Bab 30: Kegagalan

463 59 16
                                    

"Jadi begini pemandangan kota lantai 46 ... Padahal baru dua hari berlalu sejak keberangkatan kita, tetapi kita sudah hampir mencapai tujuan saja!" (Silica)

Silica berkata dengan matanya yang berkilauan saat dia mengintip pemandangan kota dari jendela kamar penginapan tempat dia dan Amakusa putuskan untuk beristirahat.

Saat ini, setelah dua hari menaiki lantai tanpa henti bersama Amakusa (walaupun dirinya tidak bertarung sama sekali), Silica akhirnya mencapai lantai 46 dan satu lantai lagi keduanya bisa mencapai tempat tujuan mereka.

"Dengan ini Pina akan dihidupkan kembali ..." (Silica)

Silica mengeluarkan bulu Pina dari inventarisnya dan memandangi itu dengan perasaan campur aduk.

Meskipun dia senang akhirnya sahabatnya bisa kembali hidup, pada saat sama dia juga merasa sedih.

"Karena setelah Pina hidup kembali, aku dan Alex-san akan berpisah." (Silica)

Silica sudah menyadari kalau ada yang aneh dengan dirinya setelah dia bertemu Amakusa.

Dia kurang yakin sejak kapan dia mulai merasa seperti ini.

Entah itu ketika keduanya pertama kali bertemu, atau ketika keduanya mulai berangkat untuk menyelamatkan Pina.

Awalnya Sikica hanya menganggap orang yang menyelamatkannya adalah orang yang super baik. Amakusa bahkan tidak pikir panjang ketika mengatakan kalau dia akan membantunya pergi ke lantai 47 untuk membangkitkan familiar-nya.

Karena orang itu sangat dipenuhi misteri, Silica tidak yakin apakah perasaan tertariknya kepada orang itu hanyalah sebuah instingnya sebagai perempuan untuk tertarik dengan hal yang tidak diketahui tetapi yang pasti—

Setiap kali dia berada di sisi orang itu, hatinya berdegup kencang. Dia menjadi mengharapkan waktu berjalan dengan lebih lambat dan dirinya mulai serakah untuk terus berada dekat di sisi orang itu.

Silica menutup matanya. Dia lalu secara lembut menggenggam bulu Pina menggunakan kedua tangannya dan menekan itu ke dadanya.

"Pina, apakah ini yang dinamakan dengan perasaan—" (Silica)

"Silica, kau belum tidur kan? Makan malam sudah siap loh." (Amakusa)

Ketukan dari pintu terdengar dan suara orang yang sedang dia pikirkan terdengar dari sana, membuat Silica yang sedang tenggelam dalam dunianya sendiri melompat karena terkejut.

"Y—Ya! Aku akan keluar!" (Silica)

Silica dengan cepat merapikan dirinya dan mengembalikan bulu Pina ke dalam inventaris, lalu secara tergesa-gesa membuka pintu.

"Aku siap!" (Silica)

"....?" (Amakusa)

Amakusa memiringkan kepalanya. Dia bingung kenapa Silica tampak panik seperti itu.

"Ada apa?" (Amakusa)

"T—Tidak ada apa-apa, Alex-san! A—Aku hanya bersemangat karena tidak sabar untuk makan malam!" (Silica)

"Apakah begitu? Yah, kita sudah naik lantai habis-habisan tanpa henti sih. Wajar jika merasa lapar." (Amakusa)

Amakusa tersenyum. Dia tidak tampak curiga dengan kegagapan yang dibawa Silica.

Lagipula, itu wajar. Saat ini suasana hatinya sedang baik.

Karena bagaimanapun, setelah banyak mengurus dokumen dan duduk di meja kerjanya yang membosankan, akhirnya dia mendapat pertarungan asli dengan mengalahkan monster saat menaiki lantai bersama Silica.

Meskipun itu sangat mudah karena bagaimanapun dia telah melawan berbagai jenis monster di lantai ini dulu—itu tetap memberinya perasaan berbeda karena dulu dia bertarung bersama anggota guild-nya sementara sekarang dia solo.

Walaupun itu tidak benar-benar memberinya kesulitan karena sekarang dia memiliki level yang sudah melebihi lantai ini dan semua monster yang dia lawan bisa hilang hanya dengan sekali tebas.

Tapi tetap saja, Amakusa masih merasa senang dengan itu. Dia akhirnya bisa kembali menikmati game ini setelah sekian lama, game buatan Kayaba Akihiko—seorang karakter yang dulunya hanya sebuah fiksi yang dia kagumi sejak dia menonton anime Sword Art Online.

Jadi, Amakusa memandang Silica dan berkata.

"Kemudian, mari kita turun ke bawah?" (Amakusa)

"Y—Ya." (Silica)

Silica mengangguk. Dia kemudian melihat pria (?) berambut merah muda itu berjalan melalui lorong dan dirinya pun dengan cepat mengikuti dari belakang.

Karena mereka saat ini berada di lantai teratas, lantai dimana kamar dan Amakusa menginap, keduanya harus berjalan dengan cukup lama untuk turun ke lantai terbawah—tempat dimana penginapan menyajikan makanan dan mereka pun harus menuruni dua buah tangga.

Tapi, saat Amakusa dan Silica mencapai tangga terakhir untuk ke bawah, gadis itu melihat mantan pekerja kantoran itu secara tiba-tiba berhenti—membuat dia hampir bertabrakan jika dia tidak berhenti juga.

Silica merasa Dejavu atas kejadian ini.

Tetap saja, Silica merasa penasaran kenapa Amakusa berhenti secara tiba-tiba.

"Ada apa, Alex-sa—" (Silica)

"Bersembunyi—!" (Amakusa)

Amakusa berbalik dan mendorong Silica kembali ke lorong, membuat gadis itu terkejut hingga membuatnya jantungan.

Namun, Amakusa hampir tidak peduli. Dia menjepit Silica ke dinding. Tangannya langsung membuka panel game dan membuka antarmuka bagian friendlist.

Setelah itu, dia mencari salah satu nama dan meng-unfriend itu dengan tergesa-gesa—sebelum akhirnya bisa mendapat nafasnya lagi.

'Aku tidak menyangka akan ada Kibaou di lantai ini—!' (Amakusa)

Amakusa berteriak dalam pikirannya. Dia tidak menyangka akan bertemu dengan salah satu anggota guild-nya di lantai ini.

Walau dia sudah siap untuk bertemu dengan salah satu anggota guild-nya, jika ini terjadi dengan sangat tiba-tiba saat dia sedang lengah, Amakusa juga bisa terkejut.

'Tapi adanya Kibaou di sini benar-bensr membuatku terkejut. Bukankah dia harusnya langsung kembali setelah mengunjungi makam Diavel di lantai pertama?' (Amakusa)

Amakusa berpikir seperti itu, namun dia kemudian langsung teringat—alasan Kibaou harus kembali ke lantai atas dengan cepat setelah mengunjungi makam Diavel adalah karena dia harus bergabung ke grup penaklukkan lantai atas.

Namun, karena Amakusa membatalkan misi penaklukkan lantai atas itu saat dia kabur dan menyerahkannya pada guild Heathcliff, akibatnya Kibaou tidak harus cepat-cepat kembali dan tertahan di sini.

Pada akhirnya, ini semua adalah salah Amakusa sendiri.

'.... Kesampingkan itu, kulihat dia sedang melakukan chat dengan seseorang—yang mungkin adalah Asuna. Aku senang aku dengan cepat meng-unfriend dia.' (Amakusa)

Bagaimanapun, setelah Amakusa meng-unfriend Kirito dan Asuna, dia tidak meng-unfriend teman-temannya yang lain.

Ini tidak seperti dia punya pilihan lain. Karena mereka semua terlalu banyak, jika dia meng-unfriend mereka semua, pasti akan repot untuk meng-add friend mereka semua kembali setelah dia pulang ke guild.

Ini juga mengharuskannya untuk bergerak dengan cepat di tiap lantai dan mengambil rute yang sepi agar tidak terkejar. Dia juga pergi ke kota hanya untuk memasuki gerbang teleportasi untuk menaiki lantai.

Amakusa terengah-engah. Masih memakai topeng, dia menghembuskan nafas lega saat dia tanpa sadar mendekatkan wajahnya ke wajah Silica—saling berhadapan ketika dia menjepit gadis itu ke dinding.

"A—Alex-san?" (Silica)

"Hm?" (Amakusa)

Amakusa berkedip. Dia kemudian menyadari sesuatu dan menatap Silica yang ada di hadapannya—yang selama ini telah dia jepit ke dinding ketika dia sedang tenggelam dalam pikirannya.

"...." (Amakusa)

Wajah Silica memerah penuh seperti tomat.

Setelah itu, Amakusa menghabiskan malam dengan berusaha untuk menjelaskan kesalahpahaman ini.

Mereka tidak jadi makan.

SAO: Astolfo ReincarnationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang