"Oh, she's here. Tuhan memang luar biasa baik. Kita tidak perlu jauh-jauh mengejar manusia ini," celetuk Scene begitu ia tidak sengaja menjumpai Nicha di area parkiran Aglaia Hospital. Lekas-lekas ia mengatur ritme langkahnya—begitu pula dengan Kim yang juga berada disamping Scene. Keduanya berjalan ke arah Nicha, namun berpura-pura menyelimuti tujuan asli mereka dengan tatapan sok acuh.
Dibalik kacamata hitam yang bertengger di wajah, sama halnya dengan Nicha, wanita itu ikut mendelik malas ketika berjumpa dengan Scene. Sampai akhirnya, ketika ia dan Scene sudah cukup dekat, disitu lah Scene kerap mengikuti pergerakan Nicha yang ingin terus menghindar sampai akhirnya Nicha memutar bola matanya jengah. "Ada apa? Waktu gue sangat-sangat terbatas dan lo pasti memahami itu, bukan?" tuturnya sinis.
Mendengar itu, spontan membuat Scene berdecak jijik. Ia lalu menganggukkan kepala dengan gaya mengejek. "Sibuk?"
"Oh jelas, Scenery. Ada banyak pasien yang harus gue tangani sekarang."
"Ada ya, pasien yang mau ditangani dengan seorang dokter sakit seperti lo ini."
Nicha lantas tertawa. "Excuse me?" Wanita itu kemudian menunjuk dirinya sendiri. "Gue? Yang sakit? Lo mungkin yang lebih sakit, Scenery. Sakit jiwa tepatnya, and well, selagi belum terlambat sekarang, I highly suggest you to get some therapy, atau sudah? Kemudian, kembali lah untuk mengurus semua berita dan kehidupan lo yang sedang kacau itu."
Melihat bagaimana Nicha yang sangat tidak takut saat ini, membuat Scene jelas bisa menangkap, bahwa ia telah menemukan lawan yang sepadan. Ini lah yang dikatakan, ada seseorang yang sama besar seperti dirinya—diam-diam berlindung di belakang Meenara. "Lo yang seharusnya gue rasa untuk pergi dan mendapatkan terapi lebih dahulu, Nicha. Kita semua tahu bahwa lo yang sangat membutuhkan penanganan itu. Apa selama ini lo tidak pernah tersiksa menghadapi rasa yang seperti itu? Sebagai Caskey, lo jelas mempunyai keistimewaan, bahkan luar biasa besar. Kemudian, bekerja lagi untuk Aglaia, kenapa tidak mau memanfaatkannya dengan baik? Bukankah kesehatan dokternya jauh lebih utama karena ia akan merawat pasien-pasiennya ke depan? Hm?"
Menyipitkan kedua matanya—Nicha lalu menyoroti Scene dengan ekspresi tajam. Ia berpura-pura tidak memahami maksud dari sepupunya ini meskipun ada sedikit desiran karena Scene tiba-tiba mendatanginya dengan tingkah yang agresif. "Oh, Princess, you'd better stop acting like an evil. Gue benar-benar tidak memiliki banyak waktu, jadi lebih baik untuk mengenyahkan diri dari hadapan gue atau kalau lo mau tetap meracau tidak jelas, silahkan menunggu di bangsal jiwa dulu, OK?"
Kerap menyudutkannya seperti itu, membuat Scene bertepuk tangan riuh diiringi tawa keras. Ia lalu menoleh manja kepada Kim yang sedari tadi hanya menyandarkan diri pada salah satu mobil yang sedang terparkir seraya menghisap sebatang rokok yang terapit pada jarinya. Menyaksikan bagaimana dua wanita Caskey yang tengah saling menyerang sekarang, jelas sangat menarik perhatian lelaki itu. "Why does this girl keep insisting that I go there, Kim? Doesn't she have a mirror?" Sepasang alis itu sengaja mengikuti ekspresinya yang tengah mengejek pada tiap-tiap kata yang dilontarkan oleh Nicha. "Why are you touching the gallery?" tanya Scene dingin dan perlahan melangkah maju menutup jarak antara dirinya dengan Nicha. "Don't act like an innocent when I know exactly what you did to my gallery."
"Ada bukti?"
"Gue tidak sebodoh itu mau menghabiskan waktu lalu melemparkan kata-kata kosong untuk seseorang seperti lo." Scene mendorong Nicha dengan jari telunjuknya—berusaha mendesak si lawan bicara. "What amazing bravery from a fake Caskey!"
Mendengar bagaimana Scene yang berani menyebutnya seperti itu, membuat Nicha spontan tersulut dan mengangkat tangannya hendak menampar wajah Scene. Namun sayang, seperti memahami dengan cermat, Scene lebih dahulu menangkap tangan Nicha yang hampir saja melayang di wajahnya dan langsung membuang tangan Nicha kasar. "And now you even dare to touch me?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Skies are Drawing
RomanceBARIS PERTAMA TANGERINE✓ Tentang termuda Changkham dan si bungsu Caskey yang terkasih, Scenery Caskey, ikatan yang melampaui waktu. Selama hampir lima belas tahun, tak pernah terpisahkan, terkoneksi abadi bagai bintang-bintang indah di langit. "Scen...