepadaku kapanpun untuk menagih itu."

Aries kemudian memutar bola matanya lelah. "Aku tidak pernah memukulnya sama sekali, Kim. Membentaknya saja aku tidak berani karena aku tahu seberapa rapuh, Meenara. Bagaimana bisa aku memukul seseorang yang sangat aku cintai, sangat di luar nalar," ujar Aries yang semakin terkejut karena luar biasanya Meenara dapat berbuat sejauh ini. "Kamu mungkin tidak percaya, tetap aku jujur sangat mencintai Meenara, Kim. Sejak pertama kami bertemu, sampai memiliki hubungan, aku berjanji untuk mengembalikan semua miliknya yang sementara hilang. Hanya saja, wajar dia meninggalkanku yang seorang pecandu dengan kondisi keluarga yang sudah seperti ini," lanjutnya.

"Dia datang dan meminta bantuan untuk diberikan perlindungan, selagi dia menyiapkan berkas tuntutan kamu, Aries. Tetapi, aku tidak tahu bahwa tuntutan tersebut malah dikeluarkan untuk kasus kamu yang ini."

Just Skies are DrawingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang