TIGA PULUH DUA

300 21 7
                                    

"Maam, we've received the payment from your friend, Mr. Kim Changkham, for the Maddie Buttercup Portrait. What would you like to do about the rest, Maam? The portrait is already packaged. Do you want to deliver it yourself? The address on the package is the same as your place." Arina memberitahunya ketika ia sedang bersiap untuk pulang dari rutinitas kelas Pilatesnya. "We've attempted to contact their team, but there has been no response regarding who will receive this painting, Ma'am."

Tanpa berpikir panjang — masih di dalam keterkejutannya, Scene spontan menjawab. "Oh— okay. Just send some people who will dismantle the painting to Regis, then we will meet there. Thank you, Arina."

Sekarang ia kebingungan karena bisa jadi ia akan bertemu dengan Kim setelah ini, setelah tepat dua bulan hari ini, tanpa kabar, keduanya akan berjumpa dan menyapa lagi.

Untuk apa Kim membeli lukisannya? Lukisan konyol tentang salah satu karakter The Powerpuff Girls — Buttercup yang ia gambarkan sedang merajuk di tengah-tengah hutan karena tersesat sebab teman-temannya yang ceroboh dan bodoh tidak tahu arah. Lalu, apa lelaki itu sengaja? Setelah tepat dua bulan hilang kontak, kini Kim akan mencari perhatiannya?

Scene terus berkutat pada pikirannya dan berakhir mengerang sambil memukul-mukul kecil setir mobilnya. Saat ini, ia sudah di dalam perjalanan menuju Regis — akan mengantarkan lukisan itu langsung kepada Kim, karena Tim dari Kim tidak menjawab pesan-pesan yang dikirimkan oleh kantornya.

"ARGH!" Scene berteriak berusaha melampiaskan kegelisahannya. Ia tidak tahu, dirinya merasa belum siap untuk bertemu Kim. Apa yang akan ia katakan pertama kali? Hello? Hi? Did you buy this? Why? atau sesuatu yang ekstrim — gaya bahasa teman yang wanita itu biasa akan lemparkan. You bought this, why? It's so ridiculous, how old are you, Man? Tapi Scene mencoba untuk berprasangka positif. Semoga saja Kim tidak ada di Regis, yang membuka pintu adalah para Asisten Rumah Tangga — dan karena sang Tuan belum datang, mereka akan meminta untuk diletakkan di bawah saja terlebih dahulu untuk sementara waktu. Iya, pasti, akan begitu. Ini bukan hari libur, dan Kim pasti masih dalam perjalanan dinasnya.

Setelah menempuh perjalanan selama dua puluh menit, Scene akhirnya sampai di Regis. Sebelum wanita itu turun dari mobil, ia lebih dahulu mengatur nafasnya. Petugas Valet Parking telah bersiap dan menunggunya untuk turun, lalu menerima kunci mobil agar dibawa ke area parkir bawah. Ia tersenyum ramah kepada si petugas, bersamaan juga mendapati ada timnya yang sudah menunggu di lobi Regis sambil membawa lukisan besar yang terbungkus rapi dengan kertas berwarna coklat muda.

Kini, mereka telah sampai di depan unit Kim dan tangan wanita itu semakin berkeringat setelah ia sukses menekan tombol bel unit milik Kim. Merapikan anak-anak rambutnya, serta mengeratkan cardigan yang ia kenakan — Scene mencoba menutupi deru nafasnya yang memburu. Tepat pada ketukan kakinya yang ke lima, pintu terbuka dan menampilkan Jovie yang menyapanya ramah.

Kalau ada Jovie, berarti ada? — Shit.

"Oh, Scenery?" sapa Jovie yang tersenyum kepadanya, lelaki itu tampak tidak terkejut sama sekali dan ia sempat melirik kepada empat laki-laki yang sedang membawa lukisan di belakang wanita itu.

"Hi Jov!" Scene membalas setelah berdehem sebentar karena suaranya tiba-tiba serak. "Kalian memesan satu lukisan dari Galeri Aglaia, bukan? Karena Tim kalian tidak ada yang satu pun mengangkat panggilan kami, akhirnya gue memutuskan untuk mengantarkannya langsung. They need access," jelas Scene.

"Oh astaga! Kantor hari ini libur karena ada agenda gathering tahunan di Surabaya. Maaf ya Scenery, silahkan masuk dulu biar gue kasih tahu Kim, dia ada di ruang kerjanya."

"Eh—" Belum sempat Scene menyelesaikan balasannya kepada Jovie, Asisten Pribadi Kim itu lebih dahulu berlari ke dalam dan masuk ruang kerja Kim — meninggalkan pintu unit yang dibiarkan terbuka begitu saja. Semoga Kim sibuk, semoga Kim sedang meeting or whatsoever — tolong jangan bertemu dulu.

Just Skies are DrawingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang