"Sebenarnya, gue itu seorang princess yang di titipkan di dunia ini untuk mengubah semua orang untuk menjadi baik."
"Ngomong yang serius, jangan main-main,"
"Mainnya ntar aja kalau lagi di kamar." lanjut Dirga membuat Olivia langsung memberhentikan tawanya, melirik Dirga dengan sinis lalu kembali memakan es mochi nya.
"Lo kan pintar, jadi pahami aja."
Dirga menghela napasnya berat, dia masih tidak menyangka dengan kenyataan saat ini. "Di dunia lo itu seperti apa?" tanyanya.
"Di dunia gue itu ada banyak orang, banyak hewan, banyak rumah, banyak--"
"Olivia!!"
Olivia cengengesan. "Di dunia gue itu beda banget sama dunia lo ini."
"Beda apanya?"
"Di dunia gue kebanyakan cowok nggak ber effort, sedangkan di sini effort nya lebih banget, contohnya lo. Gue udah nolak lo berkali-kali, tapi lo nggak pernah nyerah sama sekali,"
Kalau di dunia gue, di tolak sekali aja udah nyerah dan nyari yang lain."
"Lo ada niat buat balik ke dunia lo?" tanya Dirga lalu membuat Olivia terdiam tidak menjawab.
"Gue ikut yah?"
"Mana bisa?"
Dirga mengangguk cepat. "Bisa lah, kalau di usahain,"
"Nanti deh kalau gue udah nemu jalan pulangnya,"
"Gue ikut yah?" ucap Dirga membuat Olivia mengangguk.
"Janji lo?"
"Gue nggak bisa janji, dan nggak suka janji-janji!" ketusnya dengan menolak.
"Kalau janjinya sama gue, udah pasti bakalan di tepati,"
"Percaya sih, tapi kalau janjinya lo ikut bareng gue ya nggak mungkin."
"Olivia mana?" tanya Dirga lagi dan mengalihkan pembicaraan.
Olivia menggeleng tidak tahu kemana jiwa Olivia yang asli, apakah gadis itu menempati jiwanya juga atau bagaimana. Semoga saja tidak, karena Olivia tidak mau citra baiknya yang setipis tisu akan semakin tipis karena mengetahui sifat Olivia yang asli sangat bad girl melebihi dirinya.
"Jangan pergi, gue nggak tau kedepannya hidup gue kayak gimana tanpa adanya lo."
"Nggak ada yang tau takdir, Ga,"
Deringan ponsel Olivia tiba-tiba berbunyi gadis itu mengangkat telepon dari Ibnu, yang menyuruh mereka untuk kembali ke rumah sakit karena Glen sudah sadar.
Saat ini Olivia dan Dirga sedang berada di warung depan rumah sakit. Olivia lalu berdiri dari tempat duduknya dengan semangat yang penuh bahagia, walaupun Glen bukan kakaknya namun Olivia sangat senang karena mempunyai seorang kakak.
"Ayo Ga, Glen udah sadar!"
"Lo duluan aja, gue mau bayar makanan lo tadi." Olivia mengangguk lalu berlari dengan semangat menuju rumah sakit.
Dirga terkekeh gemas melihat tingkah Olivia yang tidak sabaran menunggu lampu berwarna hijau berubah menjadi merah.
Setelah menunggu beberapa menit Olivia lalu kembali berjalan namun karena tidak terlalu fokus menatap ke arah kiri dan kanan, sebuah bus besar tiba-tiba menabraknya membuat Olivia terlempar jauh tepat di pinggir jalan.
Kejadian itu begitu cepat membuat orang-orang yang sedang berada di jalanan, langsung mendekati gadis yang terkulai lemah di jalan dengan darah yang terus mengalir di bagian kepalanya.
Dirga yang melihat kejadian beberapa menit itu membeku di tempat, dengan jantung yang berdegup kencang. Depan mata dia melihat orang yang ia cintai terkulai lemah di jalan yang sangat ramai itu, mustahil Dirga tidak percaya ini nyata.
"Nggak mungkin!!"
"Gue salah lihat!!"
Dirga lalu bergegas menuju kerumunan itu dan menerobos masuk. Mata cowok itu langsung mengeluarkan cairan bening, dia tidak bisa menahan air matanya lagi.
Memangku kepala Olivia lalu mencoba menepuk pelan pipi gadis itu untuk tetap sadar sembari menunggu bantuan datang.
"Vi, j-jangan di tutup matanya yah, Please do not leave me."
Olivia tidak bisa berkata-kata lagi, matanya sangat ingin tertutup namun sekuat tenaga dia menahan matanya untuk tidak tertutup. Gadis itu hanya bisa tersenyum memandang wajah Dirga yang sangat panik bercampur ketakutan yang begitu dalam.
Dirga menggeleng kepalanya keras dia tidak mau Olivia menutup matanya. "JANGAN TUTUP MATA LO BANGSAT, SADAR VI!!"
Karena terlalu lama menunggu ambulans datang lebih baik Dirga segera menggendong Olivia menuju rumah sakit. Padahal rumah sakit tidak jauh dari tempat Olivia kecelakaan tapi kenapa mereka sangat lama datangnya.
Dirga berlari di koridor rumah sakit dengan mulutnya yang tidak pernah diam mengucapkan kata-kata pada Olivia agar gadis itu tidak menutup matanya. Sampainya mereka, Dirga langsung membaringkan tubuh Olivia di brankar lalu segera di masukkan ke ruang operasi untuk segera di tangani.
Sebelum pintu ruangan itu tertutup Olivia memegang tangan Dirga, menatap Dirga dengan senyumnya yang tidak pernah pudar walaupun kini muka gadis itu semakin pucat dan penuh dengan bercak merah.
"G-gue tidur ya, Ga, makasih lo--"
"Lo tega ninggalin gue?! Lo boleh tidur tapi harus bangun lagi!!" Olivia menggeleng tidak kuat membuat hati Dirga semakin mencelos dengan matanya yang semakin memerah.
"Gue harap bisa ketemu lo lagi."
"Kita bakal ketemu setelah lo selesai di periksa, gapapa, lo pasti sembuh kok,"
"Jangan tidur yah,"
"Maaf mas, pasien harus segera di tangani." sela seorang dokter lalu menutup pintu ruangan dengan sekuat tenaga karena Dirga bersikeras ingin ikut masuk ke dalam.
Dirga berteriak dengan sangat nyaring sembari memukul tembok dengan kuat membuat tangannya menjadi merah. Cowok itu tidak memperdulikan sekitarnya yang kini menatapnya dengan prihatin.
"Dirga, lo ngapain di sini?" tanya Shaka menghampiri Dirga yang sedang terduduk di depan pintu ruangan operasi, dengan kedua tangannya yang terus menghapus air matanya dengan kasar.
Saat akan berbelok menuju ruangan Glen, Shaka tidak sengaja melihat Dirga membuatnya penasaran siapa yang berada di ruangan itu. Namun tanpa mendapatkan jawaban dari Dirga pun Shaka akan tahu karena tidak ada seorangpun yang bisa membuat Dirga se panik ini selain Olivia.
"Kenapa bisa?" tanya Shaka mengelus punggung Dirga untuk menenangkan cowok itu.
Dirga menggelengkan kepalanya keras. "Olivia pasti sembuh kan?!"
"Olivia bakal sembuh Ga, lo tenang aja." ucap Shaka walaupun dia juga tidak tahu kejadian apa yang menimpa Olivia hingga membuat gadis itu bisa masuk rumah sakit.
"Dia udah janji gak akan ninggalin gue,"
"Sabar Ga, kita tunggu sampai dokternya keluar yah,"
"GUE NGGAK BISA, GUE PANIK, GUE TAKUT OLIVIA NINGGALIN GUE!!" Dirga kembali berdiri memukul tembok untuk melampiaskan emosinya.
"Stop Ga, lo nyakitin diri lo sendiri!!"
"Oliv--"
"Olivia nggak akan kenapa-kenapa Dirga!!" tegas Shaka menuntunnya untuk duduk di bangku.
Shaka menatap Dirga dengan prihatin, melihat temannya yang selalu minim ekspresi kini tengah menangis kan seorang gadis yang berhasil membuat cowok kasar seperti Dirga ini menjadi jinak seperti kucing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Olivia
NonfiksiOlivia si gadis nakal dengan citra buruk di mata semua orang. Suatu hari, ia mengalami kecelakaan dan masuk ke dalam dunia novel sebagai tokoh figuran yang hanya muncul beberapa kali. Namun, setelah sadar dari koma, Olivia merasa bahwa alur cerita d...