”Ternyata wahana paling menakutkan
adalah kehidupan.”•
•
•
•
•Olivia mendongak menatap Talitha bingung, sejak kemarin gadis itu seperti berubah, dari cara dia menatapnya dengan tatapan sinis, dan selalu menuduhnya yang tidak-tidak kepada Karin dan Agra.
Olivia ingin marah tapi tidak bisa, dia tidak boleh lepas kendali. Gadis itu kini tengah berada di kantin bersama keempat temannya.
"Vi, lo nggak makan?" tanya Ririn menatap Olivia sedari tadi melihat adek kelas yang tidak di ketahui nya.
"Lo punya masalah sama dia?" tanya Nada juga.
"Atau dia gangguin lo?" tambah Zora.
"Oh atau lo di bully sama itu cepu!?" sentak Nathalie memukul meja membuat mereka kini menjadi pusat perhatian para murid.
Olivia berdecak kesal gadis itu sangat muak terhadap sikap keempat temannya ini yang sangat posessive terhadapnya.
"Nggak!"
"Awas aja kalau di antara kalian ada yang berani nyentuh dia!" ancam Olivia menatap mereka satu persatu.
Mereka lalu mengangguk patuh. "Emang dia siapa?" tanya Nada dengan kepo.
"Dia--"
"Hai, gue gabung yah?" belum mendapat persetujuan dari mereka, Bian lalu duduk di samping Olivia.
Keempat nya menatap sinis Bian yang tiba-tiba datang. "Apa sih, sok asik lo." ketus Nathalie, memang Bian dan Nathalie itu tidak dekat sama sekali dan sering mempermasalahkan hal apapun.
"Sorry, gue nggak sok asik sama lo,"
"Idih emang gue merasa?!"
"Diem lo!" sentak Bian geram.
"Gue ke toilet bentar," pamit Olivia melihat Talitha yang baru saja keluar kantin, tapi sebelum gadis itu pergi, Bian lebih dulu menahan lengannya.
"Gue antar?"
"Nggak usah, gue bukan anak kecil." ucap Olivia tidak biasanya membuat mereka bingung, karena memang sejak jam pertama berakhir gadis itu hanya diam, biasanya dia yang akan berbicara banyak.
"Ngapain Vi?" tanya Zora.
"Nyari ilmu buat ngisi otak kosong lo!" delik Olivia lalu keluar dari kantin yang sangat padat.
Olivia mengejar Talitha di koridor kelas 10 yang lumayan ramai. Olivia berdecak kesal karena dia tidak lagi menemukan keberadaan Talitha.
Lalu gadis itu memasuki toilet kelas 10 untuk sekedar mencuci mukanya, sedikit menghilangkan rasa pening di kepalanya.
"Talitha...." Olivia buru-buru membantu Talitha berdiri. Padahal baru beberapa menit dia tidak bertemu dengan gadis itu, tapi setelah ketemu penampilan gadis itu sudah acak-acakan apalagi banyak bekas tamparan di pipinya.
Talitha menatap Olivia dengan tatapan bencinya. "Gue benci sama lo Vi, gue nggak suka sama lo!"
"Lo rebut semuanya!!" geram Talitha tertahan. Talitha menyentak tangan Olivia kasar.
"Maksud lo apa?"
"LO AMBIL SEMUA YANG GUE PUNYA VI,"
"DULU LO AMBIL KAK ARSEN DARI GUE! SEKARANG LO AMBIL KAK NATHAN JUGA!!"
"Mau lo apa sih kak!! Gue udah cukup sabar ngadepin sifat lo yang kelewatan friendly apalagi sampai ambil pacar orang lain!"
"STOP!! GUE NGGAK TAHU ARAH PEMBICARAAN LO YANG MANA!"
"GUE PUSING! GUE JUGA NGGAK TAHU APA-APA!!" sentak Olivia karena memang dia tidak tahu apa-apa, apalagi ingatan masa lalu Olivia yang asli tidak muncul dalam ingatannya sama sekali.
"Gue ngambil cowok siapa anjir?!"
Talitha meraung tidak jelas, memukul kepalanya keras dengan kedua tangannya. Olivia mencoba memberhentikan aksi Talitha yang nekad apalagi gadis itu berteriak, jangan sampai dia di tuduh membully Talitha, padahal nyatanya gadis itu yang melukai dirinya sendiri.
Talitha mendorong Olivia hingga gadis itu jatuh terduduk di lantai yang sedikit kotor.
"Ta, lo apa-apaan sih!!"
"OLIVIA!!"
Deg
Teriakan itu berasal dari Nathan yang sedang menatapnya tajam, di samping cowok itu ada Dirga yang juga menatapnya dengan tatapan datarnya. Jantung Olivia rasanya ingin berlari melihat keberadaan mereka.
"A-apa ini udah hari terakhir gue bernapas?" batin Olivia sedih tapi mau bagaimana lagi, ini memang sudah takdirnya mati ditangan sang pemeran utama pria.
"Lo kenapa bully adek lo sendiri hah?!" sentak Nathan mendorongnya hingga terjatuh, untungnya ada Dirga yang menahan tubuhnya agar tidak terjatuh.
Dirga menarik Olivia ke dalam dekapannya, memeluk gadis itu dari samping. "Jangan kasar sama cewek gue!" Olivia menatap Dirga kaget, rasanya ia semakin ingin pingsan melihat senyum manis yang tercetak di wajah lelaki itu.
"Mentang-mentang lo kakak kelas, lo bisa seenaknya aja!!"
"Gue nggak bully dia, Nathan dia sendiri--"
"Apa? Udah jelas-jelas gue lihat dengan mata gue sendiri!!"
"Waktu lo ngomong sama pacar gue udah habis!" sela Dirga membuat Nathan kesal, cowok itu memejamkan matanya sejenak untuk tidak emosi di depan Olivia, tapi dia sangat marah pada Olivia yang seenaknya saja membully adeknya sendiri.
Dirga tersenyum miring melihat Nathan yang sedang menahan emosinya. Di ingin Nathan meluapkan emosinya di depan Olivia, tapi dia tidak mau gadisnya ini ketakutan apalagi Nathan mempunyai dua alter ego yang bisa saja melukai Olivia dengan mudah.
Tadi Dirga diam-diam mengikuti Olivia, awalnya dia ingin menghampiri keduanya yang sedang adu mulut tapi otak liciknya itu seketika berjalan, dan berniat menemui Nathan. Memfitnah Olivia yang katanya sedang membully Talitha.
Ini juga supaya Nathan semakin dekat dengan Talitha, lalu Nathan mulai tidak menyukai Olivia dan Dirga akan lebih mudah untuk bisa memiliki Olivia sepenuhnya. "Minggu depan gue bakal ngelamar lo, cantik." bisik Dirga pada Olivia yang kinerja otaknya sepertinya tidak berfungsi lagi.
"Dih, sejak kapan lo jadi cowok gue?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Olivia
No FicciónOlivia si gadis nakal dengan citra buruk di mata semua orang. Suatu hari, ia mengalami kecelakaan dan masuk ke dalam dunia novel sebagai tokoh figuran yang hanya muncul beberapa kali. Namun, setelah sadar dari koma, Olivia merasa bahwa alur cerita d...