ENAM PULUH SEMBILAN

335 27 1
                                    

Sejak Scene memulai pemaparannya tujuh menit yang lalu, suasana di dalam ruang meeting masih luar biasa dingin. Enam wajah asing yang ditempatkan di sisi kirinya tidak memberi reaksi apapun, dan sesekali mereka hanya merespon dengan ekspresi yang tak terbaca, bahkan hingga helaan nafas yang condong tak puas. Di sisi kanan Scene, diduduki oleh para timnya yang tengah memasang raut gugup. Dan di bagian seberang sana—ada Nicholas yang juga duduk, diapit oleh dua stafnya yang beberapa kali terlihat mengetuk-ngetukkan jari pada alas meja.

Scene tahu bahwa saat ini ada separuh dari mereka masih meragukannya. Namun ia tidak boleh menyerah begitu saja. Tarikan nafasnya ia hembuskan sekali lagi, sementara laser pointer yang tengah mengapit di sela-sela jarinya kembali ditekan demi merubah ke posisi slide akhir yang memperkenalkan satu lukisan pengganti untuk hall of fame—mewakilkan potret The Young of The Bloom Princess sebelumnya.

Dua dari anggota Dewan Pertimbangan yang hadir perlahan mau menggurat senyum, tidak lagi memperhatikan Scene dengan sudut balasan yang tidak pasti. Hal tersebut tentu membuat Scene perlahan juga mulai mengikis keraguannya. "1998, Her." Scene memulai pemaparan dengan menyebutkan judul dari karya tersebut. "Lukisan ini diciptakan melalui tangan indah Bapak Sudarta Soekapdjo di tahun 1998. Benar, potret wanita yang dilukis dengan teknik timbul ini adalah istri dari Bapak Sudarta sendiri. Almarhumah dilukis ketika sedang menjalani masa-masa perawatannya, sebelum beberapa minggu setelahnya, Almarhumah menghembuskan nafas terakhir."

"Bapak Sudarta mengirimkan lukisan ini dengan penuh kepercayaan kepada kami. Beliau berkata, tidak masalah jika lukisan ini akan diletakkan pada ruang manapun. Beliau hanya ingin, bahwa mimpi sang istri melalui lukisan yang pernah dijumpainya bisa tersampaikan. Sederhana, Almarhumah ingin melihat Bapak Sudarta tetap menjadi seniman dan karya-karyanya boleh abadi melalui pameran. Karena sang istri tahu, kepergiannya nanti bisa jadi akan membawa luka yang begitu dalam untuk suaminya."

Scene melanjutkan lagi. "Mungkin, beberapa orang akan bingung, mengapa baru sekarang Bapak Sudarta mau memamerkan karyanya setelah lebih dua puluh tahun berlalu? Beliau menceritakan, bahwa karirnya sebagai seorang seniman tetap berjalan, namun tidak semasif dulu. Kemudian, bisa mengeluarkan kembali lukisan ini membutuhkan waktu untuknya hingga bisa berdamai secara penuh. Setelah tahun 1998 akhir, Bapak Sudarta berhenti menyalurkan karya serta berurusan dengan pameran maupun museum. Ia hanya mau mengerjakan lukisan-lukisan yang dipesan secara pribadi dan memilih untuk berkarir di bidang lain."

"Dan alasan kami memilih lukisan yang diciptakan oleh Bapak Sudarta sebagai pengganti dari lukisan yang lalu, adalah tentu yang pertama ini sangat cocok dengan konsep dari exhibition kita. Kedua, potret ini memiliki rasa sentimental yang besar. Kita bisa kita perhatikan bersama melalui guratannya yang penuh akan dedikasi—dan kapanpun orang-orang akan melewati potret ini, mereka pasti akan berhenti dan berdiri walau hanya satu menit." Scene terus berbicara sementara laser pointer itu kerap bergerak ke beberapa titik. "Vintage, lomo, dan vivid. Sederhana saja, tetapi potret ini benar-benar selaras jika kita berbicara dengan konsep memori di 90an," sebutnya lalu mengakhiri.

"Lukisan ini sudah mempunyai usia yang cukup panjang. Bagaimana cara kalian bisa merawat serta menjaganya sampai pergelaran nanti? Apa jaminan Aglaia untuk hal ini? Mengingat, jika menyaksikan bagaimana lukisan The Bloom of the Young Princess yang diciptakan pada tahun 2022 saja kalian masih jauh dikatakan layak baik itu dalam segi perawatan maupun keamanan." James—satu dari anggota Dewan Pertimbangan memberi komentar diiringi ekspresi meremehkan. "Kita jelas memahami, bagaimana lukisan milik Bapak Sudarta ini memiliki nilai yang begitu tinggi, baik secara estetika maupun nilai dari penyimpanannya."

Wanita dengan rambut keemasan yang duduk di sebelah James juga ikut bersuara—sama sinisnya meskipun pura-pura diselimuti tawa kecil. "Tidakkah menakjubkan melihat Aglaia yang masih begitu dipercaya untuk menjadi rumah pada exhibition ini? Menengok bagaimana kekacauan kemarin, rasanya sungguh sayang masih ada yang mau memberi kepercayaan kepada mereka." Ia menyilangkan kedua tangannya angkuh di atas dada. "Then, prove it to us, Ms. Caskey. Is Aglaia still worth hosting, or should we pursue another path with a clear decision?"

Just Skies are DrawingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang