35 : Another World

11K 1K 3
                                    

"Pulang yuk." ajak Dirga yang sudah kesekian kalinya mengajak Olivia untuk pulang dan meninggalkan ruangan berbau obat ini.

Di ruangan Glen hanya ada Olivia, Dirga, Delvin dan Ibnu. Yang lainnya tidak ikut karena mempunyai kesibukan masing-masing, dan mereka akan datang di malam hari untuk menjenguk Glen.

Olivia menggeleng tidak mau dengan kedua tangannya yang masih setia menggenggam tangan Glen, tanpa ada sedikit niatan untuk melepaskan tautan tangannya. Dirga yang melihat itu tentu sangat kepanasan dan merasa gerah berada di ruangan ini, padahal ada AC namun, tetap saja dia merasa gerah.

"Duluan aja, makasih udah anterin gue--"

"Nggak. Gue nggak mau pulang sendiri!"

"Ck Dirga lo harus biasain belajar dewasa tanpa adanya gue, di samping lo." kata Olivia dengan suaranya yang ia buat selembut mungkin.

"Karena gue yakin, takdir gue itu ada di tangan lo." sambungnya lagi dengan bergumam yang membuat Dirga bingung karena tidak tau Olivia sedang berucap apa.

"Kita pulang bareng yah, percuma lo jagain orang yang buka matanya aja malas,"

Olivia berdecak kesal mendengarnya. "Gimana mau buka mata Ga, dia itu koma!"

"Gak sekalian titik aja gitu? Muak gue lihat dia caper mulu!" Dirga berdiri dari tempat duduknya menatap Glen yang masih memejamkan matanya.

"Siapa yang caper sih?!"

"Ya Glen lah, bangun lo nggak usah caper sama pacar gue!"

"Eh Ga, sadar woy dia teman lo sendiri!"

Delvin dan Ibnu dengan gerakan cepat menahan Dirga yang akan menghampiri Glen. Olivia memijit kepalanya pusing sekaligus stres melihat tingkah Dirga yang di luar angkasa.

"Lepasin gue anjing!!"

"Anjir ganteng-ganteng gini di bilangin anjing," kesal Ibnu dengan kedua tangannya terus menahan tubuh Dirga yang tampak sangat kuat. Sempat-sempatnya dia merapikan rambutnya yang berantakan.

"Ga, jangan cuman gara-gara cewek lo tega nyakitin temen lo sendiri!" marah Delvin.

"Gue gak rela pacar gue di sentuh, sama teman gue sendiri yang berkedok pengen ngambil Olivia dari gue!!"

"GLEN KAKAKNYA OLIVIA BANGSAT KENAPA LO NGGAK BISA BEDAIN?!" Delvin mengeraskan suaranya lantaran greget dengan sifat posesif Dirga.

"Nggak bisa!!"

"Ah udahlah asu gue capek!"  Ibnu membiarkan keduanya adu bacot, dan kembali ke tempat duduknya sambil memakan cemilan.

"Vi, gue nyerah, urusin tuh bayi besar lo."

Gadis itu menghela napas panjang, menarik tangan Dirga untuk keluar dari ruangan Glen lalu menutupnya dengan pelan. Dirga ingin masuk kembali tapi Olivia lebih dulu menahan tangan cowok itu untuk tidak kembali masuk dan membuat kekacauan.

Olivia memeluk Dirga untuk sedikit menghilangkan kekesalan Dirga, lalu di balas tidak kalah erat. Olivia jadi sesak napas jadinya karena pelukan Dirga yang sangat erat.

"Kenapa sih lo perhatian banget sama dia, giliran sama gue aja nggak pernah!"

"Dia kakak gue Ga, lo nggak usah berlebihan lagipula kita sekarang udah gaada hubungan lagi--"

"Siapa bilang? Lo itu pacar gue, sekalipun lo nolak ya tetap gue paksa!!"

"Itu namanya pemaksaan!"

"Ya emang pemaksaan."

"Gue nggak suka di paksa,"

"Lagian gue pernah nggak maksa lo buat terus ada di samping gue?" tanya Dirga di balas gelengan oleh Olivia.

"Selagi gue masih lihat muka lo, tiap hari aja gue udah nggak apa-apa, dan nggak maksa lo buat terus ada di samping gue,"

"Karena gue ngerti, lo juga butuh kebebasan."

"Lo ngerti, tapi kenapa lo gak ngerti kalau gue sama Glen itu adek kakak?" tanya Olivia pusing, dapat Olivia dengar decakan kesal dari Dirga.

"Karena Glen juga dulu pernah suka sama lo, tapi semenjak dia tahu kalau kalian berdua ternyata saudara, dia coba buat ngelupain perasaan dia ke lo,"

Olivia mengangguk paham. "Lo sayang gak sama gue?"

"Jelas lah, mau bilang melebihi sayang gue sama Mama gue juga nggak mungkin,"

"Kenapa nggak mungkin?"

"Lo kan tau hidup gue gimana Vi," ucap Dirga tersenyum kecil.

"Gimana apanya?"

Dirga menyerngit heran dengan pertanyaan Olivia yang tidak masuk akal. "Mama gue udah lama meninggal Vi, gue sendiri aja nggak pernah lihat muka dia dari kecil sampai sekarang."

"Jadi mustahil juga kalau gue bilang sayang gue ke lo melebihi sayang gue sama Mama,"

Olivia ber oh ria lalu menepuk pundak Dirga dan tertawa garing sambil menutupi kegugupannya karena di tatap tajam oleh Dirga.

"Kenapa lo bisa lupa?"

"Ya, lo tau kan kalau gue habis kecelakaan pasti, otomatis ingatan gue agak hilang." ucapnya dengan tersenyum canggung.

"Gak mungkin,"

"M-mungkin aja Ga,"

"Lo bukan Olivia yang gue kenal," gadis itu berjalan mundur saat Dirga semakin mendekatinya.

"G-gue--"

"Siapa lo sebenarnya? Olivia yang gue kenal nggak selugu ini."

"Gue lagi cosplay jadi cewek lugu." ucapnya dengan gagap.

"Jujur aja, lo siapa?" tanyanya lagi dengan tatapan mengintimidasi. Sebenarnya sudah jauh-jauh hari Dirga heran dengan sikap Olivia, yang tiba-tiba berubah, walaupun gaya dan cara bicaranya yang kasar tidak berubah namun Dirga merasa dia bukan Olivia.

"Gue Olivia, tapi versi bedanya aja." jawab Olivia seadanya. Jantung gadis itu berdetak tidak karuan dan berusaha sekuat tenaga untuk tenang.

"Lo ngerti kan?" tanya Olivia menatap Dirga.

"Gue Oliv, bukan Olivia." ucapnya lagi membuat Dirga semakin bingung dan berusaha mencerna perkataan Olivia.

"Ini bukan dunia gue,"

"Sorry Ga, gue harap kalau lo udah tau siapa gue sebenernya, lo bisa lupain gue--"

"Nggak mungkin. Sekalipun lo dari dunia lain gue nggak bakal pernah lepasin lo Olivia!!" Dirga menarik tubuh Olivia mendekat padanya.

Olivia melebarkan matanya kaget, kenapa jadi seperti ini, harusnya Dirga sadar dan mulai melupakannya. Kalau seperti ini dia akan semakin sulit untuk kembali ke dunia nyatanya dengan Gerlad.

"Ga, g-gue bukan Olivia--"

"Lo Oliv? Okey sekarang gue manggil lo Oliv!!"

"J-jangan,"

"Kenapa nggak boleh? Gerald aja manggil lo Oliv kenapa gue juga nggak boleh?"

"Karena dia tunangan gue--"

"Bacot!!"

"Besok stay di rumah, siap-siap gue datang ngelamar lo."

"Anjir ngomong jangan bener ntar jadi kenyataan!!" sela Olivia mendelik. "Lagian gue belum kenal lo terlalu dalam, dan lo pasti belum kenal sifat asli gue kan?"

Dirga tersenyum kecil. "Bagi gue, sifat lo ataupun Olivia itu sama, bedanya lo lugu sedangkan Olivia badas,"

"Tunggu!!"

"Jadi lo beneran percaya kalau gue bukan Olivia?!" kagetnya.

Dirga mengangguk. "Cuman lo orang yang gue percaya di dunia ini, selebihnya percaya setengah."

"Gue mau dengerin cerita lo yang sebenarnya."

Transmigrasi Olivia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang