Lebih sudah dari seminggu sejak Sachi dan guild [Kuroneko] miliknya diakusisi oleh [The White Paladin].
Meski baru menjadi anggota [The White Paladin], kehidupan dia dan teman-teman anggota guild-nya berjalan menjadi lebih baik di game ini setelah itu.
Tidak hanya diberikan tempat berburu bagus, di guild ini mereka bahkan mendapatkan perlengkapan yang jauh lebih baik dari yang biasa mereka pakai.
Apalagi ditambah karena Keita akhirnya memutuskan untuk tinggal di markas bersama anggota [The White Paladin] lain, mereka juga mendapat kenalan baru dan jaringan informasi mereka meluas, membuat mereka dengan gampang mendapat info ketika ada quest sampingan yang menguntungkan secara cepat.
Intinya Sachi, Keita, dan teman-temannya sangat merasa bersyukur karena mereka telah diundang ke guild ini.
"Karena semua keberuntungan yang terjadi pada kami saat ini, aku jadi tidak yakin apakah ini mimpi atau kenyataan ..." (Sachi)
Sachi, yang baru saja membeli beberapa potion untuk teman-temannya dari kota dan sedang berjalan kembali ke markas [The White Paladin], memakan sandwich hasil pembeliannya dari NPC tadi sambil mendongakkan kepalanya, memandangi langit biru virtual—merasa semua ini tidak nyata.
Kemudian, dia berhenti.
"Ataukah mungkin, sebenarnya aku itu sudah mati dan semua yang terjadi padaku saat ini adalah sebuah mimpi setelah kehilangan nyawaku?" (Sachi)
Sachi bergumam dan melamun untuk sejenak, merasa dia telah menemukan suatu teori yang luar biasa.
Sayang, tepat setelah dia memikirkan itu, sinar panas dari matahari palsu yang menyengat kulitnya datang mengenai dirinya, memaksa gadis berambut hitam itu bangun kembali untuk disadarkan kalau semua ini memanglah kenyataan.
"Aku benar-benar harus berterima kasih dengan Kirito-san dan Astolfo—tidak, maksudku ketua, karena telah mengundangku ke guild mereka." (Sachi)
Berbicara seperti itu, Sachi tersenyum ketika dia menghabiskan gigitan terakhir pada sandwich dan membuang bungkusnya, membuat itu pecah berkeping-keping menjadi partikel.
"Yosh! Untuk hari ini juga, aku akan bersemangat!" (Sachi)
Sachi menyatakan dan mengepalkan tinjunya sambil berteriak, menyebabkan dia menarik perhatian player di sekitar.
Namun dia tidak peduli dengan itu. Akibat emosi senang yang dia dapatkan secara tiba-tiba saat ini, dia merasa sangat berenergi untuk melakukan apa saja.
Ditambah karena dia akhirnya terbiasa setelah terpaksa untuk bertarung di posisi depan sebagai tank karena kurangnya penerima damage di grupnya, dia menjadi semakin tidak sabar mencoba skill-skill barunya.
Suasana Sachi menjadi bahagia. Melanjutkan perjalanannya untuk kembali ke markas, langkahnya berubah ringan dan dia bahkan melompat-lompat.
Sampai, kakinya berhenti lagi ketika dia menyadari ada seseorang yang dia kenali memasuki pandangannya.
"Keita?" (Sachi)
Keita adalah seorang laki-laki pemimpin dari grup mereka dan teman Sachi dalam klub sekolah di dunia nyata.
Melihat sosoknya di sini, Sachi tidak bisa menahan dirinya untuk tidak bingung.
"Kenapa dia ada di sini? Bukankah dia harusnya masih ada di markas?" (Sachi)
Pada akhirnya, bingung sendiri tidak akan menghasilkan jawaban. Jadi, Sachi memutuskan untuk mengangkat tangannya dan memanggil temannya itu, sambil menghampiri.
"Hei, Keita—!" (Sachi)
Mendengar teriakan darinya, lelaki itu kemudian menoleh. Namun, bukannya menyapa balik seperti yang Sachi harapkan, Keita entah kenapa malah terlihat seperti memiliki ekspresi sulit.
"Keita ...?" (Sachi)
Kaki Sachi melambat. Kemudian, ketika dia akhirnya sudah berada di dekat Keita, dia lalu langsung mengerti alasan apa yang membuat temannya itu memiliki ekspresi sulit.
Karena bagaimanapun—muncul dari belakang temannya, seorang gadis (?) berambut merah muda dengan ikat kepang, menyapa dia dengan senyum.
"Lama tidak bertemu, Sachi-kun. Semuanya berjalan dengan baik-baik saja di sisimu, kan?" (Amakusa)
"Asto—maksudku, K—Ketua!?" (Sachi)
Sachi tidak bisa menahan keterkejutannya melihat sosok ketua yang dia pikir tidak akan pernah dia temui lagi dalam waktu dekat.
Jelas, itu adalah Amakusa.
Sudah satu hari berlalu sejak dia membawa Silica untuk membeli perlengkapan. Hari ini, bersama dengan gadis itu lagi, dia membawanya ke sini.
Silica datang dari belakangnya. Bersama Pina si familiar-nya, dia lalu menundukkan kepala sedikit kepada Sachi di depannya, mengucapkan salam.
"S—Salam kenal." (Silica)
"Salam kenal ...?" (Sachi)
Awalnya, Sachi bingung lagi ketika dia tiba-tiba disalami oleh gadis yang tidak dia kenal di depannya ini. Tapi, ketika dia melihat perlengkapan tingkat atas yang Silica pakai, dia tidak bisa menahan diri untuk tidak tertegun, berpikir kalau dia adalah anggota kelas tinggi.
Kegugupan gadis berambut hitam itu semakin bertambah. Dia lalu melirik Keita—satu-satunya kenalannya, dan menatapnya dengan pandangan meminta penjelasan, untuk semua ini.
Tetapi bahkan sebelum Keita bisa membuka mulutnya, Amakusa yang menyadari kebingungan Sachi, langsung maju dan mengangkat tangannya, berbicara.
"Karena tidak nyaman berbicara di tengah jalan seperti ini, bagaimana kalau kita mencari tempat untuk duduk dulu? Aku akan mentraktir kalian kok." (Amakusa)
"...." (Sachi)
Karena Amakusa berbicara sambil menolehkan pandangannya ke sekitar, Sachi secara tidak sadar mengikuti itu dan terdiam ketika dia sadar, kalau mereka—empat orang yang memakai jubah putih dari [The White Paladin] dan salah satunya bahkan pemimpin guild itu sendiri, menarik perhatian dengan jelas.
.
Sachi terduduk diam setelah dia sampai di bar sepi terdekat yang mereka temukan dan menatap gelas air putih gratis yang disajikan oleh pelayan dengan pandangan kosong.
"Hm? Apa kau tidak akan memesan sesuatu, Sachi-kun?" (Amakusa)
Amakusa, yang menyadari kalau hanya ada air putih di hadapan Sachi, memiringkan kepalanya dengan bingung dan menanyai gadis itu.
Sachi dengan cepat mendapatkan kembali pikirannya ketika Amakusa berbicara padanya dan menggelengkan kepala secara tergesa-gesa.
"T—Tidak apa kok, Ketua. Aku cukup ini saja." (Sachi)
Sembari mengatakan itu, Sachi kemudian melirik Keita yang ada di sampingnya dan menyipitkan mata dengan marah ketika melihat bagaimana orang itu malah dengan santainya memesan sebuah minuman.
Dia masih belum mendapat jawab kenapa tiba-tiba Amakusa, sang pemimpin guild mereka, bersama Keita, dan sekarang mengajaknya untuk berbicara di sini.
Awalnya, dia berencana untuk bertanya kepada temannya itu saat dalam perjalan mencari bar terdekat. Namun, karena Keita entah kenapa selalu mencoba untuk berjalan bareng bersama Amakusa, hingga akibatnya meninggalkan dia dengan gadis berambut twintail yang ternyata bernama Silica, membuat dia tidak bisa berbuat apa-apa.
"Benarkah? Yah, karena pembicaraan ini mungkin tidak akan berlangsung terlalu lama, mungkin memang tidak perlu repot-repot sampai pergi ke bar seperti ini." (Amakusa)
Mendengar jawaban santai dari Anakusa, Sachi diam sejenak. Menarik nafas dalam di hatinya, dia lalu pada akhirnya memutuskan untuk membuka mulutnya.
"...... Jadi Ketua, apa yang ingin Anda bicarakan denganku?" (Sachi)
Dia tahu ini mungkin terasa tidak sopan untuk secara langsung bertanya, tetapi karena dia tidak bisa menahan rasa penasaran serta kegugupan di dalam dirinya ini, dia tidak punya pilihan lain.
Namun, Amakusa tidak tampak keberatan dengan itu. Dia pertama meminum jus jeruk yang ada di tangannya dengan tenang, dan setelah beberapa detik, dia menaruh itu kembali ke meja. Bibirnya melengkung.
"Maaf karena tiba-tiba seperti ini. Tetapi, aku ingin kalian melatih salah satu anggota baru guild kita." (Amakusa)
KAMU SEDANG MEMBACA
SAO: Astolfo Reincarnation
FanfictionAku, Amakusa mati dan tiba-tiba bereinkarnasi ke dunia SAO dengan tubuh Astolfo? "Tunggu! Ini salah! Aku seharusnya pria tampan dan keren, namun kenapa aku malah menjadi trap!?" . Catatan: Saya tidak memiliki hak cipta atas gambar sampul maupun gamb...