Bab 37: Penolakan

483 68 21
                                    

Hari sudah mulai gelap. Di lorong kamar penginapan yang sepi di lantai 46, Amakusa memandang antarmuka chat yang dikirim dari Kibaou.

""Ketua, apakah benar Anda akan kembali!?" Itu yang Wakil Komandan suruh aku untuk tulis." (Kibaou)

Amakusa menggaruk pipinya saat dia melihat chat yang dikirim dari Kibaou. Tampaknya, pria berambut landak itu disuruh oleh Asuna untuk menjadi pengantar pesan karena gadis itu sudah ter-unfriend olehnya, mengakibatkan dia tidak bisa mengirim pesan secara langsung padanya.

Dia lalu mengetik.

""Tentu, aku akan kembali kok nanti. Maaf karena telah membuatmu repot selama ini". Sampaikan itu pada Asuna, Kibaou." (Amakusa)

Setelah itu, Amakusa menutup antarmuka chat dan mengangkat kepalanya, melihat Silica yang tampak gugup di depannya sedang memainkan jari-jarinya.

"Maaf membuatmu menunggu, Silica." (Amakusa)

"U—Uh, tidak apa ... Astolfo-san." (Silica)

Tanpa topengnya, ekspresi Amakusa yang terdiam terlihat dengan jelas saat dia memandang Silica. Keduanya lalu mengambil jeda selama beberapa puluh detik, sebelum sang mantan pekerja kantoran memutuskan untuk bicara duluan.

"Tentang masalah tadi siang, Silica—" (Amakusa)

"S—Sudah kubilang untuk tidak membahas itu lagi kan, A—Astolfo-san! Tolong lupakan saja!" (Silica)

Silica berteriak dengan kegagapan, perkataannya hampir sama seperti tadi siang. Karena tadi Amakusa mengatakan dia ingin berbicara sesuatu sebelum memasuki kamar, dia sudah menduga apa yang orang itu ingin bicarakan tetapi itu tetap membuatnya panik jika mantan pekerja kantoran itu bicara tiba-tiba saat dalam keheningan.

'Aku sudah menembak Alex-san. Alex-san adalah Astolfo-san. Dan Astolfo-san adalah perempuan. Kenapa dia masih mencoba untuk membahas masalah ini!? Tidak bisakah dia menganggap masalah aku yang menembaknya sebagai masalah yang tidak ada!?' (Silica)

Pikir Silcia, secara diam-diam.

Namun, seolah Amakusa bisa membaca setengah dari pikiran gadis itu, dia lalu memasang wajah serius dan menjawab.

"Mana mungkin aku bisa melupakan ini? Kau tadi sudah menyatakan perasaanmu padaku dengan serius. Identitas ku mungkin membuatmu merasa jauh denganku, tetapi tolong jangan sampai menjadikan itu sebagai pembatas atas perasaanmu padaku." (Amakusa)

"Jadi Anda tidak keberatan dengan ini!?" (Silica)

Silica membelalakkan matanya setelah dia mendengar perkataan Amakusa. Tampaknya, karena perkataan mantan pekerja kantoran itu terlalu ambigu, itu membuat dia salah paham.

'Astolfo-san mengatakan untuk tidak menaruh pembatas pada perasaanku padanya meski aku sudah tahu kalau dia itu perempuan ... Itu berarti—apakah Astolfo-san adalah orang yang seperti itu!?' (Silica)

Amakusa terdorong mundur ketika Silica berteriak. Dia agak bingung. Kenapa Silica tiba-tiba terlihat bersemangat seperti itu?

Dia lalu membalas, sambil mengepalkan tangannya.

"Aku agak kurang mengerti dengan yang kau katakan tetapi—" (Amakusa)

Amakusa menarik nafas dalam-dalam, dan menatap Silica.

"Maafkan aku, Silica. Tetapi aku harus menolak perasaanmu itu padaku. Ini tidak seperti aku membencimu atau apa. Hanya saja, aku rasa ini bukan waktunya untukku menjalin hubungan dengan seseorang. Apalagi dengan seorang gadis sepertimu." (Amakusa)

Amakusa menolak Silica. Meskipun dia merasa tidak enak menolak perasaan cinta seseorang padanya, dia tidak punya pilihan lain.

Selain dia juga merasa dirinya tidak cocok dengan gadis muda seperti Silica. Mantan pekerja kantoran itu juga memikirkan hal lain yang lebih penting yang membuatnya tidak boleh menjalin hubungan percintaan apapun di sini.

'Karena bagaimanapun, setelah game ini tamat—apa yang akan terjadi padaku? Aku telah tertabrak truk, dan langsung terkirim ke dunia virtual ini. Setelah game ini ditamatkan, bagaimana keadaan tubuhku? Semua pertanyaan itu belum terjawab sampai sekarang.' (Amakusa)

Amakusa menghembuskan nafasnya. Dia menatap Silica.

"Jadi maaf, aku tidak bisa menerima perasaanmu, Silica." (Amakusa)

"Astolfo-san ..." (Silica)

Silica merasa ingin menangis sekarang. Namun, bukan karena dia ditolak oleh Amakusa. Dia ingin menangis karena—

'Meskipun aku menyuruh Astolfo-san melupakan masalah ini, dia tetap menganggap pernyataan cintaku serius walau dia sebenarnya juga perempuan. Astolfo-san menghormati perasaanku, maka dari itu dia dengan tegas menolakku.' (Silica)

Merasa tersentuh, Silica kembali menatap Amakusa juga dan menundukkan kepalanya, untuk menunjukkan rasa terima kasihnya dan hormat kepada mantan pekerja kantoran itu.

"Terima kasih karena telah menjawab perasaanku, Astolfo-san." (Silica)

".... Ya?" (Amakusa)

Amakusa merasa bingung lagi dengan reaksi Silica. Dia awalnya berpikir gadis itu akan menjadi lebih sedih ... Melihatnya tampak lega adalah diluar harapan.

Tapi, Amakusa juga senang dengan ini. Karena dia khawatir dengan penolakan yang dia lakukan, dia pikir dia akan melukai hati gadis muda seperti Silica dan menciptakan bekas luka yang tak akan hilang dihatinya.

'Ini pasti cinta monyet yang sering didapatkan oleh anak remaja, bukan? Silica kalau tidak salah baru 13 tahun. Dia pasti salah paham mengartikan rasa terima kasihnya padaku karena telah membantunya menjadi sebuah perasaan cinta. Aku senang dia tampak sadar dari itu sekarang.' (Amakusa)

Amakusa menghela nafas lega. Meskipun, setelah dia berpikir seperti itu ... dia entah kenapa merasa telah membuat kesalahpahaman besar di suatu tempat.

Kemudian, sebuah suara notifikasi terdengar melalui telinga mantan pekerja kantoran itu. Amakusa menyadari kalau dia telah mendapat pemberitahuan dari panel game yang mengatakan kalau Kibaou telah mengiriminya sebuah pesan lagi.

"Ketua, aku sudah sampai di penginapan yang kau bicarakan. Apa aku harus naik ke lantai atas juga?" (Kibaou)

"Apa kau melacak jejakku? Kalau begitu sekalian saja naik ke sini." (Amakusa)

Amakusa membalas.

Setelah itu, tepat setelah mantan pekerja kantoran itu mengirimkan pesannya, Kibaou langsung muncul dari tangga yang tak jauh dari mereka—membuatnya tampak seperti dia sudah ada di sana sejak lama.

"Ketua, kapan kau akan kembali ke guild?" (Kibaou)

"Hm?" (Silica)

Karena Silica tidak mengetahui pembicaraan yang Kibaou dan Amakusa lakukan dalam chat mereka, dia terkejut dan agak tidak mengerti dengan pria landak itu katakan.

Amakusa menggaruk kepalanya dengan malu. Dia menatap Silica yang kebingungan dan menjelaskan.

"Aku memanggilnya ke sini. Dia datang untuk menjemput diriku agar kembali ke guild." (Amakusa)

"Kembali ...?" (Silica)

"Ya. Jadi, aku minta maaf, Silica. Sebenarnya, waktu kau bertanya apa alasanku untuk turun ke lantai bawah ini aku berbohong soal aku yang memiliki urusan penting. Alasan sebenarnya aku turun ke lantai bawah ini adalah—karena aku kabur dari guild-ku sendiri." (Amakusa)

Mantan pekerja kantoran itu kemudian mengetuk kepalanya sendiri dan menjulurkan lidah, lalu mengucapkan "tehe~"—mencoba meniru para karakter yang ada di manga ketika mereka baru saja berbuat kesalahan.

Andai dia masih memakai tubuh pekerja kantoran, pemandangan dia saat melakukan itu mungkin akan menjadi mengerikan. Namun, karena saat ini dia sudah berada di tubuh Astolfo, dia malah menjadi terlihat lucu.

".... Eh?" (Silica)

Silica tidak tahu harus berkata apa.

SAO: Astolfo ReincarnationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang