Chapter 26 : Dari Angin Untuk Halilintar

286 57 4
                                    

Boboiboy milik Monsta, meminjam karakternya saja untuk kepentingan cerita.

Alur cerita murni dari pemilik akun

Rate : T 17+

Genre : action, family, brother sibling, friendship, Hurt/Comfort.

Warning : typo, bahasa campur Indo Melayu, kesalahan tanda baca, tidak berhubungan dengan cerita original.

***

"Memaksakan sesuatu yang tidak sesuai aturan tidaklah benar."

***

"Yang ini kan?" Halilintar memandang sejenak jam yang bentuknya sama dengan miliknya, hanya jam itu tidak memiliki lambang elemental sepertinya.

"Iya," balasnya singkat.

"Kalau begitu aku kembalikan padamu, maaf mengambil jam milik adikmu." Angin menyerahkan jam kuasa milik Taufan pada Halilintar.

Manik ruby itu mengambil jam milik Taufan, dia mengamati jam yang terpisah dari pemiliknya, layarnya retak, dengan bagian pinggir yang sudah banyak bekas goresan.

Namun saat dia mencoba menyalakan jam itu, layarnya menyala tanpa lambang angin, jam ini hanya sebagai sistem komunikasi, dan sinyal.

"Terakhir kali aku mencoba menghubunginya sinyal jam tidak ada, itu artinya jam ini rusak, kau yang memperbaikinya?" tanya Halilintar.

"Iya aku atik-atik sedikit, tapi aku tidak mengerti cara menggunakannya, hanya sampai layar menyala saja," kekeh Angin.

"Kau cukup hebat, bisa memperbaikinya. Padahal komponen jam ini cukup sulit," puji Halilintar sesaat.

"Tidak juga, tapi syukurlah jam ini bisa kembali pada pemiliknya," balas Angin.

Halilintar memandang jam kuasa Taufan, benda ini sudah dia dapatkan, hanya tinggal bagaimana Reverse memberikan petunjuk lagi soal mencari Taufan di realitas nanti.

Namun satu hal mengganjal dalam benaknya, dia memandang Angin yang setia menunggu dirinya yang termenung tak bergerak seperti patung di sampingnya.

"Menurutmu ..." Angin memandang Halilintar.

"Kita sebenarnya teman satu kelas sejak empat bulan lalu, namun aku sama sekali tidak pernah berinteraksi denganmu, bahkan dengan anak kelas lain."

"Sejak Taufan pergi, aku merasa hidupku seperti kehilangan harapan, harapan untuk menjalani hidup sebagai manusia, menjalin ikatan sebagai saudara seakan kehilangan arah ketika sosok yang menginginkan hal itu malah pergi."

"Lalu apa artinya kehidupan kami setelah dia pergi? Apa arti kehidupan ini sebenarnya?"

Halilintar mempertanyakan banyak hal dalam hidupnya, mana yang salah? Bagian mana yang harus diperbaiki? Di mana dia harus mulai memperbaikinya?

Dia akui, dirinya salah dalam banyak hal, sikapnya, ucapannya, perbuatannya, dia ingin memperbaikinya, dia hanya bingung arah.

"Halilintar," panggil Angin sejenak.

Halilintar menunduk dalam, dia tersesat dalam pikirannya sendiri.

"Dibandingkan aku, kau sebagai sebuah kekuatan sudah melewati banyak kehidupan selama ini, kau pasti bisa melihat bagaimana sebuah kehidupan berjalan, ada yang berjalan baik, buruk. Semuanya bergantung pada dirimu sendiri, ke arah mana kau mengartikan arti kehidupan ini ..."

Dua Batas Sisi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang