Boboiboy milik Monsta, meminjam karakternya saja untuk kepentingan cerita.
Alur cerita murni dari pemilik akun
Rate : T 17+
Genre : action, family, brother sibling, friendship, Hurt/Comfort.
Warning : typo, bahasa campur Indo Melayu, kesalahan tanda baca, tidak berhubungan dengan cerita original.
***
"Bahkan ketika kehadiranmu tidak ada di sini, kenapa pikiranku selalu tertuju padamu?"
***
"Seperti yang aku katakan tadi, pencarian power sphera itu terlalu sulit, aku berusaha mengikuti petunjuk yang ada, titik terakhir keberadaanya tetap itu tidak cukup," jelas Ice dengan nada malasnya.
"Aku menyarankan kita berhenti saja mencari power sphera itu, menurutku itu hanya mitos, power sphera yang Kapten bicarakan bahkan tidak terdaftar dalam daftar seluruh generasi power sphera," saran Ice.
"Aku pikir juga begitu, baiklah kita hentikan dulu pencarian power sphera ini," balas Halilintar selesai menyimak, sedikit mendapat tanda terkejut dari Ice.
Jujur saja, ide gila apa yang sedang dilakukan oleh Halilintar di sini? Bisa-bisanya dia mau mencari power sphera yang wujud, dan informasinya tidak jelas, seperti mencari udara di luar angkasa, mustahil! Apa memang itu tugas seorang Kapten?
Halilintar rasa Kapten Kaizo saja tidak akan memikirkan hal itu.
Melihat Ice yang mulai duduk, dan mengetikan sesuatu pada layar hologram di ruangan ini, tempat mereka berkumpul, Halilintar melirik jam yang menunjukan pukul 9 pagi.
Sedikit merasa aneh, Ice yang dia kenal lebih sering berbaring di kasur, di sini dia bisa berkutat dengan misi yang pasti merepotkan, walau tadi dia sempat mengeluh, dia tidak membantah begitu mendapatkan perintah.
Suasana yang begitu kaku bagi Halilintar rasakan.
Dan karena Halilintar ada di sini, dia yang sementara menggantikan tugas si 'Kapten' itu, bersyukurlah dia tipe cepat belajar.
Berkutat dengan layar hologram juga, Halilintar menerima banyak pesan yang masuk baik secara formal, ataupun pribadi.
Di antara mereka membicarakan kerja sama, perjanjian, pertemuan, atau sekedar ingin berjumpa.
Sebisa mungkin Halilintar menjawab pesan itu, namun untuk pesan formal dia berpikir akan menyerahkan itu pada Solar.
Terdengar suara pintu terbuka, Blaze, dan Thorn ada di sana, mereka sibuk membicarakan soal hasil penelitiannya.
Manik orange itu tak sengaja bertemu manik cyan Ice, keduanya saling bertatap sejenak sampai saling mengacuhkan.
Halilintar mengamati diam-diam.
"Satu tim saja tidak membuat mereka akur," batinnya.
"Aku cukup terkejut begitu mulai menanam benihnya, dia tumbuh hanya dalam waktu satu jam, kau harus melihatnya Blaze," antusias Thorn menceritakan kegiatannya.
"Apa benih itu aman? Maksudnya tidak akan jadi monster, atau apapun itu?" waspada Blaze.
"Justru aku berharap dia tumbuh jadi monster, siapa tahu aku bisa menambah pasukan kekuatanku," terang Thorn.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Batas Sisi
ActionBukan Taufan, tapi Halilintar. Semua bermula dari takdir yang terus ditentang oleh dirinya, mau bagaimana pun dia berusaha mendapatkan akhir yang bahagia. Pada akhirnya skenario hidupnya akan berjalan sesuai yang ditulis oleh semesta. Sekalipun bena...