"Ya, Theo?"
"...."
"Ya, aku sudah melihatnya." Scene menarik nafas seraya menitikkan fokus pada cuaca cerah Jakarta yang terhampar melalui kaca jendela kamar. Pemberitaan lain mengenai izin bangunan dari anak Aglaia Galeri yang dibangun di lokasi berbeda kembali dikulik dan dipertanyakan. Bahkan, tepat pada hari ini—perihal kacaunya kebocoran lukisan yang lalu-lalu kembali terangkat dan disandingkan. "Permasalahan izin tersebut, media lebih tahu kemana mereka harus lebih dahulu mengkonfirmasi—dan kita disarankan untuk lebih baik diam saja, sampai pihak pertama, yaitu DPMPTSP yang berbicara dan menunjukkan data mereka."
"...."
"Pihak DPMPTSP sudah mengkonfirmasi langsung pukul sembilan tadi, Theo, dan mereka bersedia untuk membantu memperlihatkan dokumen serta menjelaskan hal tersebut kepada media. Sekarang, legal team juga tengah berusaha menghubungi dewan yang mengkritisi tentang pembangunan itu untuk mendapatkan jalan tengah."
"Aku bingung, Scenery. Ini seperti penyerangan yang memang ditujukan secara personal untuk kamu," kata Theo dengan mengutarakan isi pikirannya. "Aku paham mereka wakil rakyat, tetapi opini mereka jatuhnya menjadi bias dan seperti memiliki dendam pribadi dengan Aglaia. Coba kamu ingat-ingat lagi, siapa di antara anggota keluarga Caskey yang mungkin dulu pernah bersinggungan dengan mereka, atau partainya."
"Well—I don't really understand it, Theo." Scene memang tidak terlalu memahami hal ini karena pembangunan tersebut dimulai ketika masih diakomodir oleh ayahnya. Entah lah, dan ia juga tidak terlalu memahami mengenai keterlibatan bisnis yang seperti ini. Sebelumnya, ia juga telah menghubungi Yuna untuk mendapatkan penjelasan lebih lanjut—karena sebagai politisi dan wakil rakyat daerah, Yuna lebih memahami dan bisa memberikan penjelasan. "Yang terpenting sekarang Aglaia mulai memperketat penjagaan dan strategi. Karena aku seperti bisa membaca, bahwa setelah ini celah mana yang akan mereka—"
Belum sempat Scene menyelesaikan kata-kata, Theo lebih dahulu memotong. "Scenery, sebentar," pinta lelaki itu dan menyebabkan adanya keheningan di antara mereka selama beberapa detik. Setelahnya, Theo menjadi tergesa-gesa. "Scenery, seseorang dari Hetavision menghubungi melalui surel. His name is Giza, I know him—I mean, he was one of the technicians, and we had met at once. Now, he asked for us to meet him privately. Wait—I'm going to forward the email to you."
Mengikuti arahan Theo—Scene langsung membuka kotak surel dan pupilnya bergerak gesit membaca kata demi kata yang tertulis. Degup jantungnya berpacu sementara jari-jarinya ikut bergetar—karena jika melihat isi dari surel tersebut, ini benar-benar seperti apa yang telah ia ilustrasikan tempo hari. "Ethan tidak akan membiarkan aku bisa keluar dengan bebas hari ini, Theo. Katakan padanya untuk bertemu di Cafetaria Aglaia Hospital, karena disini akan jauh lebih aman untuk kita semua. Jika dia menyetujui, aku akan diam-diam mencari alasan keluar bersama Karina." Scene tanpa ragu langsung memutuskan. "We absolutely need to meet him, ASAP."
"Tetapi kondisi kamu—" Theo tampak khawatir karena kondisi Scene saat ini yang masih harus mendapatkan perawatan—namun wanita itu dengan lugas langsung menepis kekhawatiran Theo. "Aku baik-baik saja, Theo. Jangan khawatir, setidaknya kalau aku kembali harus dirawat—aku tidak akan menyesalinya sama sekali."
—
Scene kini menatap Karina yang sedang asyik tengah memakan isi kebab begitu lahap di hadapannya. Wanita itu baru saja sampai di Jakarta tadi malam, dan langsung bergegas datang begitu mengetahui dari Ethan, bahwa Scene mendadak harus mendapatkan perawatan di Aglaia. "Rin." Scene memanggil nama Karina dan yang dipanggil otomatis menghentikan kunyahnya. "Ya?"
"Mau."
"Ini?" Karina mengangkat kebab yang ada di piringnya lalu melirik ke sekitar ruangan. "Memangnya boleh?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Skies are Drawing
RomanceBARIS PERTAMA TANGERINE✓ Tentang termuda Changkham dan si bungsu Caskey yang terkasih, Scenery Caskey, ikatan yang melampaui waktu. Selama hampir lima belas tahun, tak pernah terpisahkan, terkoneksi abadi bagai bintang-bintang indah di langit. "Scen...