"Lo benar-benar nggak papa? Mau pesan makanan lain?" tanya Karina sambil mengeratkan jaket yang dikenakan Scene serta menggenggam kepalan telapak tangan Scene yang dingin. Ia khawatir sekali karena wajah sepupunya ini kembali pucat dan ia juga bisa mendengar sesekali—Scene yang kerap menarik nafasnya berat disertai ringisan kecil. "Atau kita kembali ke kamar aja, ya? Gue takut—"
Scene cepat-cepat menggeleng dan memberi isyarat kepada Karina bahwa ia baik-baik saja. Meskipun perutnya kembali dilanda rasa mual, namun malam ini bisa jadi penentuan segalanya, dan ia—setelah semua ini selesai akan berjanji untuk beristirahat dengan baik.
Sama halnya dengan Theo, daritadi lelaki itu juga terlihat sangat gusar—terus menoleh kesana kemari menunggu kedatangan Giza dan mengecek ponselnya berulang kali. "Dia pasti datang Theo," tegur Scene lembut sambil meraih secangkir gelas berisikan teh jahe dan menyesapnya. "Jangan khawatir," sambung Scene agar Theo bisa tenang.
Theo mengangguk, lelaki itu sama khawatirnya seperti Karina sekarang—bahkan berulang kali meminta maaf kepada Scene karena harus membawa atasannya itu keluar dan kembali bekerja di kondisi yang seperti ini. Syukurnya, sepuluh menit setelah dilanda rasa uring-uringan, akhirnya Giza datang. "Maaf, Theo. Ibu Scenery, saya minta maaf. Jalanan macet luar biasa dan saya ternyata salah memilih rute." Giza membungkukkan tubuhnya sopan dan di punggungnya menggendong satu tas ransel besar.
"Tidak apa-apa, Giza. Terima kasih sudah datang, saya pribadi juga meminta maaf atas respon kami yang cukup membuat kamu harus menunggu lama. Silahkan duduk Giza," ujar Scene ramah dan mempersilahkan lelaki yang tampak seumuran dengannya itu untuk duduk. "Kamu sudah makan?"
"Tidak usah repot-repot Ibu Scenery, saya hanya ingin memberikan ini," kata Giza sambil membuka ritsleting tas ranselnya namun sebelum itu Giza tampak menoleh ke kanan dan ke kiri seperti merasa sedang diawasi.
"Kamu sedang diawasi?"
"Saya merasa seperti itu, Ibu," jawab Giza pelan.
Scene yang paham lalu memberi isyarat kepada Theo untuk meminta pihak Cafetaria menutup seluruh gorden dan mengosongkan ruangan yang mereka tempati saat ini. Hingga hanya menyisakan mereka. "Kamu aman disini, jangan takut."
Merasa aman, Giza bergerak mengeluarkan laptop dan satu flashdisk kecil—meletakkannya di atas meja. "Sebelumnya, perkenalkan saya Giza. Asisten Manager dari Hetavision yang membidangi bagian teknisi. Saya adalah orang yang selama ini bersentuhan langsung dengan perbaikan CCTV yang diminta oleh Galeri Aglaia. Jujur, perbaikan CCTV ini tidak membutuhkan waktu yang lama sebenarnya, karena kami semua adalah teknisi profesional. Tentu sangat memahami jelas atas produk kami sendiri."
"Tetapi saya benar-benar tidak tahu jikalau Galeri Aglaia ternyata selalu diberikan informasi dengan berbagai macam alasan. Sampai akhirnya, tepat sebelum adanya insiden kebakaran di Hetavision—tepatnya di wilayah teknisi dan arsip, sore itu, kami semua diminta berkemas secara tiba-tiba dengan alasan akan dipindahkan ke gedung bagian timur."
"Tentu kami semua sangat kebingungan, karena perihal berkemas mustahil bisa dikerjakan dalam beberapa jam saja. Apalagi ini adalah bagian teknisi dan arsip—tentu sangat kompleks karena kami berhubungan langsung dengan pelayanan. Awal, saya tidak mencurigai apa-apa sampai akhirnya tidak sengaja mendengar, Manajer Divisi kami hari itu, Bastian terlihat seperti ditekan habis-habisan oleh pihak atas. Tidak tahu apa yang dibicarakan, tetapi waktu itu, tepat ketika saya ingin menanyakan mengapa Aglaia hingga saat ini belum mengambil CCTV mereka padahal ini sudah cukup lama telah diselesaikan perbaikannya."
Giza terus menceritakan apa yang ia alami sementara semua orang yang hadir mendengarkan dengan serius. "Bastian hanya menjawab, tinggalkan dan biarkan saja. Pastikan untuk tidak membawanya nanti karena secara kesahan lisensi, CCTV mereka sebenarnya tidak boleh diproses dan telah menyalahi aturan. Kita tidak akan berurusan lagi dengan mereka karena pihak atas yang akan mengambil alih."
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Skies are Drawing
RomanceBARIS PERTAMA TANGERINE✓ Tentang termuda Changkham dan si bungsu Caskey yang terkasih, Scenery Caskey, ikatan yang melampaui waktu. Selama hampir lima belas tahun, tak pernah terpisahkan, terkoneksi abadi bagai bintang-bintang indah di langit. "Scen...