10 : Calon suami

34.8K 3.1K 42
                                    

JANGAN LUPA BUAT FOLLOW DAN VOTMEN




HAPPY READING✨

"KAK OLIVIA BANGUN NGGAK LO!!"

"OLIVIA MAMI SAMA PAPI LAGI KELUAR, BANGUN KAK BANTUIN GUE NYUCI PIRING!!" teriak Talitha dari dapur terus memanggil Olivia.

Sedangkan Olivia, gadis itu masih setia menutup matanya dengan nyaman. Talitha mendengus kesal, mematikan keran air lalu berjalan menuju kamar gadis pemalas itu.

Mentang-mentang ini hari Minggu gadis itu bisa tertidur sampai jam 10 pagi. Sedangkan Talitha, gadis itu sibuk membersihkan karena Karin dan Agra sedang ada urusan penting entah apa itu.

"Olivia bangun!!" sentak Talitha melempari Olivia menggunakan sendal bulu-bulunya.

"Hm apasih Ta, masih subuh ini,"

"Subuh matamu!!"

"Bangun lo cepetan, enak aja lo nggak ngerjain apa-apa," Talitha membuka gorden kamar Olivia dan membantu gadis itu untuk bangun.

"Ta, Maafin gue yah," ujar Olivia menatap Talitha dengan mukanya yang ia buat seimut mungkin.

Talitha membuang mukanya ke sembarang arah, gadis itu masih kesal dengan kakaknya ini.

"Ini juga bukan kemauan gue--"

"Tapi ujung-ujungnya lo mau juga kan?" ketus Talitha sembari berdecih.

Olivia mengangguk pelan. "Iya, kan kasian nolak cogan."

"Terserah lo kak, gue kecewa sama kakak!" pungkas Talitha keluar dari kamar Olivia dan membanting pintu kamarnya dengan keras.

"Asyuu." gumam Olivia pelan.

"Hari Minggu gini enaknya healing." Olivia mengambil ponselnya yang berada di meja belajar lalu membukanya menggunakan sidik jari tangannya.

Semenjak Oliv menempati raga Olivia, gadis itu belum pernah sekalipun membuka ponsel Olivia dan baru hari ini. Olivia membuka aplikasi WhatsApp, matanya membola seketika melihat group Olivia yang sangat banyak dan membernya pun berisi anak nakal semua.

"Gila Vi, lo nakal banget anj gue emang nakal juga tapi nggak senakal lo yang sasimo deketin semua cowok."

Beralih lagi Olivia membuka aplikasi Instagram dan melihat akun Olivia yang punya banyak pengikut, namun gadis itu sama sekali belum memposting apa-apa di akunnya. Olivia menyerngit heran melihat satu pesan dari seorang cowok yang mengirim pesan padanya, menyuruhnya untuk berhati-hati.

"Siapa--"

BRAK....

"SETAN PUNYA PERASAAN GAK SIH?!" geram Olivia kaget melirik Talitha yang menatapnya dingin.

"Kak Nathan nungguin lo di bawah." kata Talitha lalu keluar dari kamar Olivia.

Olivia mendengus kesal gadis itu juga keluar dari kamarnya menuju ruang tamu. Diruang tamu ada Nathan dan juga Talitha yang sedang berbicara entah mengenai apa.

"Kenapa?" tanya Olivia tanpa basa-basi.

"Ngajak calon istri jalan-jalan, gak boleh?" tanya balik Nathan menatap Olivia dengan tatapan andalannya yaitu datar.

"Nggak, gue nggak minat keluar rumah mending lo ajak adek gue, dia minat keluar tuh," tunjuk Olivia pada Talitha yang hanya mampu terdiam.

"Gue ngajak lo, bukan adek lo,"

"Ck gue nggak mau!"

"Sama adek gue aja--"

"Gue maunya lo!"

"Tapi gue nggak mau, dan nggak bakal pernah mau!"

"Harus mau!"

"Nggak --"

"STOP!!" geram Talitha membuat keduanya terdiam lalu saling bertatap dengan muka permusuhan.

Nathan mendelik kesal, jika bukan karena permintaan Bunda kesayangannya untuk mengajak Olivia jalan-jalan Nathan mana mau, berdekatan dengan perempuan saja dia tidak pernah selain Bunda nya.

"Kak, nggak usah kek bocah deh bisa nggak kakak dewasa sedikit!"

"Gue nggak mau dewasa, umur gue aja yang dewasain gue, gue mau dan tetap jadi bocil yang nggak tahu apa-apa." sela Olivia santai sambil memakan snack yang ada di meja.

"Btw gue tetap nggak bakal mau jalan sama lo," ucap Olivia menatap Nathan sedari tadi sedang melihatnya membuat Olivia merinding.

"Jalan sama adek gue aja sana--"

"Sama calon suami nggak boleh nolak!" Nathan menarik tangan Olivia dengan lembut keluar dari mansion, membawa Olivia untuk masuk ke dalam mobilnya.

Olivia menggeleng ribut tidak mau tapi mendengar perkataan Nathan bahwa ini perintah dari Bunda Sekar membuat Olivia menyerah lalu mengikuti Nathan.

Talitha menatap punggung Olivia dan Nathan yang mulia tidak terlihat dari pandangannya. Menggenggam kedua tangannya dengan erat, mata gadis itu menyiratkan kesedihan, kemarahan, dan kekecewaan terhadap kakaknya Olivia.

Harusnya gue yang dijodohin sama kak Nathan bukan sama Olivia.

Transmigrasi Olivia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang