[You got the item!]
[Pneuma Flower]
"Kita mendapatkannya, Alex-san! Dengan ini Pina bisa diselamatkan, bukan!?" (Silica)
Silica berkata dengan penuh rasa bahagia saat dia memetik sebuah bunga bernama [Pneuma Flower] yang ada di tengah-tengah Bukit Kenangan.
Amakusa mengangguk.
"Ya. Tapi mari kita lakukan itu ketika kita ada di kota. Meskipun monster di wilayah tengah sini tetap bukan tandinganku ..." (Amakusa)
Amakusa ingat pengalaman mengerikan yang dia alami tadi dan tidak ingin mengalaminya untuk yang kedua kali.
Dia khawatir, saat ini dia mungkin telah mendapat trauma baru dengan monster berjenis tumbuhan.
"Ahaha ..." (Silica)
Silica tertawa kering, tidak yakin harus merespon bagaimana. Kejadian tadi memang benar-benar menegangkan.
"Kemudian, bagaimana kalau kita menaiki Hippogriff untuk kembali ke kota? Itu akan lebih cepat dan kau pasti kelelahan setelah semua hal ini, bukan?" (Amakusa)
Amakusa kemudian mengeluarkan item peluit tanduk yang bisa memanggil Hippogriff.
"Ah—" (Silica)
Silica tersendat ketika mendengar Amakusa mengatakan itu. Tangannya tanpa sadar memegang tangan mantan pekerja kantoran itu.
Jelas, itu membuat Amakusa memandangnya dengan bingung.
"Ada apa?" (Amakusa)
Silica berkeringat. Ketika dia mendengar mereka akan pulang dengan cepat dari mulut Amakusa, dia tanpa sadar memegang pergelangan tangannya.
Silica tidak ingin lebih pulang cepat. Dia tidak ingin waktu bersama Amakusa berakhir dengan lebih cepat. Dia ingin berjalan perlahan, dia ingin menikmati waktu bersamanya dengan lebih lama.
Tapi Silica tentu saja tidak bisa mengatakan isi pikirannya itu. Jadi, dia hanya bisa menggenggam tangan Amakusa dengan lebih kuat dan berkata dengan malu-malu.
"I—Itu ... aku belum lelah! Benar! J—Jadi Alex-san ... bisakah kita pulangnya dengan berjalan kaki saja?" (Silica)
"...? Jika itu yang kau inginkan maka ..." (Amakusa)
Amakusa bingung dengan tingkah Silica. Tapi memutuskan untuk tidak bertanya lebih lanjut.
Amakusa hanya berpikir Silica mungkin menyukai pemandangan ladang bunga yang ada di sepanjang jalan di Bukit Kenangan ini, jadi dia mengangguk.
Hati Silica langsung beneran berbunga ketika melihat anggukan Amakusa.
'Y—Yosh! S—Sekarang aku punya lebih banyak waktu bersama Alex-san!' (Silica)
Ini adalah yang dipikirkan si gadis.
'Tetap saja ... gadis jaman sekarang benar-benar punya stamina yang banyak 'bukan?' (Amakusa)
Dan ini adalah yang dipikirkan si bodoh.
Amakusa lalu berkata.
"Ngomong-ngomong, apakah kita akan berjalan pulang dengan berpegangan tangan terus seperti ini?" (Amakusa)
"Huh?" (Silica)
Silica bingung kenapa Amakusa tiba-tiba mengatakan itu. Namun, dia kemudian menyadari kalau tangannya masih memegang tangan mantan pekerja kantoran itu sejak tadi.
Silica dengan buru-buru melepasnya.
"M—Maaf!" (Silica)
Amakusa tersenyum ketika melihat gadis itu tergagap.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAO: Astolfo Reincarnation
FanfictionAku, Amakusa mati dan tiba-tiba bereinkarnasi ke dunia SAO dengan tubuh Astolfo? "Tunggu! Ini salah! Aku seharusnya pria tampan dan keren, namun kenapa aku malah menjadi trap!?" . Catatan: Saya tidak memiliki hak cipta atas gambar sampul maupun gamb...