Bab 47: Lutut

408 52 13
                                    

Karena Amakusa sudah mengetahui kalau mereka tidak akan mendapatkan apa-apa setelah menganalisis pedang yang digunakan dalam "pembunuhan" ini, dia masih memiliki alasan untuk tetap di sini.

Selagi Lisbeth masih mengamati pedang berduri di depannya, Amakusa diam-diam menyelinap ke samping Kirito dan berbisik kepada remaja berambut hitam itu.

"Jadi ... bagaimana kemajuanmu dengan Asuna, Kirito?" (Amakusa)

"Um?" (Kirito)

Kirito memiringkan kepalanya dengan bingung.

Alasan Amakusa untuk tetap di sini sebenarnya adalah untuk menanyakan itu. Dia ingin mengetahui bagaimana kemajuan hubungan antara Kirito dan Asuna setelah dia membiarkan mereka bekerja di misi yang sama.

Dia memang merasa agak malu menanyakan soal percintaan orang lain dengan blak-blakan seperti ini tetapi karena dia khawatir Kirito sudah jatuh hati dengan Lisbeth, dia tidak punya pilihan lain.

Sayangnya, meski Amakusa sudah bertanya dengan jelas, remaja berambut hitam yang memiliki pikiran bersih itu tidak menyadari kalau ketuanya ini sedang bertanya tentang hubungannya bersama Asuna.

'Ketua menanyakan hubunganku bersama Asuna ... secara romantis? Tidak, itu tidak mungkin. Ketua kami bukan orang yang suka menggosipkan hubungan anggotanya seperti itu sih.' (Kirito)

Pikir Kirito.

'Kalau begitu, apakah dia bertanya soal kemajuanku bersama Asuna ketika kami menyelidiki pembunuhan kemarin?' (Kirito)

Andai Amakusa memiliki kemampuan untuk membaca pikiran orang lain dan menggunakannya pada Kirito saat ini, dia mungkin sudah terkena ribuan tusukan panah di hatinya dan mati di tempat karena betapa bersih image-nya di kepala remaja berambut hitam itu meski dia telah mencoba untuk mencampuri hubungan cinta mereka.

Sayangnya mantan pekerja kantoran tidak mungkin memiliki kemampuan seperti itu dan kesalahpahaman terus berlanjut.

Kirito menggaruk pipinya dengan ekspresi skeptis.

"Yah ... untuk saat ini aku kurang yakin ..." (Kirito)

Meskipun dia sudah mendapatkan pedang yang digunakan dalam "pembunuhan", dia tidak yakin itu akan memberikan petunjuk banyak bahkan setelah Lisbeth menganalisanya nanti.

Memang, dia tadi juga sudah mendapat saksi dalam penyelidikannya dan mendapatkan informasi kalau dia ternyata adalah satu guild dengan sang korban tetapi selain informasi itu, dia tidak mendapat yang lain.

Jadi, Kirito melanjutkan.

"Mungkin besok." (Kirito)

"Besok, huh?" (Amakusa)

Amakusa menyilangkan lengannya sendiri, merasa ragu.

Dia salah paham dengan apa yang dikatakan Kirito dan berpikir kalau remaja berambut hitam itu sedang berbicara masalah hubungannya bersama Asuna.

'Sudah kuduga, segalanya tidak akan berjalan selancar itu. Meski aku sudah menempatkan mereka di misi yang sama, jika keduanya tidak memiliki pemikiran romantis pada satu sama lain, itu tetap tidak akan berhasil.' (Amakusa)

Amakusa merasa dia benar-benar harus melakukan sesuatu di sini.

'Apa mungkin aku harus memanfaatkan Lisbeth di sini? Seperti, menggunakan dia sebagai gadis kedua yang tiba-tiba mencintai karakter utama di tengah cerita untuk membuat heroine utama cemburu dan menyadari perasaannya terhadap karakter utama? Dalam acara drama, mereka sering menggunakan plot seperti ini sih.' (Amakusa)

Pada saat itu, ketika Amakusa sedang memikirkan sebuah rencana untuk menyatukan kedua pasangan yang dia sukai di anime—Asuna, orang yang ingin dia jodohkan itu, tiba-tiba muncul dari belakangnya.

"Ketua, kau sedang membicarakan apa dengan Kirito?" (Asuna)

"... !!" (Amakusa)

Amakusa melompat dengan kaget. Untung karena dia menutup mulutnya rapat-rapat saat berpikir tadi, dia tidak mengeluarkan suara aneh seperti biasanya ketika dikejutkan oleh Asuna.

"A—Ada apa, A—Asuna? Apa kau memiliki urusan?" (Amakusa)

"Huh?" (Asuna)

Asuna awalnya menghampiri Amakusa karena dia iseng, penasaran apa yang ketuanya bicarakan dengan Kirito. Namun, ketika dia melihat bagaimana gugup mantan pekerja kantoran di depannya ini ...

Asuna menyipitkan matanya dan menatap bolak-balik antara Kirito serta Amakusa.

"Ketua, Anda—" (Asuna)

"Hm, tidak banyak informasi yang bisa kudapatkan dari senjata ini." (Lisbeth)

Lisbeth yang baru saja selesai menganalisis pedang, tiba-tiba berbicara dan memotong perkataan wakil komandan itu.

Silica yang selama ini terus di samping Lisbeth, berbicara.

"S—Setidaknya Anda mendapat nama orang yang membuat pedang ini, kan?" (Silica)

"Apa kau sedang meremehkanku? Nama pembuat adalah hal pertama yang harus didapat bahkan jika skill penilaian ku rendah." (Lisbeth)

Amakusa yang melihat ini sebagai kesempatan untuk kabur dari Asuna, langsung maju dan bertanya pada gadis pandai besi berambut merah muda di depannya itu.

"J—Jadi, bagaimana?" (Amakusa)

"Seperti yang kubilang tadi, aku tidak mendapat banyak informasi dari sini selain nama pembuatnya, yang sama sekali tak kukenal. Meskipun bahan dan cara pembuatannya kudapatkan secara detail, sama sekali tidak ada yang spesial dari itu." (Lisbeth)

Lisbeth menjawab sambil mengangkat bahu. Dia lalu menyerahkan pedang itu kembali pada Kirito.

"Pedang itu bernama [Guilty Thorn]. Itu dibuat oleh seorang player bernama Grimrock. Karena aku tidak mengenalnya, dia pasti bukanlah seorang pandai besi berlevel tinggi." (Lisbeth)

"[Guilty Thorn] ... " (Kirito)

Kirito bergumam ketika dia memegang pedang itu di tangannya.

Amakusa meliriknya, dan kemudian ingat salah satu adegan yang terjadi dalam anime, membuat dia bertanya-tanya apakah remaja berambut hitam itu akan melakukan hal sama.

Kemudian, seperti harapannya.

Kirito menyentuh dagunya sejenak seperti dia mendapatkan sebuah ide. Dia memegang gagang pedang berduri itu dan mengarahkannya ke tangannya yang lain, lalu—

Asuna tiba-tiba menghentikannya. Meskipun gadis itu awalnya bingung dengan apa yang akan dilakukan remaja berambut hitam itu, ketika dia menyadari niatnya, tangannya langsung melesat ke depan.

Asuna mengerutkan kening.

"Tunggu!" (Asuna)

Sementara Silica dan Lisbeth yang menonton masih bingung dengan apa yang Kirito mau lakukan, Amakusa disisi lain bersiul diam-diam.

Kirito sendiri juga bingung dan kaget kenapa dia dihentikan oleh Asuna. Dia menoleh ke gadis berambut cokelat itu.

"A—Ada apa?" (Kirito)

""Ada apa", dengkulmu! Itu adalah senjata yang telah digunakan untuk membunuh orang, kenapa kau malah berpikir untuk mencobanya!?" (Asuna)

"Ini ... tetapi jika aku tidak mencobanya, kita tidak akan tahu kan?" (Kirito)

Mendengar jawaban Kirito, Asuna tidak bisa menahan diri untuk tidak menepuk jidatnya sendiri.

Meskipun dia mengerti kalau mencoba pedang itu sendiri mungkin bisa membuat mereka tahu apakah itu bisa digunakan untuk membunuh di area aman, ini tetaplah—

"Itu gegabah." (Asuna)

Asuna berkata. Gadis itu kemudian tanpa basa-basi mengambil pedang bernama [Guilty Thorn] tersebut dari tangan Kirito dan menyerahkannya kepada Amakusa.

"Ketua, tolong simpan ini baik-baik." (Asuna)

"Eh? Ya?" (Amakusa)

Amakusa awalnya heran kenapa malah dia yang diberikan pedang itu oleh Asuna tetapi karena gadis itu telah melemparkannya pada dia, sang mantan pekerja kantoran tidak punya pilihan lain selain menerima.

SAO: Astolfo ReincarnationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang