Chapter 22 : Dialog Dalam Gua

247 55 7
                                    

Boboiboy milik Monsta, meminjam karakternya saja untuk kepentingan cerita.

Alur cerita murni dari pemilik akun

Rate : T 17+

Genre : action, family, brother sibling, friendship, Hurt/Comfort.

Warning : typo, bahasa campur Indo Melayu, kesalahan tanda baca, tidak berhubungan dengan cerita original.

***

"Manusia tidak lepas dari kelemahan, dan aku membenci fakta itu."

***

Solar mundur perlahan, tubuhnya menegang panik, tidak. Dia tidak pernah takut akan musuh yang menyerang, dia adalah anggota Tapops yang lulus paling cepat, bahkan dibandingkan Halilintar, dia sudah terlatih selama 2 tahun.

Bahkan 10 musuh pun sanggup dia hadapi sendiri, tapi ini lain ceritanya ketika manik yang terpasang visor itu melihat hewan berkaki 8 merayap perlahan dari bebatuan di sekitarnya.

Tubuh yang berwarna hitam itu, menargetkan si kecil menjadi mangsa yang masuk ke sarangnya,

Tangan Solar bergetar sesaat, makhluk itu semakin mendekat ke arahnya, dia tidak mempermasalahkan ukuran hewan itu 10 kali lipat dari aslinya, tapi satu hal yang menjadi masalah.

"Aku takut laba-laba!" desis Solar, tangannya yang bergetar itu menembakan cahaya ke arah sang hewan.

Arah tembakan yang acak membuat laba-laba itu dapat menghindar, mulai memangsa Solar yang ada dihadapannya.

Tak memberikan kesempatan untuk berpikir ketika tanganya yang masih bergetar itu dipaksa berlari menjauh, sementara sang predator ada di belakangnya dengan jarak empat meter.

Solar kesal, kesal pada masa lalu yang membuatnya memiliki celah untuk menjadi lemah, dan bersikap pecundang.

Berkali-kali dia berusaha membidik serangga itu, namun kembali meleset, tangannya tak mau berhenti bergetar.

Seandainya saat itu dia tak melawan, Seandainya dia bersikap seperti anak baik sebelum Halilintar datang menawarkan tentang pelatihan Tapops.

Pria yang harus dia sebut ayah itu tidak akan menariknya ke tempat gelap, dan mengurungnya bersama laba-laba yang sudah tinggal lebih lama di sana, dibandingkan dirinya.

Sensasi hewan yang merayapi tubuhnya di tengah kegelapan sungguh menimbulkan trauma bagi dirinya.

"Solar menunduk!" Dengan manik yang berkaca-kaca itu Solar refleks menunduk.

Akar-akar berduri datang dari arah depan melilit laba-laba yang mengejarnya.

"Solar, kau baik-baik saja?" Thorn datang mendekat, namun tangan Solar terbentang ke depan.

"Ja-jangan mendekat, aku baik-baik saja," tahan Solar.

"Ada apa? Apa kau menangi-"

"Aku tidak menangis, aku panik!" kesal Solar mengusap kasar air mata yang hampir keluar dari sela matanya.

"Oke, tenang saja Solar. Semuanya aman, kau tidak perlu panik," tenang Thorn.

Namun kalimat si bendul tidak bertahan lama ketika laba-laba itu berhasil lepas dari Ikatan durinya.

"Gawat, aku akan berusaha menahannya, kau tembak dia Solar." Thorn berusaha mencari celah, namun Solar tidak bisa fokus, sejak tadi tanganya terus sibuk mengusap air matanya.

Dua Batas Sisi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang