Chapter 39 : Bongkar Semua Yang Busuk

149 38 2
                                    

Boboiboy milik Monsta, meminjam karakternya saja untuk kepentingan cerita.

Alur cerita murni dari pemilik akun

Rate : T 17+

Genre : action, family, brother sibling, friendship, Hurt/Comfort.

Warning : typo, bahasa campur Indo Melayu, kesalahan tanda baca, tidak berhubungan dengan cerita original.

***

"Pada akhirnya kita hanya selalu dihadapkan pada kenyataan bahwa sesuatu yang datang harus pergi tak menetap."

***

"Tetap saja tuan Putri, pembubaran Tapops tidak bisa dilakukan dengan mudah tanpa alasan jelas, hanya karena para pewaris elemental menyetujuinya, Tapops sudah berdiri sejak lama, pengaruhnya sudah cukup besar sebelum mereka datang."

Suara protesan dari alien di bangku timur memecah keheningan yang berlangsung setelah suara Solar tadi.

Kira'na hanya tersenyum anggun dengan protesan itu, ini bukan pertama kalinya dia mengusulkan untuk membubarkan Tapops, hanya baru kali ini seseorang menyetujuinya.

"Saya rasa mereka yang setuju bisa memberikan alasan yang masuk akal," ucap Kira'na melihat pada Halilintar yang duduk tak jauh darinya.

Halilintar menyadari tatapan itu, dirinya tidak tahu bagaimana sistem Tapops berjalan di sini, namun di realitasnya sendiri Halilintar memiliki alasan kuat kenapa dia keluar dari Tapops.

"Saya sendiri menyarankan pembubaran Tapops karena kita terlalu bergantung pada Tapops, satu galaxy mungkin lebih tepatnya bergantung pada pemilik kekuatan elemental, dari generasi ke generasi, dari penerus pertama, sampai seterusnya, mengapa Tapops begitu tamak untuk merekrut semua pewaris elemental?"

Yang satu ini, Halilintar akan menyalahkan kapten Voltera, remaja bumi itu terlalu naif untuk menyatukan kekuatan para pewaris untuk menghancurkan Tapops dari dalam, dan ketika rencananya gagal, dan semua pewaris justru di bawah kendali Tapops, Halilintar Voltera tidak bisa lagi memikirkan rencana cadangan.

"Ada yang bisa menambahkan?" tanya Kira'na menunjuk pada bangku anggota Tapops lain, ke lima orang yang di tunjuk saling menatap satu sama lain.

Sampai akhirnya Gempa yang pertama kali berdiri, membuat semua mata langsung menyadari bahwa remaja itu adalah pewaris elemental tanah dari quabaq yang dikabarkan hilang itu.

"Jika saya boleh menambahkan, salah satu kesalahan terbesar Tapops adalah meluluskan kami para pewaris elemental, aku mengikuti ujian kental di Tapops, aku ada di kondisi di mana semua nilaiku begitu buruk karena kondisi kesehatan jiwaku, tapi mereka meluluskannya dengan alasan konyol, saya yakin itu hanya alibi untuk mempertahankan diriku sebagai pewaris elemental tanah."

"Power sphera." Ice ikut berdiri dari sejajar dengan Gempa, pandangan yang teduh menatap ke depan dengan nada malas.

"Memang jelas judulnya kalau Tapops itu, Tracker and Protector of Power Spheras, tapi apa benar mereka melindungi? Menurutku itu lebih seperti markas penyimpanan para power sphera."

"Aku setuju power sphera memang tidak boleh di salahgunakan, tapi jika pada akhirnya semua power sphera disimpan, dan digunakan untuk keperluan Tapops saja bukankah itu sama saja dengan mengoleksi untuk keperluan pribadi?"

"Ice!" Gempa tidak ada menduga kalau Ice membahas topik ini, terlalu sensitif.

"Sejatinya power sphera diciptakan dengan tujuannya, dengan kekuatannya, seharusnya jika Tapops memang ingin melindungi power sphera, mereka tidak hanya menyimpannya, mereka tetap membiarkan power sphera hidup sesuai sejatinya dia diciptakan."

Untuk kedua kalinya semua orang dibungkam dengan pernyataaan Ice, sampai Kira'na bertepuk tangan pada penjelasan Ice.

"Itu bisa kita masukan untuk menguatkan pembubaran Tapops," ucap Kirana tegas.

"Menurutku agak aneh, usiaku dengan yang lain, juga dengan Kapten cukup muda ... maksudku begitu kami lulus ujian kental, kami langsung diminta terjun ke dalam pertarungan, bukankah itu tidak boleh?" tanya Thorn menatap pada Kira'na.

Kira'na mengangguk pelan, tatapannya kembali pada semua orang. "Jelas bahwa Tapops juga mengabaikan persyaratan soal batasan umur untuk terjun ke pertempuran, membiarkan anak-anak bertarung di garis depan, itu bukan keputusan bijak."

"Ada lagi yang ingin menambahkan?"

Suasana kembali hening, tangan Solar ragu terangkat karena sedikit bergetar, ada keraguan dalam benaknya untuk menatap pada Halilintar, namun tangan Halilintar menyentuh tangan Solar, suara lembut Halilintar berbisik pada Solar.

"Sudah tahu ya? Katakan saja Solar, ayo selesaikan semua ini."

Binar keraguan masih ada dalam mata Solar, ini adalah fakta yang baru Solar terima, tapi Kapten seperti sudah mengetahuinya.

"Aku tidak mau, Kapten."

"Aku tidak mau kehilangan kapten."

Mata Halilintar menatap sesaat ruangan yang dipenuhi bisik-bisik pro kontra yang semakin memanas.

"Jika kau tidak mau bilang, aku yang akan menyerahkan diri," lirih Halilintar cepat.

"Kapten-"

Halilintar terlanjur berdiri, rahasia yang Halilintar Voltera tutupi, tapi dirinya yakin saat ini sang kapten ingin semua yang berbalut kebohongan dibuka untuk membebaskan dirinya dari rasa bersalah.

"Ada satu hal yang ingin aku akui."

Perhatian semua orang kembali tertuju pada meja depan, Solar sudah menggeleng tak setuju, membuat yang lain menatap bingung.

Pemilik kekuatan petir itu menutup matanya sesaat, lantas bersuara dengan sangat jelas pada semua orang yang ada di sini.

"Aku Halilintar Voltera mengakui, menjadi pelaku dari perseteruan puak Salju, dan puak Bara."

••••☆☆{Bersambung}☆☆••••

Note : chapter ini pendek, soalnya Aku baru kembali setelah menghilang, ya permulaan dulu, semoga minggu seterusnya aku bisa mulai konsisten up seperti biasa.

Jumpa lagi di chapter berikutnya.

Dua Batas Sisi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang