08 : Pernyataan bukan pertanyaan

41.3K 3.7K 32
                                    

"Itu pernyataan bukan pertanyaan."

"Lo gila? Atau biasa lo minum obat apa? Kok bisa abis?" cerocos Olivia kesal karena sejak memasuki area sekolah, Dirga selalu mengikutinya membuat Olivia sedikit risih.

Bahkan saking menempelnya Dirga pada Olivia, sampai-sampai Dirga mengikuti Olivia kemanapun gadis itu pergi. Nathan dkk juga heran dengan sikap Dirga pagi ini dan mereka merasa Dirga ada hubungan dengan Olivia begitupun juga dengan pemikiran murid-murid yang melihat keduanya.

Kini mereka sedang berada di kelas dua belas ips tiga, menemani Dirga yang sedang bucin pada Olivia. Nathan menghela napasnya berat yang keseribu kalinya, lalu Glen yang asik membaca novel dan Delvin yang sibuk bucin juga di kelas Ririn.

"Obat gue ada di lo,"

"Gue nggak simpan obat lo--"

"Ini obat gue," tunjuk Dirga pada bibir cherry Olivia, refleks gadis itu menutup mulutnya menggunakan tangannya.

"Ngadi-ngadi lo, sana ke kelas udah mau bel masuk!" usirnya sambil mendorong bahu Dirga untuk keluar kelasnya.

"Istirahat nanti bareng gue ke kantin!"

"Ogah, gue bareng Bian!" tolak Olivia.

"Oke." pungkasnya keluar dari kelas Olivia di ikuti Nathan dan Glen.

Olivia bernapas lega dan kembali duduk di tempat duduknya yang berada di bagian belakang. Gadis itu menelungkup kan kepala di meja lalu memejamkan matanya.

✨🍃

KRINGGG

Bel istirahat pun berbunyi Olivia mengeluarkan ponselnya untuk mengirim pesan pada Bian. Setelah beberapa menit Bian pun membals pesan Olivia yang membuat mood Olivia turun.

Olivia berjalan sendirian menuju kantin untuk mengisi perutnya yang kosong, Bian tidak bisa ke kantin bersamanya karena cowok itu sedang sibuk.

"OLIVIA" teriak seorang gadis memanggil nama Olivia membuat Olivia kini menjadi pusat perhatian para murid yang ada di kantin.

Olivia dengan langkah yang tidak semangatnya menghampiri Nathalie dan Ririn yang duduk di meja yang sama dengan Dirga dkk.

Soal hubungan pertemanan mereka kini kembali membaik, percuma juga Olivia menghindar dari mereka yang malah semakin membuat mereka menempel padanya.

Olivia duduk di tengah-tengah antara Nathan dan Dirga, di depan mereka ada Ririn, Delvin, dan Nathalie, Glen tidak ada karena cowok itu jarang ke kantin dan lebih banyak menghabiskan waktunya di perpustakaan.

"Lo mau pesan apa, gue pesenin sekalian?" tanya Nathalie.

"Yang bisa di makan," ucap Olivia seadanya membuat Nathalie ingin menjitak kening gadis itu tapi Dirga menahan tangan Nathalie.

"Samain punya gue."

Nathalie berdehem gugup lalu menarik tangan kakaknya, Nathan untuk pergi ke stand makanan. Setelah beberapa menit keduanya datang dengan membawa makanan.

"Hiih gue nggak suka bubur!!" kesal Olivia mendorong pelan semangkok bubur itu agar jauh dari depannya.

"Makan!"

"Dirga gue nggak suka bubur, rasanya haram- eh garam, eh apasih!?"

"Hambar," koreksi Delvin.

"Nah itu, hambar ih gue nggak suka!" tolaknya kembali menjauhkan bubur itu namun Dirga kembali mendekatkan bubur itu pada Olivia.

"Makan!!" tekannya lagi.

Nathalie, Ririn dan Delvin menatap Dirga heran, kenapa cowok itu kelihatan seperti posessive terhadap Olivia.

"Lo aja, mending gue nahan lapar daripada makan makanan hambar!"

Dirga mengangguk lalu memakan bubur itu, mengunyah nya sedikit lalu menahan tengkuk Olivia untuk mentransfer bubur itu di mulut Olivia. Tapi Olivia dengan gesit menghindar dan menutup mulutnya tanpa sadar menggunakan tangan besar milik Dirga.

Tentu aksi Dirga yang nekad itu membuat seluruh murid menatap mereka heboh. Nathalie terbatuk-batuk melihat Dirga yang nekad.

Olivia seperti merasakan jijik pada diri Dirga. Dia paling anti dengan cowok playing victim!

"No Dirga!! Belum sah nggak boleh ngasal gitu!" ujar Olivia.

"Dosa woy nggak boleh!!" heboh Delvin.

"Nggak, ayok lanjutin Ga!" seru Ririn menambah.

"G-gue punya tangan bisa makan sendiri!" sentak Olivia dengan rasa gugupnya langsung memakan bubur itu dengan cepat.

"Good girl."

Olivia mati-matian menahan rasa ingin muntahnya, jujur bubur ini rasanya sangat hambar tidak ada rasa sama sekali.

"Biar bisa gitu, yaudah ayo nikah." ajak Dirga sedikit meninggikan bicara membuat para murid bersorak meneriaki Olivia dan Dirga.

"AYO GUE DUKUNG!!" heboh Ririn bertepuk tangan.

"Seratus persen!" tambah Delvin, berbeda dengan Nathalie dan Nathan yang hanya melihat saja.

"Ngaco anjir,"

"Lo kan tokoh utama pria, buat tokoh utama wanita, bukan buat gue yang cuman figuran sampingan." gumam Olivia dan hanya dirinya yang bisa dengar.

Transmigrasi Olivia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang