03 : I'm Fine

53.7K 4.4K 56
                                    

Beberapa Minggu telah berlalu, kini Olivia sedang berada di kamarnya yang berada di lantai dua. Sudah dua Minggu lebih gadis itu berada di dunia fiksi ini dan alurnya belum di mulai.

Semenjak pulang dari rumah sakit gadis itu hanya berdiam diri di kamarnya. Bahkan selama ia sakit tidak ada seorangpun yang menjenguknya hanya. Bian, Ririn dan Nathalie yang selalu menjenguknya. Tanpa dijelaskan pun Olivia tahu kenapa kedua orangtuanya tidak ada yang menjenguknya, karena mereka sedang berada di luar negeri dan belum tahu tentang Olivia yang masuk rumah sakit.

Kata Bian, Olivia bisa masuk rumah sakit karena gadis itu sedang mabuk namun tetap bersikeras untuk pulang dan mengemudi mobil sendirian. Karena terlalu mabuk gadis itu tidak sengaja bertabrakan dengan mobil yang melintas di depannya.

"Besok ceritanya bakal di mulai, berarti gue mau harus hati-hati dan nggak ngebuat alur ceritanya hancur." gumam gadis itu sambil mengigit-gigit kukunya.

"Kan, siapa tau dengan gue yang tetap ikutin alur sampai selesai gue bakal kembali ke jiwa gue yang asli,"

"T-tapi gue nggak mau mati anjir, please  lah masa baru di part awal-awalan aja gue udah dead duluan!"

Oliv menghela napasnya kasar lalu berdiri dari tempat duduknya,  berjalan menuju lemari baju Olivia yang sekarang akan menjadi miliknya juga.

Oliv berdecak kagum melihat pakaian Olivia yang kebanyakan kurang bahan dan Oliv suka itu. Ternyata selera Olivia sama dengan seleranya. Kesamaan mereka yaitu, tidak menyukai baju yang oversize karena terlalu besar dan Oliv cepat merasa gerah jika memakai baju oversize.

"Nggak sia-sia gue nyangkut di raga lo Vi," ucap Oliv tertawa pelan. Kelihatannya memang seperti gadis liar tapi tidak dengan hatinya, Oliv itu lebih suka pakaian yang terbuka dari pada yang tertutup karena menurutnya percuma pake pakaian tertutup kalau dalamnya aja udah terbuka. Ytta aja.

Ketukan pintu dari luar kamarnya membuat Olivia kaget lalu berjalan membuka pintu kamarnya.

"Papa sama Mama udah pulang, ayo ke bawah, makan malam." seru Talitha dengan suaranya yang tampak sangat indah di dengar.

Olivia saja rasanya sangat ingin menangis mendengar suaranya. Talitha memang karakter utama yang sangat Olivia sukai karena sifatnya yang anggun dan sopan namun juga sedikit tidak suka dengan gadis itu karena Talitha tidak mau berbicara akhirnya Olivia yang asli mati padahal gadis itu tidak berbuat apa-apa padanya.

"Lo duluan aja, gue mau ganti baju dulu." ujar Olivia lalu Talitha mengangguk mengerti.

Olivia kembali menutup pintu kamarnya dan mengambil baju piyama berwana biru muda lalu memakainya tanpa berlama-lama lalu gadis itu keluar dari kamarnya menuju ruang makan.

Disana sudah ada kedua orangtuanya, dan juga Talitha yang sedang bercanda gurau. Olivia tersenyum miris mengingat Olivia yang asli tidak pernah akur dengan keluarganya sendiri. Kedatangan Olivia membuat ketiganya menoleh lalu seketika menjadi hening dan canggung.

"Olivia have you been well these few months?" tanya Karin, Mami Olivia dan Talitha, memeluk Olivia dan mencium pipi bulat Olivia singkat.

"Yes, I'm fine Mom."  jawabnya lalu duduk di samping Talitha. Walaupun dalam hati gadis itu berkata bahwa dirinya sekarang tidak baik-baik saja, sambil tersenyum paksa.

"Olivia, Papi ingin lihat hasil ulangan kamu." kata Agra menatap Olivia dengan tatapannya yang datar.

Olivia menegakkan tubuhnya kaku, percakapan ini sepertinya tidak ada di dalam cerita itu. Harusnya Papi nya ini bertanya pada Talitha bukan kepadanya.

"Stop Pi, tentang itu jangan di bahas sekarang!" kesal Karin melihat muka Olivia yang resah membuatnya tidak tega.

Agra berdehem pelan lalu mereka pun memulai makan dengan tenang tanpa ada suara. Setelah makan malam Olivia lalu pergi ke kamarnya tanpa mengucapkan sepatah kata pun pada mereka, membuat Agra geram karena anaknya yang satu ini tidak pernah berubah.

"Kenapa anak itu tidak pernah mau merubah sifat nakalnya!" Agra dengan kesal memukul meja membuat Talitha dan Karin kaget.

"Sudahlah, jangan desak dia terus-menerus untuk ubah sifatnya. Dia masih anak remaja SMA, wajar seperti itu--"

"Apanya yang wajar, Mama!" geram Agra semakin kesal.

"Dia itu harus di ajarkan sopan santun. Sifatnya sangat berbeda dengan sifat kita, karena dia...." pria paruh baya itu tidak lagi melanjutkan ucapannya, dan hanya bisa memendam emosinya yang mendalam.

Transmigrasi Olivia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang