"Make it quick, Aries. Apa yang kamu inginkan?" Tatapan tajam Meenara terlihat sangat membenci lelaki yang kini ada di hadapannya. Wanita itu juga menyilangkan kedua tangannya dengan sangat angkuh.
"Apa yang kamu lakukan dengan Kim?"
"It's none of your business, I think?"
"Meen...."
"Kita sudah selesai, Aries! You better go!" Meenara terlihat sangat marah, suasana di antara keduanya bahkan terasa memanas. Melihat wajah Aries membuat wanita itu merasa sangat jengkel. Di matanya saat ini, Aries bukan lah seseorang yang memiliki hak dan waktu untuk berbicara dengannya.
"Kamu boleh melaporkanku, Meen. Terserah kamu, itu hak kamu. Kamu melihatnya, dan aku tidak akan berkilah sama sekali." Suara Aries terdengar tenang dan lembut. "Tapi tolong, jangan dekati mereka. Kamu hanya akan menyakiti dirimu sendiri, Meen. Aku sangat paham kamu marah, tetapi bukan seperti ini caranya. Kamu berhak mendapatkan kebahagiaan kamu sendiri, berhenti menyiksa diri kamu, Meen."
Meenara berdecak. Ia tertawa sinis, sangat mual mendengar ocehan Aries yang selalu seperti itu. "Kamu lebih baik diam, Aries. Selagi aku masih mau berbaik hati dan tidak melaporkan kamu secara cuma-cuma. Just stay on your line — kalau kamu masih ingin menghirup udara segar."
Aries akhirnya diam — lelaki itu menatap wanita yang berseberangan dengannya saat ini dengan perasaan yang begitu miris. Meenara berubah, setelah pergi darinya, wanita itu tiba-tiba sangat berbeda. Ia paham akan kesalahannya, namun dirinya tidak menyangka bahwa Meenara akan seperti ini.
Sementara Meenara menyesap sebentar white wine pada glass wine yang ada di samping wanita itu, berusaha memadamkan suasana hatinya yang sangat buruk. Padahal beberapa jam yang lalu, ia begitu bahagia bisa bergandengan dengan Kim di Ferrari Private Event. Namun bersamaan, ia juga menemukan Aries disana dan berakhir keduanya harus diam-diam bertemu di salah satu bar. "Is this enough, Aries? I have to go. I don't want my boyfriend to be confused if he tries to find me." Wanita itu tampak bergerak merapikan tasnya dan berniat beranjak pergi sebelum Aries berucap lagi. "Do you really love him, Meen?"
"Bukankah sudah sangat terlihat jelas siapa yang aku pilih saat ini?"
"Apa bedanya dia dan aku? Kami sama-sama dari keluarga—"
"Setidaknya keluarganya tidak akan mengacau di toko bungaku! Kamu—" Meenara menunjuk Aries tepat di depan wajah lelaki itu dengan kilatan marah yang luar biasa. Ia sangat ingat beberapa waktu yang lalu, setelah dirinya resmi membuka toko bunganya, sejumlah orang datang mengamuk serta mengeluarkan kata sumpah serapah tepat di wajahnya. Meneriakkan kata, bahwa ia tidak akan pernah sebanding bersama anaknya berulang kali. "Berhenti berbohong dan memberi mimpi. Mana janji kamu akan mengembalikan aku pada dunia Balet seperti yang aku inginkan? Alih-alih mendapatkan hal tersebut, Ibu dan Kakak kamu lebih dahulu menghinaku secara terang-terangan!"
"Meen—"
"Aku pergi. Aku harap ini yang terakhir kalinya kita bertemu. Ini peringatan yang terakhir dari aku," tegas Meenara yang lalu mulai bergerak melangkah menjauhi meja tempat keduanya bertemu. Untungnya, suasana bar sangat sepi, hanya ada lantunan musik-musik klasik yang dimainkan, membuat keduanya semakin leluasa untuk berbicara.
"Please live well, Meenara. I care about you deeply." Kata terakhir yang Aries ucapkan untuk Meenara terdengar sangat pelan. Namun, Meenara masih dapat mendengarkannya dengan jelas. Aries memandang punggung Meenara yang semakin menjauh meninggalkannya — sementara tangan wanita itu juga tiba-tiba bergetar, matanya memerah dan hatinya terasa nyeri sekali. Tetapi lekas-lekas Meenara mencoba untuk menyembunyikan dan tetap berjalan dengan pandangan yang tegak menuju pintu luar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Skies are Drawing
RomanceBARIS PERTAMA TANGERINE✓ Tentang termuda Changkham dan si bungsu Caskey yang terkasih, Scenery Caskey, ikatan yang melampaui waktu. Selama hampir lima belas tahun, tak pernah terpisahkan, terkoneksi abadi bagai bintang-bintang indah di langit. "Scen...