Chapter 27 : Yang Berubah Selalu Ada

326 52 4
                                    

Boboiboy milik Monsta, meminjam karakternya saja untuk kepentingan cerita.

Alur cerita murni dari pemilik akun

Rate : T 17+

Genre : action, family, brother sibling, friendship, Hurt/Comfort.

Warning : typo, bahasa campur Indo Melayu, kesalahan tanda baca, tidak berhubungan dengan cerita original.

***

"Bersandar di masa lalu untuk bercerita, dan berdiri di masa depan untuk merangkai kata."

***

Ada saat dimana waktu berjalan dengan membawa kenangan yang tak dapat kembali, dan sosok yang sama dalam satu waktu.

Waktu bisa mengubah apapun, kenangan sesuatu, dan bahkan sifat seseorang.

Kita mungkin akan sadar dia yang dulu dekat dengan kita mungkin sekarang menjauh, kiat yang dulu sering tertawa bercanda, kini melihat kaku sebagai orang asing.

Seperti tak pernah saling mengenal.

Terkadang waktu membuat seseorang bisa berpikir untuk menutupi segalanya, karena waktu mengubah segalanya.

Gempa yang baru masuk ke dalam rumah dibuat terdiam dengan aroma harum yang berasal dari dapur, semerbak wangi coklat dan vanilla mendorongnya mendekat ke sumber wangi itu berasal.

Yang dia dapatkan adalah sosok kakaknya bermanik biru shappire sedang mengeluarkan sesuatu dari oven.

"Loh kapan datang? Maaf aku sibuk di dapur," kekeh Taufan menyadari kehadiran Gempa.

Gempa mendekat ke arah Taufan, dia mengamati biskuit yang baru matang dari oven, bentuknya cantik, dan wanginya membuat candu, tangannya sampai gatal ingin mengambil salah satunya.

"Hei, masih panas," tegur Taufan.

Gempa terkekeh kecil, hampir melukai dirinya sendiri jika tidak ditegur oleh kakaknya.

"Ada yang sudah hangat, itu dekat kak Hali."

Gempa sampai tak menyadari bahwa di dapur ada Halilintar yang duduk di meja makan dengan biskuit lain buatan Taufan.

"Sepertinya wangi biskuit itu menghipnotisnya, sampai tidak menyadari kehadiranku," keluh Halilintar.

Gempa hanya bisa menggaruk belakang kepalanya, dia akui memang wangi biskuit buatan Taufan selalu menghipnotisnya, apalagi dia baru pulang dari rapat osis.

Masih dengan seragamnya, Gempa duduk di sebelah halilintar, dia mencomot satu biskuit yang warnanya cukup unik, biru kehitaman, wanginya tidak sekuat biskuit yang baru selesai di oven.

Gempa mencicipi biskuit yang Halilintar sudah habiskan setengah itu, namun yang dia rasakan adalah rasa kopi yang cenderung ke arah pahit.

"Tidak manis, terus agak pahit," komentar Gempa.

"Ya, kesukaanku," balas Halilintar tersenyum senang mengambil biskuit itu lagi.

"Kau tidak suka rasa itu ya? Kalau begitu yang ini saja, aku yakin rasanya lebih manis, itu memang khusus untuk Kak Hali, dia kan tidak suka manis," kekeh Taufan.

Taufan menyodorkan toples biskuit yang berwarna coklat muda dengan taburan choco chip, tentu Gempa tidak akan menolak, dia mencicipinya, dan rasanya sesuai dengan seleranya.

Dua Batas Sisi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang