Bab 28: Omong Kosong

450 61 9
                                    

[Player Killer] atau yang bisa disingkat sebagai PK. Seperti namanya, itu adalah julukan yang diberi kepada player yang membunuh player lain.

Dalam game, mereka biasa dijumpai sebagai seseorang yang suka bermain-main dengan membunuh player lain.

Biasanya, mereka hanya akan dianggap sebagai player menjengkelkan dan itu saja. Karena bagaimanapun, meski mereka dibunuh oleh para [Player Killer] itu, mereka akan tetap respawn kembali. Paling banyak, mereka mungkin hanya rugi dengan kehilangan item yang ada di inventaris mereka.

Namun, bagaimana jika [Player Killer] ada di Sword Art Online—game yang dimana jika kau terbunuh, kau akan mati?

Kau tidak bisa respawn kembali dan jangan tanya tentang kehilangan item. Nerve Gear yang terpasang di kepala player akan langsung menghancurkan otak mereka ketika mereka mati di sini.

[Player Killer] di game ini, di dunia ini, tidak bisa dianggap sebagai seseorang yang menjengkelkan saja. Karena mereka mengetahui bahwa tindakan yang mereka lakukan adalah tentang mencabut nyawa seseorang, mereka sudah bisa dianggap sebagai pembunuh asli.

Meskipun tindakan mereka sangat dibatasi di kota karena sistem Sword Art Online yang melarang player untuk bertarung di wilayah kota, itu dapat dengan mudah diatasi dengan memancing target mereka ke luar kota dan tidak ada yang membatasi tindakan mereka lagi untuk membunuh.

Hal yang benar-benar bisa membatasi tindakan mereka hanyalah guild-guild besar seperti guild [The White Paladin] yang dengan berani memburu mereka.

Jika ada wajah [Player Killer] yang tertangkap, mereka akan menyebarkan itu dan memberikan harga untuk orang yang berhasil menangkap mereka.

Maka dari itu, sekarang [Player Killer] tidak seberani dulu dan lebih bertindak sembunyi-sembunyi.

Dan sekarang, Amakusa yang memakai topeng untuk menyembunyikan wajahnya, cukup mirip seperti [Player Killer] yang wajahnya telah ketahuan dan menjadi buron.

Bagaimanapun, hal yang lucu adalah meski Amakusa bukanlah [Player Killer], fakta bahwa dia adalah seorang buronan mungkin tidak salah karena saat ini dia juga sedang dicari-cari oleh guild [The White Paladin]—guild-nya sendiri, karena kabur dari tugasnya sebagai pemimpin.

Mendengar perkataan Rosalia yang menuduh Amakusa, wajah Silica menjadi gelap dan dia gemetar.

Rosalia tampak senang dengan itu. Jadi dia melanjutkan.

"Hati-hati saja, Silica. Aku sudah memperingatkan mu. Jadi jangan sampai dia membawamu ke tempat sepi di luar kota dan—" (Rosalia)

"Jangan menuduh Alex-san lagi! Orang yang telah menyelematkanku tidak akan melakukan hal seperti itu!" (Silica)

Silica berkata dengan marah, tangannya menampar pipi Rosalia.

Namun, karena sistem anti-battle SAO yang mencegah player melukai satu sama lain di dalam wilayah kota mendeteksi tamparan gadis itu sebagai serangan ber-damage, sebuah shield berwarna ungu muncul menghentikan tamparan Silica mendarat di pipi Rosalia yang ada di depannya.

Hanya saja, suara tamparan Silica yang mengenai shield sudah cukup keras untuk membuat Rosalia membelalakkan matanya karena terkejut.

"Kau ....!" (Rosalia)

Walau tangan Silica tidak mengenai wajahnya, keinginan gadis itu untuk menampar dia sudah cukup untuk membuat Rosalia naik darah.

Amakusa juga tidak bisa menahan keterkejutannya ketika dia melihat Silica yang mencoba menampar Rosalia.

Para player yang ada di kota mulai mengalihkan pandangan mereka ke sini. Karena Amakusa tidak ingin menarik perhatian lebih banyak lagi, dia langsung menarik tangan Silica.

"Ayo pergi dulu, Silica." (Amakusa)

Amakusa membawa Silica menjauh dari tempat itu dan gadis itu pun tidak melawan ketika dia dibawa pergi.

Mereka berdua kemudian sampai di pinggiran kota dan Amakusa menghela nafas saat dia mulai duduk di bangku umum yang ada di dekatnya.

