“Terus sekarang kita ada di mana?” Tanya Cahya menatap sekeliling yang tampak asing.
“Jet pribadi aku. Kita akan terbang ke Italia.” Jawaban Elios sontak membuat Cahya menegang.
“Italia? Ke luar negeri maksud Kakak?” Tanya Cahya.
“Iya. Ke tempat kelahiran aku. Lagipula, tugas aku di sini sudah selesai.”
“Kok jauh banget? Nanti kalau Bu Nina nyariin Cahya gimana? Pasti nanti Bu Nina sedih,” Ucapnya dengan wajah yang murung.
Elios menangkup dagu gadis itu agar menatapnya. “Nanti kita akan bilang dan meminta izin. Tapi sekarang, kamu mau nurut 'kan sama aku?” Elios mengelus lembut kedua pipi gadis itu.
Cahya mengangguk dengan senyum kecil yang terbit di bibirnya.
Melihat itu Elios pun ikut tersenyum. Ia membawa kepala Cahya agar besandar di ceruk lehernya. “Sekarang tidur lagi, oke? Perjalanan kita masih sangat lama.”
“Tapi Molly?”
“Siapa Molly?” Tanya Elios.
“Boneka beruang punya Cahya. Masa Cahya pergi Molly-nya ditinggal,”
Elios tak bisa menahan senyumnya yang terus ingin terbit. Kenapa gadisnya sangat menggemaskan sekali?
“Nanti kita beli Molly versi baru saja, ya? Kita sudah jauh lho, masa mau balik lagi,” Usul Elios.
Dengan terpaksa Cahya mengangguk menyetujui. “Tapi Molly-nya harus sama, nggak boleh beda!”
“Iya sayang iya, nanti beli yang sama. Sekarang tidur dulu, oke? Aku akan menjelaskan semuanya secara lengkap besok setelah kamu tidur dengan cukup.” Ucap Elios yang diangguki oleh Cahya.
Tak lama, dengkuran halus dan teratur itu terdengar di pendengaran Elios.
Elios membaringkan tubuh Cahya dengan hati-hati. Ia menarik selimut guna menghangatkan tubuh Cahya.
Elios mendekat, ia mengecup kening gadis itu. “Sleep tight, baby.”
°°°°°
Cahya mengerjap-ngerjapkan matanya. Ia menatap langit-langit kamar dengan tatapannya yang khas bangun tidur.
Cahya memposisikan dirinya untuk duduk, ia menatap sekeliling yang sangat sunyi. Tunggu, tunggu! Kenapa kamarnya kini berbeda dengan yang semalam Cahya lihat? Apa Cahya diculik untuk kedua kalinya? Kali ini, siapa yang menculiknya?
Tak sadar, air mata Cahya turun membasahi pipi gadis itu. Cahya terisak sambil memeluk lututnya sendiri.
Gadis itu takut. Takut yang menculiknya kali ini adalah orang yang jahat. Kalau lelaki yang waktu itu Cahya selamatkan, sudah pasti laki-laki itu adalah orang baik karena memperlakukan Cahya dengan sangat baik dan sayang.
“Hiks... Cahya takuttt,” Gumamnya di sela-sela isakannya.
Tak lama, terdengar suara pintu terbuka. Elios terkejut ketika membuka pintu kamarnya, ia sudah mendapati gadisnya yang menangis sambil memeluk lututnya.
Elios menghampiri gadisnya itu dengan tergesa-gesa. “Sayang. Hey, kenapa menangis, hm?” Elios membawa gadis itu ke pangkuannya.
“Kakak!” Cahya memeluk Elios dengan erat. Menumpahkan tangisnya di sana.
“Hey, kenapa, sayang? Ada yang sakit, hm? Baby aku kenapa menangis?” Elios mengelus punggung gadisnya dengan lembut. Hatinya merasa teriris ketika mendengar gadis itu menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY BABY [END]
Teen Fiction[ SUDAH END DAN PART LENGKAP✅ ] [ 18+ ] "𝑮𝒂𝒅𝒊𝒔 𝒄𝒂𝒏𝒕𝒊𝒌 𝒅𝒂𝒏 𝒑𝒐𝒍𝒐𝒔 𝒊𝒕𝒖 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒎𝒊𝒍𝒊𝒌𝒌𝒖." -ᴇʟɪᴏs ʟᴀɴᴢᴏ sᴀʟᴠᴀᴛᴏʀᴇ- ⚠️ WARNING ⚠️ - Terdapat beberapa kata-kata kasar yang tidak di sensor. - Terdapat beberapa adegan keker...