Karena Amakusa sudah memutuskan untuk memberi tugas Kirito dan Asuna agar kedua orang itu menyelidiki kenapa orang bisa "mati" di wilayah aman, mereka akhirnya menetap di tempat kejadian untuk mencari tahu tentang apa yang terjadi dan mencoba mendapat saksi untuk membantu mereka.
Akibatnya, Amakusa, Kibaou, Silica, dan Pina—keempat orang yang tersisa (jika familiar dihitung) meninggalkan Kirito dan Asuna, memutuskan untuk menetap di penginapan terdekat yang mereka temukan secara acak.
Amakusa mengeluarkan uang dari inventarisnya dan memberikan itu pada resepsionis penginapan saat dia ingin memesan sebuah kamar untuk kelompoknya. Untuk jaga-jaga, dia juga sudah menghubungi Kirito serta Asuna dan memberitahu kalau mereka semua akan tinggal di sini untuk malam ini, dan memesankan mereka sebuah kamar juga jika mereka ingin ikutan tinggal setelah menyelesaikan tugas hari ini.
Amakusa lalu menolah ke belakangnya, ke Silica dan Kibaou—yang terus mengikuti punggungnya sejak mereka melihat "kematian" di wilayah aman tadi.
Amakusa tersenyum pada mereka.
"Apa yang kalian ingin makan? Karena aku sudah mengatakan kalau aku ingin mentraktir kalian, walau tanpa Kirito dan Asuna, kalian masih tetap boleh memesan sepuasnya kok—sebagai penyambutan datangnya Silica ke guild [The White Paladin]." (Amakusa)
"...." (Silica)
Silica terus diam dan tidak menjawab perkataan mantan pekerja kantoran itu. Meskipun tadi dia baru saja membiasakan diri dengan kelompok Amakusa dan terus tersenyum saat dia berbincang-bincang, sekarang semua itu hilang ketika dia terus menundukkan kepalanya—terlihat gelap serta tegang.
Tapi tidak ada yang bisa menyalahkan gadis berambut twintail itu. Lagipula Silica tidak hanya baru saja menyaksikan "kematian" dari seseorang, namun juga menemukan fakta kalau di wilayah aman, player tetaplah tidak aman dari yang namanya kematian.
Kibaou di belakangnya juga terlihat tidak jauh berbeda—masih terbawa oleh suasana tegang tadi. Walaupun dia sudah menutup matanya dan tampak tenang sambil menyilangkan lengannya, jari-jarinya mencengkram sikunya dengan kuat—seperti menunjukkan bagaimana emosinya sekarang setelah mengetahui bahwa sistem SAO ternyata memilki celah dan orang bisa terbunuh di wilayah aman.
"Kyuu~~" (Pina)
Hanya Pina yang masih bersemangat. Dia menuju ke Amakusa dan mengelilinginya, tampak akan mengambil tawaran mantan pekerja kantoran itu untuk mentraktirnya.
"Apa yang ingin kau makan?" (Amakusa)
Amakusa senang melihat bagaimana familiar itu tidak terpengaruh oleh suasana dan mengelus lehernya seperti dia sedang mengelus seekor kucing.
Amakusa lalu melirik Silica dan Kibaou.
'Tapi bagaimana ini? Meskipun aku sudah memutuskan untuk merahasiakan kalau pembunuhan itu adalah hal yang palsu, jika suasana kelompok kita menjadi seperti ini ... Apakah aku harus memberitahu saja mereka kebenarannya?' (Amakusa)
Amakusa berpikir seperti itu. Namun setelah beberapa detik kemudian, dia langsung menggelengkan kepalanya lagi dan menolak ide itu.
Memang, Amakusa lebih suka jika dia bisa menghilangkan suasana tegang serta suram yang terjadi saat ini. Tetapi, dia juga bingung bagaimana dia akan menjelaskan kepada mereka kenapa dia masih menugaskan Kirito dan Asuna menyelidiki jika itu adalah sebuah kematian palsu.
Dia tidak bisa mengatakan kalau alasan dia menugaskan Kirito dan Asuna adalah karena dia ingin menjodohkan mereka, bukan? Amakusa merasa malu dan tidak ingin membuat anggotanya berpikir kalau dia adalah orang yang menjengkelkan karena mencoba menjodohkan dan mencampuri urusan cinta orang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAO: Astolfo Reincarnation
FanfictionAku, Amakusa mati dan tiba-tiba bereinkarnasi ke dunia SAO dengan tubuh Astolfo? "Tunggu! Ini salah! Aku seharusnya pria tampan dan keren, namun kenapa aku malah menjadi trap!?" . Catatan: Saya tidak memiliki hak cipta atas gambar sampul maupun gamb...