Bab 46: Sakit Gigi

421 47 7
                                    

Amakusa mengangkat alis dan menyentuh dagunya dengan ragu ketika dia melihat Kirito dan Asuna malah datang ke sini.

'Kenapa mereka ada di sini? Aku tahu tujuan mereka ke sini adalah untuk memeriksa pedang yang digunakan sebafai "pembunuhan" itu, tetapi bukankah mereka harusnya pergi ke tempatnya Egil?' (Amakusa)

Egil adalah pria botak berbadan besar dan berkulit gelap yang pertama bergabung ketika Amakusa menyarankan untuk membentuk guild pada setelah kematian Diavel di penaklukan bos lantai pertama (chapter 16).

Meskipun dia adalah player yang bertarung di garis depan, dia juga memiliki job sampingan lain sebagai pedagang dan memiliki skill "Penilaian" yang bisa menganalisis item.

Apalagi dia juga menjalankan bisnisnya sebagai pedagang di lantai yang lebih dekat dari lantai 57, tempat kejadian "pembunuhan"—membuat Amakusa semakin bingung kenapa Kirito malah ke sini dan bukan ke sana.

Asuna yang ada di belakang Kirito, mengerutkan kening ketika dia melihat ketuanya ada di sini. Karena tentu saja, mempertimbangkan berapa banyak dokumen yang harus di urus mantan pekerja kantoran itu, jelas dia bingung kenapa ketuanya ada di sini.

Dia menghampiri Amakusa.

"Ketua, kenapa Anda berada di sini? Anda sedang tidak membolos, bukan?" (Asuna)

Amakusa kaget ketika dia tiba-tiba ditanyai oleh wakil komandannya dengan wajah penuh amarah seperti itu. Dia menjawab dengan tergagap.

"A—Aku tidak sedang membolos! Aku ke sini karena aku ingin memperbaharui perlengkapan Silica!" (Amakusa)

Asuna masih mengerutkan kening, tak percaya atas perkataan Amakusa. Namun, ketika dia menoleh ke Silica dan menemukan bahwa memang benar, kalau perlengkapan gadis itu benar-benar tampak usang, dia tidak bisa menahan diri dalam menarik nafas—memutuskan untuk melepaskan pemimpinnya saat ini.

Amakusa menghela nafas melihat itu dan buru-buru menoleh ke Kirito.

"Oh iya, K—Kirito. Aku ingin menanyakan ini sejak kemarin tetapi apakah kau sudah mendapat pedang baru?" (Amakusa)

Kirito sang remaja berambut hitam itu memiringkan kepalanya, bingung kenapa mantan pekerja kantoran itu menanyakan pertanyaan diluar kotak pada saat ini tetapi tetap mengangguk, memutuskan untuk menjawab.

"Ya ...? Aku belum pernah menunjukkannya pada Ketua, tetapi aku memang telah mendapat pedang baru beberapa minggu yang lalu dari Lisbeth ketika aku dan dia mencari bahannya bersama waktu itu. Apakah itu bermasalah, Ketua?" (Kirito)

"Tidak, tidak ada apa-apa. Jangan khawatir, aku cuma penasaran dan ingin bertanya. Itu saja." (Amakusa)

Amakusa menggelengkan kepalanya dan tersenyum seperti anak baik yang beneran cuma penasaran—namun, di dalam hati, dia diam-diam menyeringai sambil menyentuh dagunya setelah Kirito menjawab pertanyaannya.

Dia melirik gadis pandai besi berambut merah muda yang ada di sampingnya.

'Tapi, bersama Lisbeth ... huh? Muehe.' (Amakusa)

Lisbeth merinding entah kenapa setelah Amakusa berpikir seperti itu.

Walaupun meski sang mantan pekerja kantoran itu telah menyembunyikan ekspresinya, tatapan buruk yang dia miliki tetap tidak tertutupi dan berhasil membuat gadis berambut merah muda memeluk dirinya, memandang dia dengan pandangan takut.

"A—Ada apa denganmu?" (Lisbeth)

"Tidak, tidak ada apa-apa." (Amakusa)

Amakusa mengulangi jawaban yang sama yang dia berikan pada Kirito tadi pada Lisbeth, sambil menggelengkan kepala dan mengangkat bahu.

Dalam hati, dia masih melanjutkan pikirannya.

'Sayang sekali, Lisbeth. Jika aku mengasumsikan kalau kalian mencari bahan untuk membuat pedang seperti di anime dan kau telah jatuh cinta pada Kirito, aku minta maaf untukmu karena pada akhirnya itu akan kandas juga di sini. Karena bagaimanapun, aku akan menjodohkan Asuna dan Kirito.' (Amakusa)

Jujur saja, ketika Amakusa menonton anime Sword Art Online dulu dan mencapai episode dimana Lisbeth bersama Kirito, dia awalnya bersedih karena melihat bagaimana gadis berambut merah muda itu patah hati setelah jatuh cinta ketika mengetahui kalau orang yang baru dicintainya ternyata menjalin hubungan dengan Asuna sang sahabatnya.

Tetapi, dia juga tidak berniat untuk membantu cinta Lisbeth pada remaja berambut hitam di sini karena bagaimanapun, dia adalah fraksi pendukung pasangan Kirito dan Asuna.

Meskipun pada saat yang sama, dia merasa sedikit bersalah karena tidak menyadari dan tidak bisa menghentikan event dimana Kirito mencari bahan pedang bersama Lisbeth lagi di sini, membuat gadis itu jatuh cinta serta patah hati untuk kedua kalinya nanti.

'Tetapi ... Hm? Karena Kirito sudah mencari bahan pedang sebelum dia menjalin hubungan yang lebih dalam dengan Asuna, apakah itu berarti ada kemungkinan kalau dia jatuh cinta juga dengan Lisbeth? Lagipula dia lebih memilih ke sini ketimbang ke tempat Egil sih.' (Amakusa)

Amakusa merasa dia menemukan suatu hal yang patut diperhatikan disini.

Walaupun sayangnya, apa yang dia pikirkan adalah sebuah kesalahan, sebab alasan Kirito dan Asuna lebih memilih ke sini ketimbang ke tempat Egil adalah karena keduanya merasa kalau skill analisis Lisbeth sebagai pandai besi harusnya lebih tinggi ketimbang pria berkulit gelap itu yang cuma pedagang.

Amakusa menoleh ke Kirito lagi.

"Jadi Kirito, apa kau ke sini untuk meminta Lisbeth menganalisis pedang itu?" (Amakusa)

"Ya, seperti yang kau perintahkan, Ketua. Aku dan Asuna sudah menyelidiki tempat kejadian dan yang kami temukan sebagai barang bukti hanyalah pedang ini." (Kirito)

Kirito menjawab seperti itu ketika ditanyai oleh Amakusa dan mengeluarkan sebuah pedang merah berduri dari inventarisnya.

Karena sistem sidik jari tidak ada dalam game ini, remaja berambut hitam itu tanpa ragu memegang pedang bekas "pembunuhan" tepat setelah dia mengeluarkannya.

Kirito menoleh ke Lisbeth dan menyerahkan itu.

"Lisbeth, apa kau bisa menganalisis siapa pembuat pedang ini?" (Kirito)

"Tidak, tunggu. Daripada memintaku untuk menganalisis dulu, pertama bisakah kau jelaskan darimana kau dapat pedang itu?" (Lisbeth)

Lisbeth mengangkat tangannya, menghentikan Kirito untuk menyerahkan pedang sementara dia menggunakan tangannya yang lain untuk memijat pelipisnya sendiri saat dia pusing, setelah menyimak perkataan pemimpinnya serta si remaja berambut hitam itu.

Amakusa yang pertama menjawab.

"Itu adalah pedang yang baru saja digunakan untuk "membunuh". Kau harusnya sudah menebak itu, kan?" (Amakusa)

"...." (Lisbeth)

Lisbeth sang gadis berambut merah muda itu terdiam mendengarnya.

Amakusa lalu menoleh ke Silica.

"Maaf Silica, tetapi kayaknya kita bakal menunda untuk mencari perlengkapan baru bagimu dulu." (Amakusa)

"Ah, ya!" (Silica)

Silica mengangguk, tidak keberatan dan mengerti. Dia juga ingin melihat siapa pemilik dari pedang yang telah "membunuh" player di area aman.

Gadis itu mengepalkan kedua tangannya dengan erat.

Lisbeth menghela nafas dan menggaruk bagian belakang kepalanya. Dia lalu membuka tangannya dan berkata.

"Kemudian berikan itu padaku. Biarkan aku melihat, siapa yang menciptakan pedang dengan desain jelek semacam itu." (Lisbeth)

SAO: Astolfo ReincarnationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang