Boboiboy milik Monsta, meminjam karakternya saja untuk kepentingan cerita.
Alur cerita murni dari pemilik akun
Rate : T 17+
Genre : action, family, brother sibling, friendship, Hurt/Comfort.
Warning : typo, bahasa campur Indo Melayu, kesalahan tanda baca, tidak berhubungan dengan cerita original.
***
"Sungguh, aku sanggup melakukan apapun, selama itu artinya kamu ada di sini."
***
"Katakan!" Nadanya begitu tinggi hingga membuat sosok di depannya membentangkan tangan ke depan.
"Wow, tenanglah Halilintar, kau selalu terlihat seperti kehilangan akal jika aku membahas Taufan," sindir Reverse.
"Apa kau tidak berpikir semua yang terjadi membuat aku benar-benar kehilangan akal!" kesal Halilintar.
"Dengarkan aku dulu, jika kau tidak bisa menghargaiku sebagai sisi gelap Taufan, hargai aku sebagai satu-satunya solusi yang ada saat ini," ujar Reverse.
Halilintar mencoba menstabilkan emosinya, dia mengusap wajahnya berkali-kali.
"Katakan," ucapnya.
Reverse menatap Halilintar yang memang tidak sebrutal tadi.
"Seperti yang aku jelaskan ada satu cara yang cukup berbahaya, namun bisa dicoba," ucapnya.
"Berbahaya dalam arti apa? Nyawaku jadi taruhan? Jika itu masalahnya, kau tidak perlu khawatir," balas Halilintar.
Reverse menatap sebal ke arah Halilintar.
"Kalian berdua itu sama saja, kalian pikir nyawa itu hal sepela bisa dipertaruhkan, tapi aku tidak peduli juga, namun bukan itu bahayanya," jelas Reverse.
"Jangan betele-tele menjelaskan, Katakan apa bahayanya," kesal Halilintar.
"Ini bukan hanya soal nyawamu, ataupun Taufan." Manik merah darah itu menatap pada lantai.
"Apa maksudmu?" tanya Halilintar semakin tidak mengerti.
"Ada nyawa lain yang harus jadi taruhannya, dan itu adalah orang yang tidak tahu apa-apa tentang masalah kalian ..."
"Jadi sebelum itu, aku bertanya padamu Halilintar, sanggupkah kau mengorbankan nyawa tidak bersalah hanya demi mengembalikan hal yang seharusnya memang tidak pernah kembali?"
===
"Gempa, dan Solar sudah pergi ke planet Baraju, mereka bilang akan kembali paling lama dua hari," ucap Thorn memberikan laporan.
"Begitu ya, lalu Blaze, dan Ice?" tanya Halilintar.
"Mereka baru kembali besok," jelas Thorn.
Halilintar menahan satu hal, namun dia tetap menanyakannya.
"Taufan?"
Thorn menatap Halilintar, namun wajahnya berangsur bingung.
"Maaf Kapten, tapi siapa Taufan?" tanya Thorn.
Halilintar menunduk, kemudian menggeleng. "Lupakan."
Thorn tidak berani bertanya, mereka berdua berjalan menuju ke arah ruang pertemuan, setelah pesawat angkasa mereka mendarat beberapa menit lalu di planet Rimbara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Batas Sisi
ActionBukan Taufan, tapi Halilintar. Semua bermula dari takdir yang terus ditentang oleh dirinya, mau bagaimana pun dia berusaha mendapatkan akhir yang bahagia. Pada akhirnya skenario hidupnya akan berjalan sesuai yang ditulis oleh semesta. Sekalipun bena...