Chapter 14 : Rapat Hangat

287 52 9
                                    

Boboiboy milik Monsta, meminjam karakternya saja untuk kepentingan cerita.

Alur cerita murni dari pemilik akun

Rate : T 17+

Genre : action, family, brother sibling, friendship, Hurt/Comfort.

Warning : typo, bahasa campur Indo Melayu, kesalahan tanda baca, tidak berhubungan dengan cerita original.

***

"Semua masalah ada jalannya, kalau tidak ada mungkin kau yang tersesat."

***

Langkah kakinya dibawa cepat hingga tiba di lorong F 6, Halilintar mengamati nomor pintu yang ada di sana sampai langkahnya terhenti tepat di kamar nomor 25.

Tangannya mengetuk dua kali, menunggu jawaban, namun tidak ada tanda pintu akan dibuka.

Halilintar kembali mengetuk pintu baja itu, kali ini lebih cepat.

"Tauf-Beliung, kita perlu bicara."

Kembali dia tidak mendapatkan jawaban, Halilintar akhrinya membuka pintu kamar dengan mode darurat.

"Aku ingin kau menjelaskan soal identitas kau sebelum masuk Tap-"

Ucapan Halilintar menggantung begitu maniknya menangkap ruangan kapal pecah, seperti baru terjadi penyerangan hingga buku ada di bawah, dengan bantal yang ada di sudut ruangan.

"Apa yang terjadi?" Halilintar yakin alarm keamanan tidak rusak.

Namun keadaan kamar ini tidak bisa dibilang baik-baik saja, kakinya melangkah masuk ke dalam melewati buku-buku yang berserakan.

"Beliung? Beliung!" panggil Halilintar.

Nyatanya pertanyaannya terjawab oleh sosok yang ada di sudut ruangan, meringkuk dengan memeluk lututnya, kepalanya ditutup dengan selimut.

"Beliung, ada apa?" Halilintar mendekat dia terdiam sejenak melihat tubuh itu bergerak, tangannya menyibak selimut yang menutup pengelihatannya.

"Ah Kapten, bukan apa-apa hanya bersenang-senang," balas Beliung.

Halilintar tentu saja tak percaya, apa yang disebut bersenang-senang ketika bekas air mata masih ada di pipi Beliung, dia bahkan yakin tangan itu bergetar kecil.

"Kau pikir aku bodoh, apa yang terjadi?" desak Halilintar.

Beliung bangkit dengan mendudukan dirinya, selimut putih itu dilepaskan dari tubuhnya, manik biru shappire itu tersenyum sinis.

"Hanya kebiasaan yang belum menghilang, aku seperti orang stres kalau sudah begitu, Kapten mungkin harus terbiasa dengan kamar berantakanku," kekeh Beliung.

Halilintar menatap bingung, ingin membalas namun dia tahan, entah mengapa melihat senyum sinis itu, dirinya ragu untuk membantah.

"Jadi ada apa, Kapten?" Beliung berdiri dengan melipat selimutnya.

Halilintar ikut berdiri, dia tak langsung membalas, malah memungut buku yang berserakan.

"Jangan menyusahkan dirimu, Kapten," ucap Beliung.

Halilintar tak membalas, dia membereskan buku yang tercecer di lantai, dia ingin menanyakan identitas Beliung.

"Besok pagi kita ada rapat  jam 10 pagi, jangan sampai terlambat."

Dua Batas Sisi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang