Scene menggeliat pelan dalam tidurnya saat merasakan cahaya matahari mulai menusuk perlahan pada netranya. Menyipitkan mata sedikit—meskipun terasa susah baginya, ia kemudian meraba-raba tempat yang ia tiduri sekarang. Seketika Scene termenung, tempat tidur ini jelas bukan miliknya. Ini adalah tempat tidur Kim—bagaimana bisa ia tiba-tiba tertidur disini padahal jelas ia ingat bahwa dirinya tadi malam tertidur di sofa panjang di ujung ruangan. Apakah ia berjalan dalam tidurnya? Kim juga tampak tidak ada di sebelahnya sekarang.
Begitu membuka pintu kamar, bau masakan langsung menguar dan masuk ke dalam indra penciuman wanita itu. Dengan langkah seribu, Scene langsung turun dan menemukan Kim yang sedang sibuk di area kitchen island—sedang berkutat dengan aktivitas memasak.
"Did I not sleepwalk last night, right?" serobot Scene sembari berjalan menghampiri Kim. Telapak tangannya juga langsung ia letakkan pada di dahi Kim—memeriksa suhu tubuhnya. "It's good now. Pusing nggak?"
"Good morning." Kim membalas pertanyaan Scene dengan jawaban lain sambil tersenyum cerah kepada sahabatnya itu.
Mendengar respon dari Kim, Scene hanya mendengus dan memajukan bibir bawahnya seperti merajuk. "Oh, morning!" lanjutnya malas.
"I'm great now, Scenery." Kim mulai memberikan respon dengan benar terhadap pertanyaan dari Scene—setelah sahabatnya itu menjawab sapaan pagi darinya. "You did. You walked to my bed and slept there."
Scene lantas membulatkan matanya kaget. "Hah? Jangan bercanda, Kim."
"Iya. Dua jam yang lalu." Padahal kenyataannya tidak seperti itu. Kim sendiri yang mengangkat dan memindahkan Scene untuk tidur di tempat tidurnya setelah ia melihat bagaimana posisi wanita itu yang tertidur di sofa panjang miliknya. Scene terlihat sangat tidak nyaman dan Kim jelas merasa tidak tega. "We didn't make any scandal. Don't worry." Kim menutup penjelasannya dan menggoda Scene yang sukses mendapatkan pukulan kecil dari wanita itu.
Scene kemudian maju selangkah dan mengintip ke dalam panci masakan yang sedang diaduk-aduk oleh Kim—menghirup harum dari aroma masakan dengan antusias. "Bikin apa?"
"Sup ayam dan rumput laut, kita makan ya," ajak Kim lembut yang lalu mematikan kompor begitu makanan yang ia masak telah matang. "Cuci muka dulu, Scenery." Kim menegur dan memukul pelan tangan Scene yang ingin langsung menyendok sup ayam ke dalam mangkuk kecil yang wanita itu bawa.
"IH!" Scene menggerutu sebal. "Habis ini aja, ya? Mau coba dulu." Wanita itu mencoba merayu Kim dengan rengekan serta mengedipkan matanya seperti anak kecil—berharap Kim bisa luluh.
"No." Kim tetap menolak—lalu menarik lengan Scene seperti orang tua yang sedang memaksa anaknya menuju kamar mandi untuk dipaksa mencuci muka setelah bangun tidur di pagi hari.
Sebelum masuk ke kamar mandi, Kim mengambil sebuah karet pengikat rambut dari tangan Scene dan menganyam rambut sahabatnya itu dengan rapi. "Cuci muka dulu dan sikat gigi, baru makan," titah Kim serta mendorong tubuh Scene untuk masuk ke dalam kamar mandi. Kemudian lekas-lekas menutup kamar mandi—membiarkan Scene yang masih merengut dan menghentakkan kedua kakinya marah.
—
Saat ini keduanya tengah duduk di bangku sekitaran meja bar sambil menikmati sarapan yang sebenarnya bukan seperti sarapan pada umumnya—karena Kim dan Scene melakukan ritual tersebut hampir di jam makan siang. Lelaki itu lalu menenggak segelas air di gelasnya dan menyandarkan diri pada penyangga kursi sambil menyisir bagian depan rambutnya yang jatuh berantakan.
"Scene," panggil Kim ragu—apalagi ketika ia melihat Scene yang sedang menyantap makanannya begitu damai. "Yang membalas semua pesan Jovie di tab gue, itu lo?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Skies are Drawing
RomanceBARIS PERTAMA TANGERINE✓ Tentang termuda Changkham dan si bungsu Caskey yang terkasih, Scenery Caskey, ikatan yang melampaui waktu. Selama hampir lima belas tahun, tak pernah terpisahkan, terkoneksi abadi bagai bintang-bintang indah di langit. "Scen...