Dia juga menyeret Silica untuk duduk di sampingnya. Lalu dia bertanya.

"Kenapa kau melakukan itu?" (Amakusa)

"Sudah jelas jawabannya! Aku tidak bisa diam saja ketika dia menghinamu, Alex-san!" (Silica)

Kata Silica dengan marah. Pipinya mengembung dengan kesal ketika ingat perkataan Rosalia.

"..... Aku senang dengan itu tetapi tidak perlu perlu berlebihan sampai mencoba untuk menamparnya seperti itu. Sini, berikan tanganmu." (Amakusa)

Silica awalanya bingung kenapa Amakusa meminta dia untuk menunjukkan tangannya. Tetapi setelah dia bertanya-tanya seperti itu, dia merasakan sakit yang cukup luar biasa di telapak tangan yang dia gunakan ketika dia ingin menampar Rosalia tadi.

"Kau terlalu gegabah. Meski kau tidak mendapat damage, rasa sakit ketika menampar [Immortal Object] seperti shield dari sistem pastilah hebat. Untuk sekarang tahan saja menggunakan ini sampai rasa sakitnya mereda." (Amakusa)

Amakusa mengikatkan kain putih sapu tangannya ke telapak tangan Silica. Karena item penyembuhan hanya bisa memulihkan HP dan tidak ada item yang bisa meredakan rasa sakit, hanya ini yang bisa dia lakukan untuk membantu Silica.

"T—Terima kasih." (Silica)

Pipi Silica memerah. Hatinya terasa geli ketika dia merasakan sentuhan dari tangan Amakusa yang dengan hati-hati membalut tangannya.

Amakusa yang tidak tahu apa yang ada di pikiran Silica dan tetap berwajah lurus. Dia kemudian berdiri.

"Kemudian bagaimana ini? Apa kau mau istirahat dulu sampai sakit di tanganmu mereda dan menunda keberangkatan kita atau ...." (Amakusa)

"Kita akan lanjut langsung, Alex-san!" (Silica)

"... Apa kau yakin?" (Amakusa)

Silica mengangguk dengan kuat.

"Ya. Lagipula batas waktu untuk menyelematkan Pina hanya tiga hari ... dan tanganku sebenarnya tidak terlalu sakit juga sih." (Silica)

Amakusa tersenyum senang ketika dia mendengarnya.

"Itu bagus. Meskipun aku bilang tindakanmu gegabah, tapi terima kasih Silica—karena sudah marah dan menampar dia untukku tadi." (Amakusa)

"I—Itu tak apa. Dibandingkan kebaikan yang Alex-san berikan padaku ... ini masih bukan apa-apa!" (Silica)

Silica tergagap. Dia malu ketika dipuji secara langsung seperti ini.

"....." (Amakusa)

"Alex-san?" (Silica)

Silica menatap Amakusa sambil memiringkan kepalanya. Dia bingung kenapa tiba-tiba pria (?) itu melamun dalam diam.

Mendapat panggilan dari Silica, Amakusa terbangun.

"Ah, maaf. Aku sedang memikirkan sesuatu." (Amakusa)

"Memikirkan sesuatu?" (Silica)

Melihat wajah bertanya Silica, Amakusa menyentuh dagunya sejenak dan berpikir apakah dia harus mengatakannya atau tidak. Namun setelah beberapa detik, dia bicara lagi.

"Aku kepikiran. Setelah mendengar kata-kata wanita berambut merah tadi, apa kau tidak merasa curiga padaku karena mengenakan topeng terus seperti ini?" (Amakusa)

Mendengar perkataan Amakusa, Silica berkedip beberapa kali seolah bertanya-tanya apakah dirinya salah dengar. Dia lalu tertawa.

"Kenapa Anda malah bertanya itu sekarang, Alex-san? Anda telah menyelamatkanku dan itu semua sudah cukup untuk menghilangkan kecurigaanku padamu. Meskipun aku memang penasaran kenapa Anda bersikeras untuk mengenakan topeng bahkan saat kita makan ... Anda pasti memiliki alasan tersendiri 'kan?" (Silica)

Silica kemudian tersenyum. Dia menatap langsung ke wajah Amakusa, yang memakai topeng.

"Tapi apapun alasannya itu, aku yakin Alex-san bukanlah orang yang jahat. Apalagi soal [Player Killer] yang disebutkan Rosalia-san tadi. Itu hanyalah omong kosong belaka!" (Silica)

"...." (Amakusa)

SAO: Astolfo ReincarnationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang