Chapter 13 : Manik Biru

330 57 2
                                    

Boboiboy milik Monsta, meminjam karakternya saja untuk kepentingan cerita.

Alur cerita murni dari pemilik akun

Rate : T 17+

Genre : action, family, brother sibling, friendship, Hurt/Comfort.

Warning : typo, bahasa campur Indo Melayu, kesalahan tanda baca, tidak berhubungan dengan cerita original.

***

"Sekali lagi, semesta mempertemukanku dengan orang-orang yang mengingatkanku padamu."

***

Halilintar memantapkan dirinya untuk masuk ke dalam perkarangan rumah seseorang, dengan topi hitam aksen petir merah dia mengetuk pintu berbahan kayu jati itu.

Cukup lama dia menunggu, hingga ketukan ke empat dia mendengar suara langkah dari dalam, dan pintu yang terbuka menampilkan manik biru yang terkejut.

"Halilintar?" tanyanya tidak yakin.

"Ya, ini aku," balas Halilintar.

Butuh waktu cukup lama bagi gadis itu untuk memahami betul bahwa sosok di depannya adalah Halilintar. Boboiboy Halilintar!

Teman sekelasnya, teman sebangku yang tidak pernah berinteraksi dengannya bahkan sejak hari pertama dia mengenalkan dirinya, pemuda itu hanya mengucapkan nama Taufan.

Dia sempat berpikir pemuda itu membencinya.

"Ada apa?" tanya gadis itu sedikit cemas, seorang Boboiboy Halilintar tiba-tiba datang padanya.

"Bisa kita bicara." Halilintar mengutarakan kedatangannya.

"Tentu saja ... Tapi jangan di rumah, dimana menurutmu?" balas gadis itu melirik ke dalam rumah.

"Terserah kau saja, Angin," balas Halilintar, agak kelu lidahnya mengucapkan nama itu.

"Taman dekat kedai kokotiam? Dekat kedai atok kamu?" saran Angin.

"Terserah." Halilintar berangsur pergi tanpa menunggu gadis itu.

Angin memandang punggung tegap itu, dia tidak mengerti apa tujuan Halilintar menemuinya, bahkan setelah pertemuan pertama mereka, baru kali ini mereka saling bicara satu sama lain.

Keduanya berjalan dengan Halilintar yang ada di posisi depan, sementara Angin membuntuti dari belakang.

Kalau diingat-ingat lagi sosok remaja seperti Halilintar mengingatkannya pada seseorang yang pernah dia tolong.

Kabar terakhir yang dia dengar pasien itu melarikan diri, tapi Angin tidak percaya, orang sekarat mana yang bisa keluar rumah sakit.

Dia hanya bisa berharap pasien itu kembali pulang dengan selamat ke keluarganya, itu lebih dari cukup.

Tiba di taman yang sepi daripada duduk di kursi yang ada, Halilintar malah memilih duduk di ayunan yang kosong.

Angin mengikuti duduk di sebelah ayunan yang kosong, hening sejenak tidak ada yang memulai pembicaraan.

Manik biru itu menerka-nerka apa yang ingin Halilintar tanyakan.

"Apa soal tugas? Tapi, dia anak ranking di kelas," batin Angin.

Rasanya mustahil seorang Halilintar menanyakan perihal tugas.

"Apa kau mengambil barang yang bukan milikmu?"

Dua Batas Sisi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang