40 : Selfish

25.3K 1.4K 103
                                    

Di sebuah kamar yang redup cahaya, terdapat seorang gadis dan seorang pria yang duduk di sudut ranjang. Oliv, sang gadis, menatap dengan perasaan iba ke arah mantan pacarnya yang kini mengalami kecacatan buta, karenanya.

"Ren, makasih buat perjuangan lo buat pertahanin hubungan kita..... Gue minta maaf buat ucapan gue ini yang ngelukain hati lo," Oliv menjeda ucapannya.

"Gue tau, Liv, cinta emang nggak bisa terus di paksakan. Makasih buat lima tahun lebihnya...."

"Gue harap lo bisa nemuin cowok yang lebih utamain lo." lanjut Ren, Oliv pun tersenyum simpul, gadis itu mengelus tangan Ren dengan lembut.

"Dan gue kira setelah pertemuan kedua kita di dunia yang terasa nyata itu, lo bakal balik sama gue. Ternyata lo tetap sama aja," ucap Ren.

Oliv mengatupkan bibirnya dengan tangannya yang ingin sekali menampar wajah polos Ren. Seharusnya dia yang berkata demikian.

Air mata gadis itu kembali turun memikirkan hidup Ren tanpa dirinya, apalagi cowok itu kini mengalami kecacatan yang tidak terlalu parah, namun terlalu sulit untuk di sembuhkan terlebih dia belum mendapatkan donor mata yang sehat.

Oliv lalu segera melipat baju-baju Ren dan menyimpannya di lemari. Netra nya tidak sengaja melihat sebuah dos berisi foto-foto Ren dan Alexa, Oliv tersenyum miris ternyata Ren masih menyimpan foto-foto itu.

"Ren, lo masih simpan foto-foto kita nggak?"

"Masih,"

"Dimana?" tanyanya antusias sambil menatap Ren, walaupun Ren tidak bisa melihat Oliv tapi dia ikut tersenyum karena mendengar suara Oliv yang terdengar antusias.

"Di gudang, aman kok gudangnya tiap Minggu di bersihin." senyum Oliv langsung luntur seketika mendengarnya.

Ternyata sampai saat ini pemenangnya masih masa lalunya. Oliv sadar, memang lebih baik dia memutuskan hubungannya dengan Ren yang belum bisa melupakan masa lalunya. Padahal Oliv sudah sangat berharap Ren akan menjadi rumah keduanya namun perkiraannya ternyata salah.

"O-oh, hahah gitu yah..... Hmm kalau gitu gue pamit pulang yah, besok gue datang lagi." pamitnya segera keluar dari kamar Ren.

"Tapi, lo sering-sering ya datang ke sini," kata Ren dengan penuh harap.

"Gue gak bisa, Ren. Kita udah nggak ada hubungan apapun lagi, gue juga punya kesibukan lain,"

"Tapi Oliv, gue butuh lo. Cuman lo yang bisa ngertiin gue,"

"Tapi gue juga butuh di ngertiin, gue capek harus ngertiin lo mulu!" Oliv menghela napasnya berat, rasanya ingin menangis, tapi ini hanya masalah biasa jadi tidak perlu di tangisi.

"Aurel udah nyari pembantu buat lo kok, jadi tenang aja." ucapnya lagi sebelum menutup pintu.

Setelah itu Oliv meninggalkan pekarangan rumah Ren lalu menyetir mobilnya menuju kampus. Ini adalah hari pertamanya kuliah dan kemarin Om Roy sudah mendaftarkan nya.

Sampainya dia di parkiran khusus mobil, dia pun keluar dari mobilnya membuat para siswa-siswi yang belum memasuki kelas tercengang melihatnya. Melihat pakaian yang di kenangan Oliv sangat tidak sopan, terlebih dia memakai high heels bukan sepatu.

"Pagi Om." sapa Oliv tidak sengaja bertemu dengan Roy di depan kantor. Perlu di ingat bahwa Roy itu masih muda, umurnya masih 35 tahun dan dia juga termasuk dosen di kampus Oliv.

Pertemuan pertama Oliv dan Roy itu berawal dari Oliv yang menolong Roy yang sedang bertengkar dengan pacarnya yang sangat galak itu. Dan Roy mengaku bahwa Oliv adalah kekasih barunya membuat mantan Roy yang galak itu kesal lalu pergi. Pertemuan yang tidak sengaja itu membuat keduanya makin hari makin sering bertemu dan bertukar kabar, hingga pada akhirnya Oliv pun menganggap Roy sebagai kakaknya dan Roy tidak masalah, ya walaupun sedikit bermasalah karena Oliv memanggilnya Om.

Transmigrasi Olivia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang