Keesokan harinya, setelah Amakusa, Kirito, dan Asuna bertemu kembali. Mereka bertiga kemudian bergabung dengan grup Diavel dan mulai berangkat menuju labirin dimana letak bos lantai pertama tinggal.
Setelah diskusi, ketiganya memutuskan untuk menjadikan Kirito sebagai pemimpin kelompok mereka.
"Apa kau yakin, Astolfo-san. Menyerahkan kepimpinan kelompok kepadaku? Bukankah pangkat ini lebih cocok untukmu?" (Kirito)
"Apa yang kau katakan, Kirito? Apa kau tidak ingat bahwa pertemuanku denganmu itu dimulai saat aku dikejar para babi di tempat pemula? Bagaimana kau bisa mengharapkan aku untuk memimpin ini?" (Amakusa)
Amakusa mendesah dan mengangkat bahu sambil menggelengkan kepalanya, tampak kecewa atas rasa rendah diri Kirito.
"Selain itu, aku dan Asuna-san sudah menyetujui kalau kau yang akan menjadi pemimpin. Dua banding satu. Kau tidak bisa mengeluh dan berharap menggantinya saat sudah sejauh ini, kan?" (Amakusa)
Amakusa melirik Asuna, yang dibalas anggukan oleh gadis berjubah itu.
Kirito menjatuhkan kepalanya dengan putus asa saat dia tidak memiliki tempat untuk melawan dua orang di kelompoknya ini.
Dia lalu mulai berbicara lagi.
"Kalau begitu sebagai pemimpin, aku akan menjelaskan apa yang harus kita lakukan di misi penaklukan ini lagi." (Kirito)
Kirito menegakkan punggungnya dan memandang keduanya.
"Pertama, seperti yang Diavel katakan tadi, karena kita tidak memiliki cukup anggota untuk bisa menjadi kelompok enam orang, tugas kita adalah untuk membersihkan para mob dan memberikan jalan bagi kelompok lain untuk menyerang bos." (Kirito)
Amakusa mengangguk saat dia mendengarkan.
"Aku mengerti itu. Walaupun agak kesal karena tidak bisa ikut grup utama untuk menyerang bos, jika anggota kelompok kita sendiri saja hanya ada tiga, kita tidak punya pilihan lain karena tidak mungkin kita bisa menyumbang damage yang cukup. Yang ada malah jadi pengganggu dalam grup." (Amakusa)
Kirito ikut mengangguk, menyetujui perkataan Amakusa. Dia lalu melanjutkan.
"Benar. Dan agar tidak menjadi pengganggu serta bisa membasmi mob dengan baik, kita akan menggunakan strategi serangan giliran." (Kirito)
"... Serangan giliran?" (Asuna)
Kirito mengangguk.
"Strategi tahan dan serang. Satu orang akan menghadapi musuh untuk membuka celah, lalu satu orang lagi akan melakukan switch dengan orang yang menghadapi musuh itu dan menyerang musuh dari celah yang sudah dibuka." (Kirito)
Amakusa menyentuh dagunya saat memikirkan rencana yang dikatakan Kirito dan berkata dengan bingung.
"Tunggu Kirito, orang yang bertugas dalam strategi yang kau katakan hanya ada dua sementara anggota kelompok kita ada tiga. Apa yang akan dilakukan orang terakhir?" (Amakusa)
"Pertanyaan bagus Astolfo-san. Memang, dari awal strategi ini biasanya digunakan untuk kelompok yang beranggotakan dua orang. Tetapi karena kita adalah kelompok yang beranggotakan tiga orang, aku memodifikasi strategi ini dan menjadikannya lebih aman dengan menempatkan anggota terakhir sebagai pengawas yang bertugas untuk meng-cover jika ada masalah saat dua orang pertama sedang melakukan serangan." (Kirito)
Mendengarkan dengan hati-hati, Amakusa tidak bisa menahan pikirannya sendiri setelah Kirito bicara.
'Orang ketiga, huh? Jika aku tidak ada, strategi ini seharusnya hanya dilakukan oleh Kirito dan Asuna, menjadikan keduanya duo terbaik di masa depan. Padahal tadi malam aku baru saja mengambil kesempatan Kirito untuk berdekatan dengan Asuna ... tapi aku malah jadi pengganggu lagi di sini ...' (Amakusa)
Pikirnya.
'Perasaan ini pernah kurasakan dulu saat aku bersama Kirito dan Klein untuk pertama kalinya setelah aku datang ke dunia ini. Benar-benar perasaan yang tidak enak ...' (Amakusa)
Amakusa lalu mengangkat tangannya. Setidaknya hanya ini yang bisa dia lakukan agar dia benar-benar tidak menjadi pengganggu.
"Kalau begitu Kirito, bisakah aku yang mengambil peran untuk menjadi pengawas itu?" (Amakusa)
"Eh? Kenapa? Ini adalah posisi yang lumayan sulit. Aku pikir aku yang akan mengambil posisi ini ..." (Kirito)
Amakusa menggaruk pipinya dan mengalihkan pandangannya, tidak ingin menatap langsung ke Kirito.
"Hahaha ... tidak. Aku hanya pikir posisi itu lebih cocok untukku. Karena kau tahu, meskipun pertahanan maupun seranganku lemah, kecepatan serta ketangkasanku itu cukup tinggi. Dan karena posisi pengawas harus cepat tanggap untuk bisa meng-cover hal tak terduga, aku jadi berpikir kalau aku mungkin lebih berguna jika berada di posisi itu ..." (Amakusa)
Kirito menyentuh dagunya. Dia berpikir bahwa apa yang dikatakan Amakusa sebenarnya cukup masuk akal. Jadi, dia mengangguk.
"Kalau begitu, jika itu yang kau inginkan, maka kau akan menempati posisi itu Astolfo-san." (Kirito)
Amakusa mengepalkan tangannya dan melompat.
"Yatta! Terima kasih, Kirito. Kemudian sisanya kalian berdua yang akan mengambil posisi utama di strategi ini kan?" (Amakusa)
"Ya. Aku akan menjadi orang yang membuka celah musuh dan Asuna-san ... menjadi orang yang switch denganku untuk menyerang setelah aku membuka celah. Apa kau tidak keberatan dengan itu?" (Kirito)
Asuna mengangguk dalam diam dan menjawab.
"Aku tidak keberatan dengan itu. Tapi sebelum itu, ada hal yang ingin aku tanyakan tentang strategi ini." (Asuna)
"Apa itu?" (Kirito)
Kirito mengangkat alisnya. Dia bertanya-tanya apakah penjelasan yang dia buat terlalu membingungkan karena dia ingat dia cukup banyak bicara tadi.
Asuna mengangkat kepalanya. Dia lalu menatap Kirito dari balik jubahnya dan membuka mulut.
"Switch itu apa?" (Asuna)
Kirito tersandung.
Amakusa, walau dia tidak tampak terkejut dengan pertanyaan yang diajukan Asuna, bibir dia masih berkedut.
"Seharusnya aku memberitahu Kirito dulu kalau dia itu sama sekali tidak mengerti game ..." (Amakusa)
...
Amakusa, Kirito, dan Asuna, setelah perjalanan yang panjang dan melelahkan, mereka bertiga berserta grup Diavel akhirnya sampai di pintu labirin tempat dimana bos berada.
Diavel berdiri di hadapan para player, dan menancapkan pedangnya ke tanah.
"Dengarkan baik-baik, semuanya. Hanya ada satu hal yang bisa aku katakan di sini." (Diavel)
Pria berambut biru itu tersenyum.
"Mari kita menang!" (Diavel)
Walau Diavel sudah mencoba memompa semangat mereka, para player yang mendengarkan sama sekali tidak yang tersenyum dan berwajah serius.
Karena mereka tahu, bahwa meskipun ini adalah game, mereka akan mempertaruhkan nyawa mereka di sini.
Diavel tampaknya juga bisa membaca suasana mereka dan tanpa basa-basi, dia berbalik dan membuka pintu ruangan bos.
Para player menyiapkan senjata mereka.
Diavel memimpin masuk duluan.
Ruangan bos awalnya adalah ruangan yang gelap dan gelap, membuat orang tidak tahu apa yang ada di dalam sini.
Namun, setelah Diavel mencapai beberapa langkah ke dalam, lampu mulai menyala.
Suara raungan yang keras terdengar.
Sebuah sosok besar berwarna merah yang tampak seperti spesies yang hanya muncul dalam cerita-cerita fantasi, muncul dan melompat ke tengah-tengah ruangan hingga menciptakan gempa kecil karena betapa berat tubuhnya.
Sebuah nama kemudian muncul di atas kepala makhluk itu—
[Ilfang the Kobold Lord]
KAMU SEDANG MEMBACA
SAO: Astolfo Reincarnation
FanfictionAku, Amakusa mati dan tiba-tiba bereinkarnasi ke dunia SAO dengan tubuh Astolfo? "Tunggu! Ini salah! Aku seharusnya pria tampan dan keren, namun kenapa aku malah menjadi trap!?" . Catatan: Saya tidak memiliki hak cipta atas gambar sampul maupun gamb...