38 : Long dream

12K 1K 9
                                    

Olivia membuka matanya dengan perlahan dan mengangkat tangannya untuk menutupi wajahnya yang terkena sinar matahari di pagi hari yang sangat cerah.

Matanya menelisik seluruh ruangan bernuansa putih itu, dahinya menyerngit heran karena tidak tahu dia sedang berada di mana sekarang namun jika di pikirkan lagi sepertinya dia sedang berada di rumah sakit.

"Gue masih napas?" Gadis itu memegang kepalanya pusing sekaligus mencoba mengingat apa yang terjadi padanya hingga ia bisa memasuki rumah sakit.

"HUAA KENAPA LO LAMA BANGET BANGUNNYA LIV!!"

"LO NGGAK TAHU GUE ITU KESEPIAN TANPA ADA LO!" Olivia menutup telinganya karena merasa terganggu dengan teriakan seorang gadis yang tiba-tiba datang lalu memeluknya dengan erat.

Olivia menatap gadis itu lama lalu melebarkan matanya kaget, meraba-raba wajah gadis itu dan mencubitnya beberapa kali membuat sang empu berdecak kesal.

"AUREL? PLEASE JANGAN BANGUNIN GUE!" Teriak Olivia histeris semakin mengunyel-unyel pipi tembem Aurel yang tengah kebingungan.

Aurel menghentakkan tangan Olivia dengan kasar lalu mengusap air matanya kesal, gadis itu mencubit lengan Olivia dengan gemas.

"Hiks gila gue beneran mimpi."

"Tolol!!" umpat Aurel menjitak kening Olivia.

"Ais....ANJ SERIUSAN!!?"

"SERIUS LIV!!"

"AKHHH AUREL SAYANGNYA GUE KANGEN BERAT!!"

"GUE JUGA!!" keduanya saling berpelukan tanpa menghiraukan sang dokter yang menatap mereka bingung.

"Maaf, pasiennya saya periksa dulu." ucap sang dokter membuat mereka saling melepas pelukan lalu Aurel berpindah tempat.

"Keadaan pasien sudah cukup membaik walaupun kemarin pasien sempat mengalami kritis, namun kami bisa menanganinya."

"Pasein akan pulang dua Minggu lagi, kalau begitu saya pamit dulu." pamit dokter lalu keluar dari ruangan.

"Gue koma udah berapa lama?" tanya Olivia/Oliv. Anehnya setelah bangun dari koma, ia tidak merasakan apapun, entah itu kesakitan atau kelemasan di badannya.

"Hmm, tiga bulan lebih dan lo tau nggak?!" tanya Aurel heboh.

"Nggak lah, lo aja belum bilang,"

"Lo udah lulus anjir!!"

"L-lulus? SMA??" kaget Oliv, bagaimana bisa ia lulus SMA jika dia sendiri saja belum melakukan ujian.

Aurel memutar bola matanya malas melihat kelemotan Oliv. "Lo tau kan Om lo itu kek gimana, ya jadi lo bisa simpulin lah."

Oliv lalu tersenyum bangga membuat Aurel bergidik ngeri karena tahu apa yang sedang gadis itu pikirkan.

"Gue ngeri Liv, jangan deketin dia lagi deh,"

"Kenapa? Lagian dia banyak uangnya jadi harus di manfaatin." ucapnya dengan santai.

Om yang Aurel maksud itu tidak ada hubungan darah sekalipun dengan Oliv, tapi Oliv menganggap Roy sebagai Om nya karena Roy selalu memberikan apapun yang gadis itu minta, membuat Oliv senang karena mempunyai seseorang yang masih perduli dengannya selain Aurel.

Senyum Oliv seketika sirna ketika kembali mengingat apa yang ia alami beberapa hari yang lalu. Apa selama ini dia hanya bermimpi, namun kenapa semuanya terasa seperti nyata. "Dirga?"

"Dirga siapa?" tanya Aurel bingung.

"Rel, Dirga gimana? M-maksdunya dia--" Gadis itu tidak lagi melanjutkan ucapannya, air matanya tiba-tiba jatuh membuat Aurel panik.

"Eh kenapa sih Liv, Dirga siapa?"

"Dirga--"

"Harusnya lo tanyanya in kabar kakak gue Ren gimana sekarang bukan malah nanyain orang yang gue aja nggak kenal siapa." ujarnya.

"Aurel, Dirga itu--"

"Siapa sih tuh orang! Atau jangan-jangan lo selingkuhin kakak gue." sentak Aurel sambil menatap Oliv tajam.

Oliv menundukkan kepalanya sambil menghapus air matanya dia bergumam pelan. "Kebalik, malah kakak lo yang selingkuhin gue, Rel."

"Siapa?"

"Alexa." Aurel mengepalkan tangannya emosi, dia menyesal memperkenalkan kakaknya dulu dengan Alexa. Aurel sangat tidak menyukai Alexa, kedatangan gadis itu membuat kakaknya selalu merasa direpotkan karenanya.

"Ren gimana. Dia udah baikan?" tanya Oliv mengalihkan pembicaraan dan tidak mau kembali membahas tentang Dirga, jika dia memberitahu Aurel yang ada dia akan di katakan sedang berhalusinasi.

"Dia cuman pingsan beberapa hari, tapi setelah kakak gue tahu lo koma, dia frustasi banget sampai-sampai dia ngalamin kecelakaan yang kedua kalinya lagi. Lo mau tau apa yang terjadi setelah itu?" Aurel mengubah mimik wajahnya menjadi suram membuat Oliv tahu pasti ada hal yang terjadi pada Ren.

"D-dia buta Liv, hiks..... G-gue nggak nyangka kondisi dia bisa separah itu," Oliv memeluk Aurel dengan mengusap punggung gadis itu membuat Aurel semakin mengeraskan tangisnya.

"T-tapi masih bisa di sembuhin kan?" Aurel mengangguk lalu perdetik menggeleng.

"Ayo keruangan Ren,"

"Tapi lo belum sembuh total--"

"Ck tubuh gue nggak selemah yang lo kira, udahlah buruan bantuin gue berdiri." desak Oliv tidak sabar ingin bertemu dengan Ren dan ingin menanyakan sesuatu yang sangat penting.

Aurel pun membantu Oliv untuk berjalan, Oliv rasanya sangat kaku untuk berjalan kembali setelah beberapa bulan tidak berjalan karena koma. Dia merasa seperti sedang belajar berjalan.

"Aneh tapi nyata." ucapnya meringis ngilu ketika Aurel memakaikannya sandal jepit.

"Apaan?"

"Apa?" tanya balik Oliv.

"Ya apa?"

"Apaan sih?!" kesal Oliv tidak mengerti dengan apa yang Aurel bahas.

"Dirga, maksud gue siapa Dirga?" tanya Aurel membuat Oliv membuang mukanya ke sembarang arah.

"Ceritanya panjang Rel, gue ngomong yang sejujurnya pun lo nggak bakal pernah bisa percaya."

_________________________


Jangan lupa buat vote, komen dan follow yaa..... Btw aku sedikit ada niat buat private cerita ini dan yang bisa baca part selanjutnya cuman yang follow aja.

Jadi follow juga yaahh, ga maksa dan gak terlalu penting juga◜⁠‿⁠◝⁠ 

Thanks, see you next part. Aku usahain bakal update lebih cepat lagi^⁠_⁠^

Transmigrasi Olivia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang