Ketika Asuna melihat Amakusa mendekatinya, dia hanya mengangkat alis dan tidak berbicara, tidak menolak atau menerimanya.
Jadi, Amakusa berkata.
"Aku akan anggap diam itu sebagai persetujuan." (Amakusa)
Amakusa duduk di samping Asuna, berdekatan dengannya.
Awalanya, Amakusa mengharapkan Asuna akan bergeser menjauh darinya seperti yang ada di anime, tetapi gadis itu tidak melakukan itu, dan membiarkan dia berada di sampingnya.
"Kenapa kau tidak ikut berpesta di sana? Jangan khawatir, walau ada banyak masalah tadi, mereka semua tetaplah orang baik kok." (Amakusa)
Ketika dia mendapat jeda keheningan, Amakusa berpikir Asuna tidak akan menjawab basa-basinya tetapi setelah beberapa detik, gadis berjubah itu membuka mulutnya.
"Itu karena mereka semua tampak sudah mengenal satu sama lain." (Asuna)
"Ahh~ Aku mengerti itu. Ini seperti perasaan ketika kau sendirian berkunjung ke rumah temanmu saat mereka sedang menerima tamu lain dari kerabat mereka dan kau berakhir ditinggalkan sendirian karena tidak mengenal siapapun di sana." (Amakusa)
Amakusa menganggukkan kepalanya sendiri sambil menutup mata, mengingat pengalaman yang dia alami dulu itu saat dia berkunjung ke rumah Alex yang masih tinggal bersama keluarganya.
Amakusa lalu tersenyum pada Asuna.
"Maaf karena sudah membuatmu merasa seperti itu, Asuna-san. Aku tidak bisa bilang kita langsung berteman ... tapi karena kita sudah menjadi satu kelompok, setidaknya kita bisa dibilang sudah menjadi kenalan, bukan? Jadi tidak perlu merasa terasing ketika berada di sekitar kami." (Amakusa)
"...." (Asuna)
Asuna tidak menjawab, namun Amakusa tidak keberatan dengan itu. Selama dia mendengarkannya, dia tidak keberatan untuk diabaikan.
"Oh iya Asuna-san, kau belum minum apapun sejak pesta ini dimulai kan? Aku berpikir untuk memberikannya kepada Kirito tadi tetapi entah kenapa dia malah hilang. Kau pasti haus setelah makan roti kering itu tadi kan? Kalau begitu ambilah." (Amakusa)
Amakusa mengambil sebuah jus jeruk seperti yang ada di genggamannya dari inventarisnya dan menyerahkan itu pada Asuna.
"... Terima kasih." (Asuna)
Karena pada kenyataannya dia memang haus, Asuna tidak menolak jus jeruk pemberian Amakusa dan meminumnya.
Namun, karena dia meminum jusnya dengan tergesa-gesa, akhirnya dia malah tersedak dan terbatuk-batuk.
"Uhuk! Ugh!" (Asuna)
"H—Hei, hati-hati." (Amakusa)
Amakusa menepuk punggung gadis itu dengan perlahan dengan ekspresi khawatir.
"Apa kau baik-baik saja, Asuna-san? Mungkin memberimu jus jeruk adalah pilihan yang buruk ... Itu gampang membuat orang tersedak kalau tidak hati-hati sih. Ingin aku ambilkan air minum biasa?" (Amakusa)
"... Tidak perlu, aku baik-baik saja." (Asuna)
Asuna menggelengkan kepalanya.
Dia kemudian kembali meminum jusnya. Namun kali ini dia berhati-hati untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama dan meminumnya dengan perlahan.
Amakusa tersenyum lega.
Dia lalu ikut meminum jusnya sendiri dan mengamati keramaian kota pada malam hari yang dipenuhi dengan cerahnya lampu.
Para NPC maupun player berbaur dengan baik seperti tidak ada bedanya dengan keramaian pada dunia asli.
"Ini adalah dunia yang indah, bukan?" (Amakusa)
"... Indah?" (Asuna)
Asuna memiringkan kepalanya ketika Amakusa tiba-tiba berbicara.
Apa yang Amakusa katakan bagi Asuna adalah hal yang tak masuk akal. Maksudnya, dunia ini adalah dunia yang indah? Sejak pertama kalinya dia datang ke sini, dia hanya dipenuhi dengan perasaan putus asa dan ketakutan.
Game Master memenjarakan player yang bermain game ini, dan bahkan sudah memakan korban sampai 2.000 player. Mereka semua meninggal di dunia virtual ini.
Indah adalah kata terakhir yang akan Asuna temukan untuk mendeskripsikan dunia ini.
Namun, Amakusa tidak tahu apa yang dipikirkan Asuna dan mungkin tidak peduli bahkan jika dia mengetahuinya, jadi dia terus melanjutkan kata-katanya. Karena matanya berkelip-kelip dan tampak mabuk, diisi dengan banyaknya pantulan dari lampu-lampu kota.
"Ya, indah. Segala sesuatu yang ada di sini tampak nyata. Mau itu pemandangan, bau, ataupun rasa dari jus yang saat ini kita minum. Semua itu tidak ada bedanya dengan dunia nyata kita, dunia yang hanya bisa diciptakan oleh tangan Tuhan. Jika aku boleh bilang, ini bahkan lebih indah dari itu." (Amakusa)
Amakusa lalu melanjutkan.
"Asuna-san, apa kau pernah berpikir bagaimana Kayaba Akihiko menciptakan dunia ini? Dia pasti telah mencurahkan semua cintanya hanya untuk menciptakan dunia ini. Jika tidak, bagaimana bisa dunia ini menjadi sangat indah? Aku bahkan rela jika aku terkurung selamanya di dunia ini." (Amakusa)
"...." (Asuna)
Asuna tidak menjawab. Lebih tepatnya, dia tidak tahu harus berkata apa.
Ini baru pertama kalinya dia bertemu dengan seseorang seperti Amakusa, yang mencintai dunia ini. Semua player lain yang pernah Asuna temui sama seperti dirinya, yaitu membenci dunia ini.
Amakusa kemudian tersadar dari lamunannya. Dia lalu berbalik ke Asuna dan memasang wajah meminta maaf sambil menggaruk bagian belakang kepalanya.
"Ah, maaf kalau aku berbicara hal yang tidak-tidak. Mungkin karena aku tidak sengaja mabuk karena mencium terlalu banyak bau alkohol saat yang lain sedang minum-minum tadi." (Amakusa)
Dia lalu berdiri dan menatap Asuna.
"Asuna-san, yang ingin aku katakan adalah jangan terlalu kaku. Aku tidak menyuruhmu untuk mencoba menikmati dunia ini, tetapi setidaknya cobalah untuk rileks. Dengan itu aku yakin beban di pundak mu akan menjadi lebih ringan dan pastinya, kau tidak akan tersedak jus seperti tadi." (Amakusa)
Amakusa tertawa saat mengatakan itu.
Setelah itu dia meminum sema jus yang ada di tangannya dengan terburu-buru sampai habis dan menebas-nebas roknya yang kotor karena debu.
"Kalau begitu, karena ini adalah jam tidurku aku akan pamit dulu Asuna-san. Sampai jumpa lagi saat penaklukan bos dimulai. Dah!" (Amakusa)
Dengan itu, Amakusa pergi berlari keluar dari gang yang gelap itu, lalu menghilang berbaur dengan ramainya kota.
"Rileks, ya?" (Asuna)
Asuna bergumam saat dia ditinggalkan sendirian di gang itu. Dia memikirkan kata-kata Amakusa.
Setelah beberapa detik berpikir, dia berhenti dan menatap gelas jus yang ada di tangannya. Dia kemudian mencoba itu untuk ketiga kalinya dan akhirnya berkata.
"Enak." (Asuna)
...
Sementara itu, Amakusa yang telah pergi jauh dari tempat Asuna, tidak sengaja bertemu Kirito yang baru saja keluar dari sebuah kamar mandi umum.
"...." (Amakusa)
".... Astolfo-san? Ada apa?" (Kirito)
"Kau benar-benar goblok." (Amakusa)
Amakusa memandang Kirito seperti dia memandang seorang sampah yang rela pergi ke pelacuran dan meninggalkan istrinya kesepian sendirian di rumah sampai harus ditemani oleh pria lain.
Setelah itu dia pergi tanpa basa-basi.
"K—Kenapa!?" (Kirito)
Tidak tahu apa yang terjadi, Kirito kembali ke penginapan dengan kaki terhuyung-huyung, berpikir kesalahan apa yang telah dia lakukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAO: Astolfo Reincarnation
FanfictionAku, Amakusa mati dan tiba-tiba bereinkarnasi ke dunia SAO dengan tubuh Astolfo? "Tunggu! Ini salah! Aku seharusnya pria tampan dan keren, namun kenapa aku malah menjadi trap!?" . Catatan: Saya tidak memiliki hak cipta atas gambar sampul maupun gamb...