13 : Dirga n Nathalie

30.2K 2.4K 10
                                    

Pagi ini Olivia berangkat ke sekolah bersama Nathan itupun dengan keadaan terpaksa karena mobilnya di sita oleh Papi nya.

Setelah sampai di parkiran sekolah, Olivia langsung keluar dari mobil Nathan dengan perasaan yang kesal. Nathan hanya tersenyum jahil melihat Olivia yang sedang kesal, lalu ikut berjalan di belakang gadis itu, untungnya mereka berangkat lebih awal jadi hanya beberapa murid saja yang melihat mereka karena memang ini masih sangat pagi.

"Pagi Olivia, yang cantik tapi masih cantikan gue!" sapa Ririn yang baru saja datang bersama Delvin.

"Cantikan gue, seksian gue di banding lo," ucap Olivia sinis melirik Ririn yang malah bergelayut manja di lengan kirinya.

"Lepas anjir gue mau ke kelas!" sentak Olivia membuat Ririn memberengut kesal.

"Istirahat nanti tunggu gue yah, kita ke kanti bareng!"

"Nathalie mana?" tanya Olivia heran.

"Dia tadi berangkat bareng Dirga katanya, nggak tahu mereka kemana belum sampai kali." ucap Ririn. Nathan menatap Ririn heran, adeknya berangkat ke sekolah bersama Dirga? Mustahil! Paling Nathalie sekarang sedang menunggu bus sekolah karena dirinya lebih dulu pergi tanpa menunggu gadis pemalas nomor dua itu setelah Olivia.

Mereka pun berpisah arah dan ke kelas masing-masing, Olivia menghela napas berat lalu duduk di anak tangga. Memikirkan ucapan Ririn barusan.

"Apa Nathalie suka yah sama Dirga?" gumamnya pelan.

"Hai," sapa seorang gadis menghampiri Olivia yang masih terdiam di anak tangga.

"Kenapa?" tanya Olivia bingung menatap kedua gadis itu.

"Lo Olivia kan?" tanya gadis berambut pirang, Olivia tidak menjawab karena gadis itu tahu bahwa mereka hanya berbasa-basi saja padanya. Memangnya siapa yang tidak mengenalnya di sekolah ini.

"Lo ada hubungan apa sama Dirga?" tanya gadis bernama Zora.

"Dan kenapa juga lo bisa dekat sama Dirga dkk? Apa lo orang yang berpengaruh di sekolah ini?" tanya gadis itu.

"Kalau lo murid yang berpengaruh disini gue mau temenan sama lo, mau manfaatin lo juga sih." ucap Nada, gadis berambut pirang.

"Sorry aja, tapi sekarang gue lagi krisis moneter." jawab Olivia dengan singkat.

"Tapi kenapa lo bisa-"

"Kepo lu berdua kurang kerjaan!" kesal Olivia lalu menaiki anak tangga menuju kelasnya.

"NAD KEJAR NAD KITA MASIH ADA URUSAN SAMA DIA!" sentak Zora dengan berteriak membuat murid-murid tidak lagi kaget akan tingkah laku keduanya yang seperti tarzan saja yang tinggal di hutan.

"LO JUGA KEJAR ANJIR!" pekik Nada lalu mereka berdua mengejar Olivia yang hampir tidak terlihat dari pandangan keduanya.

"Etsss, stop lo nggak boleh lari dari kita!" cegah Zora sambil cengengesan tidak jelas.

"Kurang obat." gumam Olivia menatap keduanya aneh.

"Apa lagi sih!?"

"Lo mau nggak temenan sama kita?" tanya Nada.

"Mau ya mauu....."

Keduanya menatap Olivia dengan tatapan memelas, tapi bukannya luluh Olivia malah mendelik kesal keduanya sangat mirip seperti panda yang kurang tidur.

"Gue mau aja, tapi lo berdua emang sanggup berhadapan langsung sama Ririn dan Nathalie?"  tanya Olivia mampu membuat keduanya terdiam.

"Bisa kok!" ucap Zora percaya diri.

"Oke, gue mau temenan sama kalian, asal uang lo berdua tebal."

Mereka kembali mengejar Olivia namun terhalang karena ketua osis tiba-tiba menghampiri mereka.

"Mau lari kemana lagi?" tanya Bian.

"Heheh nggak kemana-mana kok Bi, kita udah mau otw nih." ucap Zora lalu menarik tangan Nada untuk ke lapangan dengan cepat.

Zora dan Nada tidak ke lapangan untuk melaksanakan hukuman mereka, malah mereka ke belakang sekolah berniat untuk bolos.

"Gimana caranya supaya kita bisa dekat sama Olivia sih akhh!!" kesal Zora menghentakkan kakinya kesal.

Nada menatap kesal Zora, gadis itu menarik rambut Zora dengan sedikit kuat membuat gadis itu berjenggit kaget.

"APA SIH LO BANGSAT!!?"

"Diem lo babi!" geram Nada menatap Zora sinis dan yang di tatap malah senyum-senyum sendiri.

"Gini aja Nad, gimana kalau kita dekatin Glen aja kan-"

"Tujuan kita itu temenan sama Olivia bukan sama Glen dongo!" kesal Nada, tidak mungkin juga mereka berteman dengan Glen yang dinginnya melebihi Dirga dan Nathan apalagi Glen itu mantannya.

"STOP!! BISA NGGAK SIH LO JANGAN SEBUT GUE DENGAN SEBUTAN HEWAN YANG GAK PANTAS DI DEPAN MUKA CANTIK GUE!!"

"Kok lo emosi sih!?"

"Berani lo sama gue hah!!?" sentak Nada kembali menarik rambut Zora, kayaknya memang ini hobi Nada menarik rambut Zora.

"Ya makanya lo jangan mancing emosi gue bangsat!" Zora meringis sakit di kepalanya, ingin melawan tapi dia tidak bisa, bukannya takut tapi Zora tidak ingin menyakiti temannya sendiri.

"Ekhm." deheman seseorang dari belakang mereka membuat keduanya kaget lalu menatap cowok yang tadi berdehem.

"Jalan umum." ucap cowok itu dengan mata yang tertuju pada Nada.

"Emang jalan umum Glen, tapi kan lo bisa jalan di samping kita?" jelas Zora melihat seisi koridor yang lumayan luas.

"Oke." pungkasnya lalu meninggalkan keduanya yang saling terdiam.

Zora menatap kasian sahabatnya itu, gadis itu merangkul bahu Nada untuk menguatkan hati gadis itu.

"Udahlah Nad, percuma harapin Glen kembali percaya sama lo, itu cuman ilusi lo,"

"Dan lo harus ingat! Dia itu udah punya si kutu buku seorang jadi lo ngalah aja. Lagian lo cuman second female di hubungi mereka kan?"

"So, peran lo udah berakhir."

Nada hanya bisa tersenyum mendengar perkataan Zora lalu merangkul balik bahu Zora. Tujuan mereka sekarang adalah bolos sekolah dan ke mall untuk menghabiskan uang orangtua mereka yang tidak pernah habis.

"Makasih Ra, lo selalu ada di saat gue seneng." ucap Nada dengan tidak jelas.

Zora mendelik kesal mendengar perkataan Nada barusan. "Susahnya mana anjai,"

"Emang lo selalu ada disaat gue susah? Gak pernah Ra, jadi lo gausah kepedan!"

"Emang lo pernah susah Nad hah!? Hidup lo aja bergelimang harta gimana mau susah ogep lo tolol!"

"Maka dari itu bantu gue habisin uang bokap gue, gue pengen rasain hidup sederhana itu kek gimana Ra, lo mau cobain gak?" tanya Nada menatap sekilas Zora yang sedang berpikir.

"Udahlah kita cukup bersyukur aja karena kita masih diberi keluarga yang kaya raya." kata Zora dengan bangga.

"Iya deh serah lo."

Transmigrasi Olivia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang