Thio San Bo, melangkah keluar kabinnya, hari ini adalah hari kelima dari pelayaran mereka menuju Melaka. Shàng jiàng - Kapten Thio San Bo, berjalan kearah anjungan jung yang dipimpinnya. Mereka sudah semakin dekat dengan Melaka. Diperkirakan mereka akan sampai di Melaka lusa malam. Pagi ini Shàng jiàng Thio San Bo berniat mengadakan inspeksi pasukan yang ada di dalam jung-nya. Dia ingin mengetahui kesiap-siagaan pasukan yang dibawa olehnya.
Thio San Bo memanggil Wêirèn guān - perwira pertama Huang Le Bun untuk menggantikannya dianjungan sementara. Dan bersama Wêirèn guān - perwira ke dua Jati Anom, turun ke palka jung, ke kabin-kabin pasukan. Thio San Bo memperhatikan kesehatan fisik dan mental pasukan, mental sebagian besar anggota pasukan sudah menurun karena molornya waktu pelayaran dan jatah makan yang dikurangi. Sebagian besar pasukan sudah terlalu lama berada dilaut dan mulai lelah. Dibarak-barak pasukan medis-pun terlihat banyak tentara yang sakit, baik karena gangguan psikologi maupun kebersihan.
Shàng jiàng - Kapten Thio San Bo menghampiri Fang Yin yang sedang mengecek stok obat-obatan dan perlengkapan medis. Wajah cantiknyanya terlihat frustrasi. Stok dan perbekalan perlengkapan sudah berkurang lebih dari separuh.
"Bagaimana dengan stok medis Wêirèn guān Fang Yin?", tanya Shàng jiàng Thio San Bo.
"Keadaan sudah memprihatinkan Shàng jiàng. Stok anti biotik untuk infeksi bakteri hanya tinggal separuh. Stok obat diare sudah habis. Rata-rata satu banding dua anggota pasukan terkena diare. Sanitasi di kapal ini bermasalah.", jawabnya dengan lugas.
Shàng jiàng berpengalaman itu tertegun. Thio San Bo dan Wêirèn guān Jati Anom saling beradu pandang. Menurut laporan Fang Yin, sanitasi jung ini bermasalah. Mungkin bukan jung-nya yang bermasalah, tetapi kebiasaan masing-masing anggota pasukan yang bermasalah. Thio San Bo tahu betul kalau jung ini dibangun dengan standar mutu tinggi. Kecil kemungkinan ada masalah pada jung ini.
"Wêirèn guān, saya rasa sistem sanitasi jung ini tidak bermasalah. Mungkin maksud anda, kebiasaan masing-masing personel yang bermasalah?", tanya Shàng jiàng Thio San Bo.
"Sistem sanitasi dan aliran udara jung ini juga bermasalah Shàng jiàng. Seluruh sistem di kapal ini bermasalah. Terlalu banyak manusia dalam satu lokasi adalah masalah utamanya. Shàng jiàng, kakak saya memang pandai membangun jung. Tetapi jung ini sangat tidak layak untuk membawa manusia. Ini jung cocok untuk membawa hewan ternak!", jawabnya meradang.
Belum sempat Shàng jiàng Thio San Bo menanggapi amukan Fang Yin, terdengar suara peluit pendek bersahutan tanda waspada dari para awak jung. Shàng jiàng Thio San Bo, segera berputar kembali ke anjungan, dikuti oleh Wêirèn guān - perwira ke dua Jati Anom. Fang Yin tahu artinya bila peluit peluit itu berbunyi. Dia bergegas mengikuti Shàng jiàng Thio San Bo ke atas geladak. Sesampainya di geladak, Fang Yin berbelo kearah haluan kapal.
Begitu dia sampai ke haluan, Fang Yin dapat melihat beberapa kapal dengan bentuk yang asing, dihiasi oleh bendera-bendera panjang berwarna biru dan putih, yang melaju dengan cepat ke arah armada kesultanan Demak. Pasti mereka itu kapal Portugis, kata Feng Yin dalam hati. Lalu terdengar suara dentuman meriam dari atas geladak jung. Beberapa anggota pasukan Demak mulai menembak kearah kapa-kapal asing yang bergerak lebih cepat dari jung besar ini. Feng Yin dapat melihat kapal-kapal Portugis itu dapat menghindari terjangan peluru meriam jung armada Demak.
Feng Yin bisa juga melihat beberapa kapal lanchara armada Demak berusaha memotong laju gerak kapal itu. Tetapi usaha mereka gagal dan kapal-kapal itu meledak hancur berantakan terkena tembakan dari meriam-meriam kapal Portugis yang bergerak dengan cepat dan lincah. Feng Yin dapat melihat semburan darah saat tubuh manusia pecah terhantam peluru meriam.
Tampak empat kapal Portugis bergerak mendekati jung ini. Keempat kapal yang lebih kecil dari jung ini, bermanuver dan mengelilingi jung yang dia naiki, sambil menembaki dengan tembakan-tembakan meriam dengan gencar. Feng Yin dapat merasakan getaran kayu lambung kapal dihantam oleh peluru meriam Portugis dikakinya.
Perempuan cantik itu melihat Shàng jiàng Thio San Bo dan Wêirèn guān - perwira pertama Huang Le Bun berteriak-teriak memerintah pasukan untuk menembaki keempat kapal Portugis itu, tetapi Fang Yin tahu itu tidak mungkin. Dia yang awam dalam hal ini-pun menyadari bahwa keberadaan kapal-kapal tempur Portugis itu sangat dekat dengan jung, posisi mereka diluar jarak jangkuan ideal meriam, mereka terlalu dekat.
Jung Demak tidak bisa menembakkan meriamnya ke arah mereka. Fang Yin menunduk dibalik dinding jung yang tebal, dia berpikir keras harus berbuat apa. Kerena saat ini dia tahu tenaga dan keahlian dia sebagai petugas medis belum dapat berguna. Selama dinding kokoh jung masih kokoh belum tertembus tembakan meriam kapal Portugis, maka mereka masih aman berliindung didalam jung.
Feng Yin merasakan gerakan jung berputar berusaha menjauh dari kepungan empat kapal Portugis itu. Shàng jiàng Thio San Bo hendak menjauhi mereka, dan hal itu dapat dimengerti. Jung ini hanya menjadi sasaran tembak yang empuk bila Thio San Bo ngotot bertahan disini. Lebih baik mundur sebelum kerusakan yang dialami semakin parah. Dikejauhan Feng Yin melihat lima buah jung Demak terbakar dengan asal hitam yang mengepul. Lalu terdengar ledakan dahsyat dari salah satu jung yang terbakar itu. Disusul ledakan dahsyat dari jung lainnya. Jung-jung meledak diiringi lontaran pecahan kayu yang membunuh orang yang berada didekatnya.
Kapal-kapal Portugis itu agaknya memang mengincar jung yang besar dan lambat sebagai target utama mereka. Dan terdengar-lah ledakan dahsyat yang menggoyang lambung jung. Feng Yin terkejut, dia melongok dari geladak haluan dan melihat sambungan antara lunas kapal dengan dinding lambungnya terkoyak. Peluru kapal Portugis telah menembus tubuh jung. Lalu terdengar lagi beberapa kali suara ledakan besar. Feng Yin menatap lobang yang sekarang tampak dari koyakan dinding jung yang kuat.
Lalu mendadak gerak berputar jung seperti tertahan. Fang Yin tertegun. Jung mereka mendadak terkunci dan tidak bergerak. Ada apa ini, gumamnya. Dia juga melihat pasukan Demak bertarung dengan dua orang Portugis yang sepertinya telah memasuki jung melalui lobang besar di dinding jung. Feng Yin perlahan-lahan berdiri memperhatikan kedua orang itu.
Matanya terbelalak, dua orang itu perempuan, dan tidak seperti orang Portugis yang tinggi besar dan berkulit putih. Yang satu sepertinya orang Jawa, dengan kemben dan kain jariknya. Sementara yang satunya seperti orang Cina. Pakaian yang dikenakannya mirip seperti baju zirah tentara Dinasti Song di Cina. Kedua perempuan muda itu bergerak maju. Dengan dingin dan tenang, mereka membunuhi prajurit Demak yang menghadang mereka.
Gadis bertombak itu bergerak efektif, Fang Yin menyadari bahwa tidak ada seorang-pun yang bisa diselamatkan dari serangannya. Sementara si gadis Jawa tandemnya, bergerak lincah, melenting dan melompat. Mengganggu gerakan prajurit yang melawan mereka.
"Kebo..!", serunya dalam hati ketika menyadari Bagas dan rekan-rekannya sedang bergerak untuk menghadang pergerakan kedua gadis itu.
"Kebo! Jangan!", teriaknya sambil melompat dan berlari kearah Bagas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fang Yin 1513 - Buku Tiga
Ficção Histórica"Dalam sebuah surat kepada Alfonso de Albuquerque, dari Cannanore, Fernão Pires de Andrade, Kapten armada yang menghalau Pate Unus, mengatakan: Jung milik Pati Unus adalah yang terbesar yang dilihat oleh orang-orang dari daerah ini. Ia membawa serib...