Bab 38: Pagi

450 64 6
                                    

Sementara itu, di dalam penjara di balik jeruji dan di kamar yang gelap, Rosalia saat ini sedang duduk dengan pandangan putus asa di matanya. Tangannya memegang sebuah kertas.

Itu adalah kertas yang disebarkan oleh guild [The White Paladin] yang berisikan gambar wajah Rosalia, yang digambar oleh pemimpin guild mereka sendiri Astolfo.

Namun, gambar itu terlihat sangat jelek sampai-sampai jika dibandingkan dengan wajah Rosalia yang asli, itu terlihat seperti gambar dari wajah orang yang berbeda.

Rosalia menggerakkan giginya dan meremas kertas itu.

"Bodoh. Jika gambarnya sejelek ini, aku seharusnya tidak perlu memakai item untuk mengubah wajahku segala. Jika dia memang telah mengetahuiku sejak lama, bukankah lebih baik menyebarkan nickname-ku daripada menggambar sampah ini? Sial!" (Rosalia)

Meskipun semua kesalahan yang dilakukan Amakusa karena tidak bisa menggambar dan melupakan namanya seharusnya memberi banyak keuntungan bagi Rosalia, tetapi dia akhirnya malah tertangkap dan itu membuatnya kesal.

Dia tidak bisa berbuat apa-apa sekarang. Setelah dipenjara, hal paling banyak yang bisa dia lakukan hanyalah mengeluh sekarang.

Rosalia takut. Karena rumor penjara guild [The White Paladin] sudah tersebar luas di kalangan [Player Killer], dia juga tahu rumor-rumor mengerikan yang ada di penjara ini.

Dikatakan, jika kau tidak mau menjawab pertanyaan tentang informasi pribadi mereka seperti alamat dan nama asli mereka, kau akan disiksa dengan mengerikan dengan cara memaksa mereka untuk berduel.

Setelah itu, mereka akan dibuat tak bisa bergerak dan tubuh mereka akan dipotong-potong—kemudian diberikan potion lagi agar mereka tak mati.

Walau di Sword Art Online rasa sakit dibuat menjadi lebih ringan dari dunia nyata, jika bagian tubuh mereka dipotong, sakitnya masih tidak tertahankan, bukan?

Apalagi itu akan dilakukan berulang kali sampai mereka mau menjawab pertanyaan. Guild [The White Paladin] juga sangat kaya, jadi mereka tidak peduli dengan uang yang mereka habiskan untuk membeli potion selama mereka bisa membuat [Player Killer] seperti dia berbicara.

Rosalia memukul tembok di belakangnya yang dia jadikan sandaran sekarang dengan kekuatan penuhnya berulang kali untuk meluapkan emosinya, namun tembok itu bahkan tidak bergeming sedikitpun.

Memikirkan berapa banyak orang yang telah dia bunuh saat ini, setelah dia memberitahu informasi pribadinya ke [The White Paladin], tidak diragukan lagi dia akan mendapat hukuman mati jika mereka menyerahkan dia ke pihak berwajib.

"Sial! Sial! Sial! Ini semua karena gadis kadal itu yang mempertemukanku dengannya! Sial! Hidupku sudah berakhir!" (Rosalia)

Dia harus melakukan sesuatu.

....

Silica bangun di kasur di kamar penginapan. Karena dia lupa menutup tirai jendela tadi malam, cahaya matahari pagi langsung menembus ruangan dan menyinarinya—seperti memberi energi untuk gadis yang masih mengantuk itu.

Silica menggosok matanya. Dia kemudian merasakan sesuatu berbulu yang lembut menggosok pipinya.

Itu membuatnya berkedip, dan menoleh ke samping—untuk melihat sosok naga berbulu biru kecil yang terbang di sampingnya, sedang menggosok kepalanya ke pipinya.

Silica kemudian ingat bahwa tadi malam setelah dia kembali ke penginapan bersama Amakusa, dia telah membangkitkan familiar-nya ini.

"Kyuu~" (Pina)

".... Pina!" (Silica)

Silica memeluk naga berbulu biru itu dengan penuh kasih sayang karena akhirnya dia bisa bertemu dengan sahabatnya yang telah menemaninya sepanjang game ini.

Silica terus mengelus Pina dengan bahagia—sampai setelah beberapa detik, dia teringat fakta yang membuatnya sedih lagi.

"Dengan ini, aku akhirnya akan berpisah Astolfo-san ..." (Silica)

Silica tahu kalau rasa cinta di hatinya untuk Amakusa mungkin sudah hilang ketika mengetahui kalau orang itu adalah seorang perempuan (?).

Tetapi, bahkan tanpa artian romantis lagi, Silica tetap menyukai Amakusa dan tidak ingin berpisah dengannya.

Malahan, setelah mengetahui kalau Amakusa adalah perempuan, dia semakin ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengannya untuk mengetahui sisi lain dari orang itu yang ternyata adalah perempuan (?).

Seolah mengetahui apa yang dipikirkan Silica, Pina sang familiar pun semakin menggosokkan kepalanya ke pipi gadis itu—berharap itu bisa menghilangkan rasa sedih pemiliknya.

"Kyuu ..." (Pina)

"Pina ... Benar, aku minta maaf. Ini tidak seperti aku lebih memilih Astolfo-san daripada dirimu. Tentu kau adalah yang pertama bagiku, hanya saja ..." (Silica)

Silica menggelengkan kepalanya sendiri, untuk menghentikan apa yang ingin dia katakan. Dia lalu melanjutkan.

"Setiap pertemuan pasti akan ada perpisahan. Dan aku harus menerima ini. Sebagai pemimpin dari guild besar, Astolfo-san pasti memiliki banyak kesibukannya sendiri. Aku tidak boleh egois untuk meminta dia agar lebih banyak menghabiskan waktunya denganku." (Silica)

"Kyuu~~" (Pina)

Pina yang ada di samping Silica terlihat senang ketika dia melihat pemiliknya yang tampak sudah menghapus kesedihannya.

Silica tersenyum.

"Terima kasih, Pina. Untuk sekarang, mari kita turun dan sarapan. Karena kita di lantai yang berbeda sekarang, di sini memang tidak ada kue keju yang kau sukai tetapi di sini juga ada banyak makanan lain yang tak kalah enak dengan itu! Ayo kita rayakan kebangkitanmu dengan mencoba semua makanan itu!" (Silica)

"Kyuu—!" (Pina)

Pina terbang dan berputar-putar di sekitar Silica setelah mendengar perkataan gadis itu.

Silica lalu berdiri dari kasurnya. Karena dia biasanya tidur dengan hanya mengenakan pakaian dalam, dia lalu membuka panel game-nya untuk membuka bagaian item dan memakai semua pakaiannya kembali.

"Yosh, semuanya sudah siap!" (Silica)

Silica keluar dari kamarnya dan langsung turun. Dia awalnya ingin mencoba untuk mengetuk kamar Amakusa untuk membangunkannya tetapi ketika dia berpikir kalau mantan pekerja kantoran itu mungkin sudah bangun duluan, dia mengurungkan niatnya itu.

Dan benar saja, ketika Silica sudah berada di tangga untuk lantai pertama terbawah, di sana dia melihat Amakusa yang sedang duduk di meja—dengan dua orang baru di hadapannya.

"Bukankah mereka ...?" (Silica)

Dikenal dengan ketelitiannya dan selalu berada di samping pemimpinnya—[The Paladin Flash], Asuna sang wakil komandan.

Menjadi player dengan level tinggi dalam guild dan selalu memakai jubah putih—[The Paladin White Swordman], Kirito sang tangan kiri Astolfo.

Melihat banyak karakter yang ada di luar jangkauannya, Silica merasa sangat tidak nyata hari ini.

Para player yang sedang sarapan di penginapan ini juga tidak bisa mengalihkan pandangan mereka pada kelompok Amakusa, menunjukkan betapa terkenalnya mereka bahkan di lantai ini.

Silica kemudian melihat Amakusa tiba-tiba menyatukan kedua telapak tangannya di depan Asuna sang wakil komandannya, lalu menundukkan kepala.

"Sungguh, aku minta maaf karena telah bersikap egois seperti ini. Aku benar-benar seperti anak kecil waktu itu. Setelah aku kembali, aku janji aku akan menyelesaikan semua dokumen yang telah menumpuk karena kepergianku!" (Amakusa)

SAO: Astolfo ReincarnationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang