LIMA PULUH ENAM

343 21 0
                                    

"Ethan, Professor Raton wants to meet you," ucap Scene begitu ia keluar dari ruang konsultasi dan menemui Ethan yang sedang menunggu di bangku luar. Ethan kemudian mengangguk dan bergegas masuk ke ruang Professor Raton seraya berkata kepada Scene. "Tunggu sebentar ya, di ujung lorong ini ada taman bermain. Kalau kamu ingin kesana dan menunggu sambil melihat-lihat, silahkan. Nanti aku menyusul." Tak lupa, putra sulung Caskey itu juga mengelus pucuk kepala adiknya lembut sambil membetulkan syal tebal yang melingkari leher sang adik.

Scene tersenyum—dan ia melangkah menyusuri lorong dari McLean Hospital sesuai petunjuk yang Ethan berikan. Saat ini, ia ada di salah satu fasilitas perawatan kesehatan mental terbaik yang berada di Belmont, Massachusetts yang juga dikenal sebagai bagian unggulan bersama Harvard Medical School dan Mass General Brigham. Dugaan buruk sewaktu Scene menginjakkan kaki pertama kali ke bangunan ini, akhirnya meluntur. Ternyata, McLean memiliki tempat yang luar biasa nyaman dan tenang.

Ini terbukti ketika Scene sudah sampai di ujung lorong, ia menjumpai ada sebuah taman besar yang sangat cantik di area tengah bangunan McLean. Meskipun sedang tertutupi salju, namun jika musim semi datang—taman ini pasti akan sangat indah dengan bunga-bunganya yang bermekaran. Setelah itu, di bagian seberang, Scene juga melihat sekumpulan anak-anak yang tengah melakukan aktivitas berkumpul bersama sembari dipandu oleh beberapa perawat. Sesekali, terdengar gelak dan tawa dari mereka. Mungkin, jika taman ini tidak tertutup oleh salju, mereka semua pasti akan bermain dan duduk di hamparan rumput-rumput hijau yang merekah.

Scene menoleh ke samping kiri dan ia menemukan ada satu kursi panjang di sana. Ia kemudian duduk di kursi tersebut lalu tidak lama ada seorang perawat perempuan mengenakan sweater biru sambil memakan sebuah roti dan meminum susu pisang. Perawat itu ikut menoleh ke arah Scene dan tersenyum. "Halo, sedang menunggu siapa?" tanyanya ramah dan perawat itu juga menawarkan sebungkus roti dan susu lain yang masih belum terbuka segelnya kepada Scene. "Ini jam makan siang," sambung si Perawat lagi.

"My brother—and Professor Raton, wants to meet him. I also had my consultation before that," terang Scene kikuk.

Si Perawat mengangguk kecil, dan keduanya sama-sama memperhatikan bulir-bulir salju yang sedang turun membasahi rumput taman McLean. "and what's your name? I am Sienna, the head assistant nurse at the Young Adult Station Treatment. We basically also work under Professor Raton." Sienna memperkenalkan diri disertai senyum cantik yang wanita itu tampilkan.

"Scene. Kamu bisa memanggilku seperti itu."

"Scene?" Sienna sedikit mengernyitkan dahinya.

"Scenery," jawab Scene lebih banyak. Ia cukup paham ketika orang-orang kebanyakan akan sedikit tertegun mendengar nama panggilannya yang tidak umum.

"Ah, Scenery! What a unique name. Do you know when it comes to Thailand, or at least where you were born, what your nickname is supposed to be?"

Scene menggeleng pelan.

"View."

"View?"

"Yes. Kamu pasti tahu orang-orang Thailand biasanya memiliki nama lengkap yang sangat panjang dan setelah itu, mereka juga akan memiliki nama panggilan yang berbeda. Kalau di keluarga kami, nama panggilan juga diberikan sebagai pengharapan dan doa yang baik. View—kapanpun orang mendengar nama itu pasti dikaitkan dengan sesuatu yang indah bukan? Viewnya indah, viewnya menakjubkan. Sama seperti Scenery, pertama kali aku mendengar nama kamu, di bayanganku adalah pemandangan yang sangat menakjubkan. And it really shows on you."

Mendengar kata-kata yang dilontarkan oleh Sienna, pipi Scene tiba-tiba bersemu kemerahan. "Terima kasih," balas Scene pelan sekali. "So technically you're from Thailand?"

Just Skies are DrawingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang