XXX. Mati - Melaka 1513

2 2 0
                                    

Andini membopong Chiaki bergerak melompat dan meniti tiang layar Santo Domingues. Dia sudah melihat celah yang bisa dimanfaatkan sebagai jalan masuk melewati dinding jung yang kokoh tersebut. Dengan sekali lompatan berputar dia sampai di lubang jangkar yang cukup besar untuk mereka lalui.

Andini merapatkan tubuhnya dan menyisip diantara batang jangkar dan dinding jung. Setelah masuk, dia mengulurkan tangan memberikan tanda kepada Chiaki untuk masuk. Gadis nihon menyusul Andini menyisipkan tubuhnya memasuki celah sempit tersebut. Mereka tiba di dalam ruangan besar dengan tumpukkan rantai kapal.

Chiaki mengamati sekeliling ruangan. Ruangan kosong itu memiliki langit-langit yang cukup tinggi. Sebuah mekanisme roda gigi terpasang ditengah ruangan. Gadis itu mengamati mekanisme roda gigi itu dengan seksama. Lalu terdengar ledakan besar didekat ruangan yang sedang mereka amati. Kedua gadis itu merendahkan tubuh mereka. Kemudian terdengar beberapa ledakan besar lagi. Lantai ruangan mereka berguncang.

Kedua gadis itu saling bertatapan, dan tanpa berbicara mereka bergerak keluar. Tetapi sebelum mereka membuka pintu diujung ruangan, Chiaki memutar beberapa tuas dan melepas jangkar dari tempatnya. Dengan suara berisik, jangkar besi itu meluncur turun masuk kedalam laut dan jatuh ditengah-tengah gugusan karang. Setelah gerakan rantai berhenti, Chiaki memutar lagi beberapa tuas, dan mengunci rantai itu. Jung ini-pun berhenti bergerak dengan derakan suara rantai yang menahan dan menguncinya.

Beberapa prajurit Demak terkejut melihat kedua gadis itu keluar dari ruang dalam jung. Kedua gadis asing itu jelas bukan orang Portugis. Ditengah kebingungan mereka, Chiaki bergerak cepat, menusuk dan menyayat dengan Naginata-nya. Sambil menghitung, Chiaki bergerak maju. "Ichi - satu", leher terpotong. "Ni - dua", lengan putus. "Sang - tiga", tengkorak terbelah. "Si - empat", jantung terbelah. "Go - Lima", kepala terpenggal. "Roku - Enam", perut terbongkar. "Shite - Tujuh", rusuk remuk. "Ha - Delapan", kepala terpenggal lagi. "Kyu - sembilan,... dan seterusnya.

Saat Chiaki bergerak, Andini mengamati keadaan disekelilingnya. Sambil melompat dan melenting dia mengganggu semua orang yang terlihat mengincar Chiaki. Chiaki terus menghitung. "Gojū-ichi - Lima puluh satu", usus terburai. "Gojū-ni - Lima puluh dua", satu kepala terpenggal. "Gojū-sang - Lima puluh tiga", lambung sobek. "Gojū-yon - Lima puluh empat", lengan terpotong. "Gojū-go - Lima puluh lima", naginata-nya terlepas dari genggaman oleh sebuah hantaman kuat. Tombak bermata belati itu terbanting digeladak kayu jung. Chiaki menatap tajam orang yang berhasil menghantam naginata-nya sehingga terlepas dari genggaman tangannya. Seorang pemuda berkulit coklat dan bertubuh kekar telah menangkis serangan menyilangnya. Hantaman pemuda itu kuat sekali.

Pemuda itu berdiri tegak dihadapannya sambil mengamati sosok dirinya. Pemuda yang telah menghentikan serangannya itu menggenggam dua buah tongkat besi sebagai senjatanya. Andini yang melihat itu segera melompat, meraih naginata Chiaki dalam satu gerakan berputar, dan berdiri tegak di samping gadis Nihon itu.

"Chiaki-chan. Kiwotsukete - hati-hati...", kata gadis itu sambil mengamati keadaan disekitar mereka berdua.

Chiaki menundukkan tubuhnya dan menggenggam katana-nya dengan tangan kanan. Dia sedang menimbang-nimbang langkah apa yang akan dilakukan selanjutnya. Pemuda ini memiliki tenaga yang sangat kuat, dan hantaman dua tongkat besinya dapat membahayakan dirinya.

"Kebo...! Jangan...! Jangan lawan dia!", teriak seorang gadis Cina melompat masuk ketengah-tengah mereka.

Gadis itu kemudian memeluk tubuh pemuda kekar itu, mencegahnya untuk melakukan serangan kepada Chiaki. Andini melirik ke wajah Chiaki, terkejut dengan situasi yang tidak biasa ini.

Fang Yin 1513 - Buku TigaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang