Chapter 30 : Perubahan Mendadak

273 50 10
                                    

Boboiboy milik Monsta, meminjam karakternya saja untuk kepentingan cerita.

Alur cerita murni dari pemilik akun

Rate : T 17+

Genre : action, family, brother sibling, friendship, Hurt/Comfort.

Warning : typo, bahasa campur Indo Melayu, kesalahan tanda baca, tidak berhubungan dengan cerita original.

***

"Bahkan jika aku bisa memundurkan waktu, takdirku sudah tertulis hingga bab terakhir, ini hanya tentang bagaimana aku menerima akhir itu."

***

"Kamu kenapa ada di sini?" Manik biru shappire itu terbuka, menatap sosok anak berumur 9 tahun, seumuran dengannya mungkin? Mendekatinya.

Kenapa dia ada di sini? Kenapa tidak menikmati pesta yang sedang berlangsung di Singgahsana Kupuri? 

"Sepertinya dia tidak suka pesta, tinggalkan saja." Anak lain datang, dia menatap Taufan dengan tatapan dingin.

"Ayo kita kembali, Gempa," ajaknya.

"Sebentar, Hali. Hei siapa namamu? Aku Gempa, ini Halilintar," tanya Gempa lembut.

"Taufan," balas Taufan pelan.

"Apa? Kapan? Tampan?" Suara pesta yang berisik membuat suara Taufan tak jelas.

"Kafan, namanya kain Kafan," ulang Halilintar.

"Bukan!" Taufan berdiri dari posisi duduknya.

"Taufan! Namaku Taufan. T-A-U-F-A-N, Taufan, selain itu bukan!" balas Taufan.

"Oh Taufan, oke. Kenapa kamu ada di sini?" tanya Gempa lagi.

Taufan kembali murung, dia menatap balai besar istana yang sedang ramai.

Pesta ulang tahun Kuputeri yang dirayakan oleh planet Windara hingga mengundang rekan dari planet lain, pesta yang sungguh hebat.

"Aku cuma tidak bersemangat," balas Taufan.

"Kenapa? Apa karena air mancur coklat? Kau tahu, ketika kita meletakan strawberry di sana, buah itu akan tertutup oleh coklat, sebaiknya buahnya tercelup ke seluruh coklat, biar tidak terasa asam," cerita Gempa.

"Bukan itu, lagipula dia penduduk asli sini, mana mungkin tidak tahu air mancur coklat," keluh Halilintar.

"Oh jadi bukan itu? Kenapa Taufan tidak bersemangat? Padahal coklatnya enak? Tapi buahnya memang asam," tanya Gempa menatap Halilintar.

"Bukan masalah coklatnya Gempa, kalau kau ingin lagi coklat itu, cepat ambil dulu," kesal Halilintar.

"Eh tidak kok, aku ambilnya bareng Halilintar saja," kekeh Gempa.

"Apa coklatnya enak? Aku belum mencobanya tadi?" tanya Taufan tergoda oleh cerita Gempa.

"Enak sekali! Apalagi ada kue, dan marshmallow, ketika dicelupkan ke coklat rasanya jadi enak sekali! Aku sarankan kita pakai itu saja, jangan buahnya," semangat Gempa.

"Aku pikir kita tidak sedang membahas coklat, jadi kenapa kau ada di sudut ruangan ... Fan, Taufan?" tanya Halilintar.

"Aku hanya tidak bersemangat, tidak ada yang mau menemaniku tapi orang tua itu memaksaku datang ke sini dengan pakaian tak nyaman," keluh Taufan.

Dua Batas Sisi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang