Bab 41: Palsu

438 56 13
                                    

Amakusa terbelalak melihat pemandangan mengerikan secara tiba-tiba seperti ini.

Leher dari player yang dadanya tertusuk pedang itu tampaknya sedang terikat oleh sebuah tali yang disambungkan ke ruangan lantai dua, saat dia terus meronta-ronta—entah itu karena kesakitan atau ketakutan akan kematian yang akan menjemputnya.

Kemudian, player itu seperti menyadari kalau perlawanannya sia-sia dan menghentikan gerakannya dengan lemas. Tubuhnya lalu berubah menjadi putih dan pecah, menjadi serpihan partikel yang menyebar ke seluruh tempat.

"Ini ..." (Amakusa)

Amakusa kaget dengan perasaan tak percaya dan kakinya tanpa sadar berjalan mundur. Namun, setelah beberapa detik—dirinya teringat sesuatu dan menepuk jidatnya.

'Tunggu ... bukankah ini hanya kematian palsu yang ada di episode 5 di anime Sword Art Online? Bisa-bisanya aku melupakan ini. Aku merasa sangat bodoh karena bereaksi kaget.' (Amakusa)

Amakusa memijat pelipisnya. Karena melihat kematian seseorang didepan matanya sangat mengagetkan baginya, dia bahkan sampai melupakan kalau ini masihlah merupakan bagian dari plot asli dunia Sword Art Online.

'Sekarang, bagaimana ini?' (Amakusa)

Silica yang ada di samping juga bereaksi kaget seperti Amakusa tadi. Kedua matanya terbelalak dengan ketakutan, dan dia tanpa sadar mundur sambil menutupi mulutnya.

"Ada orang ... mati?" (Silica)

Silica lalu dengan cepat menoleh ke Amakusa dan mengajukan sebuah pertanyaan.

"A—Astolfo-san! K—Kita saat ini beneran ada di kota, wilayah aman kan? K—Kenapa ada orang yang bisa mati di sini!?" (Silica)

Seluruh kelompok [The White Paladin] juga langsung menatap Amakusa setelah Silica bertanya pada mantan pekerja kantoran itu, mengharapkan jawaban.

Amakusa menyentuh dagunya sambil berkeringat dan menatap tempat player itu tadi "mati" ketika dia mendengarkan keramaian yang terjadi di sekitarnya.

Bagaimanapun, karena mereka tidak tahu kalau ini adalah sebuah kematian palsu, mereka semua ribut karena ini pertama kalinya mereka melihat ada orang yang bisa kehilangan HP sampai mati di wilayah aman.

Kelompoknya juga tidak lain. Mereka gelisah dan terus menatap Amakusa, menunggu apa yang akan dilakukan pemimpin mereka.

'Sungguh, apa yang harus aku lakukan? Apakah aku harus mengungkapkan kebenaran pada mereka, atau hanya memutuskan untuk bersikap tidak tahu apa-apa?' (Amakusa)

Amakusa ingat kematian palsu ini direncanakan oleh kelompok dari salah satu guild yang telah bubar untuk menemukan siapa pelaku dari pembunuhan salah satu anggota mereka sebelum guild mereka bubar dulu.

Namun sejujurnya, Amakusa tidak peduli sama sekali dengan mereka.

Tidak, ini tidak seperti dia mencoba dingin atau apa. Hanya saja jika ingatannya benar, dalam plot aslinya—bahkan jika Amakusa tidak membantu mereka saat ini, dia yakin mereka akan baik-baik saja.

Bagaimanpun, Kirito dan Asuna yang membantu mereka dalam plot asli bahkan cuma menjadi korban yang tertipu oleh rencana mereka untuk menemukan identitas asli pembunuh.

'Mungkinkah aku perlu memberi tahu mereka kebenaran kalau ini adalah kematian palsu dan melarang mereka untuk tidak terlibat dalam kasus ini? Lagipula Kirito dan Asuna ...' (Amakusa)

Pikiran Amakusa terhenti ketika dia menyebut nama Kirito dan Asuna. Matanya terbuka dengan lebar—seolah Tuhan baru saja memberi dia wahyu, ketika dia menyadari sesuatu.

Asuna mengerutkan kening ketika dia memperhatikan wajah Amakusa yang tampak mendapat pencerahan. Dia berpikir kalau ketuanya mungkin sudah mendapat ide tentang apa yang sedang terjadi saat ini dan langsung bertanya.

"Ketua, apakah Anda mengetahui sesuatu?" (Asuna)

"......" (Amakusa)

Amakusa diam dan tidak menjawab. Tangannya masih menyentuh dagu dan dia terlihat semakin tenggelam dalam pikirannya.

Amakusa saat ini baru saja menyadari sesuatu yang penting. Ini adalah sesuatu yang dia jadikan tujuannya ketika dia mendirikan guild dan mengacaukan jalan cerita.

'Bukankah aku dulu bertujuan untuk menjadikan Kirito dan Asuna sebagai pasangan lagi seperti yang ada di anime asli?' (Amakusa)

Amakusa mengangkat kepalanya dan menatap Kirito dan Asuna—yang kemudian kedua orang itu menatap balik dirinya dengan pandangan serius, masih menunggunya untuk memberikan perintah.

'Dalam anime, ketika scene saat ini terjadi, Kirito seharusnya akan menjadi orang yang tanpa ragu bergerak duluan untuk mencoba menyelamatkan player yang mau "mati" tadi. Namun, karena sekarang dia terbiasa bergerak dibawah kepimpinan seseorang—bukannya bergerak duluan dia malah menunggu perintahku. Asuna juga tak terkecuali. Dia banyak berubah dari anime akibat campur tanganku. Aku tak bisa bilang ini hal yang buruk tapi ...' (Amakusa)

Amakusa berpikir.

'Karena aku mengundang mereka untuk memasuki guild-ku dan membuat mereka terus ada di sisiku untuk membantuku dalam membangun guild ini—meskipun hubungan mereka saat ini terlihat baik-baik saja ... jika terus begini, pada akhirnya hubungan mereka akan macet dengan menjadi teman dekat dalam satu guild.' (Amakusa)

Amakusa lalu menurunkan tangannya yang menyentuh dagu. Dia telah mendapatkan sebuah keputusan di hatinya.

Dia menatap Kirito dan Asuna lagi, lalu menepuk pundak mereka berdua dengan wajah serius.

"Kirito, Asuna. Aku memiliki sebuah tugas yang sangat penting untuk kuberikan kepada kalian berdua." (Amakusa)

"Ketua ... ?" (Kirito)

Kirito awalnya bingung dengan ketegangan yang terasa disekitar ketuanya secara tiba-tiba. Tetapi melihat tempat player yang baru saja "mati" tadi, dia berpikir tugas yang akan diberikan Amakusa mungkin berhubungan dengan ini dan remaja berambut hitam itu pun langsung memasang wajah serius juga.

"Tolong beritahukan, tentang tugas apa yang akan Anda berikan pada kami itu, Ketua." (Kirito)

"Ini bukan tugas yang akan mengancam nyawa kalian jika level kalian setinggi ini tetapi ingatlah kalau ini adalah tugas yang benar-benar penting. Kirito, Asuna, aku ingin kalian berdua berada di lantai ini terlebih dahulu sementara dan selidiki kenapa ada orang yang bisa "mati" di wilayah aman ini. Kalian tak diperbolehkan untuk kembali ke guild sebelum menyelesaikan ini." (Amakusa)

Tugas yang diberikan sesuai dengan dugaan Kirito. Jadi, dia langsung menerimanya dan menganggukkan kepala.

Namun, yang langsung menerima tugas dari Amakusa hanyalah Kirito. Asuna yang ada di samping remaja itu, tidak langsung setuju dan mengerutkan keningnya lagi setelah mendengar tugas yang diberikan padanya.

"Tunggu, Ketua. Aku mengerti jika Anda memberikan tugas ini pada Kirito saja tetapi kenapa Anda malah menugaskan diriku juga? Bukannya aku memiliki keluhan atas hal ini, namun ... apakah Anda akan baik-baik saja untuk mengurus semua dokumen yang menumpuk ketika Anda kembali nanti? Anda tidak akan kabur lagi kan?" (Asuna)

"A—Aku tidak akan kabur! Ada Kibaou dan Silica yang akan mencegahku untuk itu. Aku juga akan baik-baik saja mengurus dokumen karena aku sudah terbiasa. Pokoknya Asuna, tugas ini hanya bisa diselesaikan oleh kau dan Kirito saja. Jangan khawatir, aku yakin kalian pasti bisa menyelesaikan ini dengan cepat kok." (Amakusa)

Setelah mengatakan itu, Amakusa lalu berlari menuju kerumunan player yang tak jauh dari mereka seolah dia sedang melarikan diri, takut diberi pertanyaan lagi oleh Asuna.

"Hey kalian semua—! Apa di sini ada yang melihat pemberitahuan tentang kemenangan duel? Jika ada tolong cepat katakan—!" (Amakusa)

*

(Zenftiy: Karena Ramadhan sudah mencapai akhir dan hari raya Idul Fitri akan tiba, saya ijin hiatus dulu selama beberapa hari.

Selain mau istirahat, saya juga ingin mikirin plot novel ini dulu dan benerin beberapa plot hole yang ada (serius dah, banyak amat lubang di ini story). Terima kasih.)

SAO: Astolfo ReincarnationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang