042. Masalah Kelinci

12.4K 407 0
                                    

Elios dan juga Marcello menghela napas lega mengetahui kalau perusahaan Elios sebentar lagi akan kembali seperti semula.

Keduanya kini tengah menuju ruangan Elios, di mana pasangan mereka berada.

Elios membuka pintu ruangannya. Dirinya terkejut mendapati gadisnya yang tengah menangis di pelukan Casandra.

Elios dengan cepat melangkah mendekati gadisnya. Ia membawa gadis itu ke dalam gendongan koalanya. “Hey, sayang? Kamu kenapa, hm?” Elios mengelap air mata yang turun membasahi pipi gadisnya.

“Aya, hiks, bunuh kelinci... Hiks,” Cahya kembali menangis di ceruk leher Elios. Ia mempererat pelukannya pada Elios.

“Sebenarnya ada apa, sayang?” Tanya Marcello pada istrinya.

Casandra menghela napas berat.
“Tadi aku ajak Cahya ke rooftop. Cahya ingin berjalan-jalan mengelilingi area perusahaan, lalu aku mengajak Cahya ke rooftop sebagai tempat terakhir untuk dikunjungi. Cahya terlihat senang di sana karena mendapati beberapa hewan peliharaanmu, Elios. Cahya meminta izinku untuk membuka kandang kelinci, aku mengizinkannya dan membiarkan Cahya bermain dengan kelinci tersebut. Tetapi, kelinci itu malah kabur. Aku dan Cahya berusaha menangkap kelinci itu. Saat kelinci itu sudah terjebak, Cahya hendak menangkapnya, tetapi dia malah terjatuh karena tersandung kandang kelinci yang kabur dan membuat sikunya lecet akibat bergesekan dengan lantai. Aku mendekati Cahya dan membantunya untuk membersihkan lukanya. Tetapi kelinci yang sempat kabur tadi malah terjun ke bawah dan mengakibatkan kelinci itu mati di bawah sana. Karena itu Cahya terus menyalahkan dirinya sendiri atas kematian kelinci itu.”

Elios mendengarkan penjelasan Casandra dengan seksama sambil terus berusaha menenangkan gadisnya yang masih terus menangis.

Hiks, Kakak marah 'kan sama Aya? Aya minta maaf udah ngebunuh kelincinya.” Ucapnya dengan terisak.

Elios mendudukkan dirinya di kursi kerjanya. Ia menepuk-nepuk punggung gadis itu dengan lembut.
“Aku nggak marah, sayang. Jangan nangis lagi, oke? Aku bakalan marah kalau Aya masih nangis terus.”

Cahya berusaha menghentikan tangisannya ketika mendengar perkataan Elios barusan. “Aya, hiks, udah nggak nangis.” Ucap Cahya masih dengan isakannya.

Sttt, diam dulu, berhentiin nangisnya, baru aku mau maafin kamu.”

Cahya mengatur napasnya dengan bantuan elusan di punggungnya yang diberikan oleh Elios. Cahya menjauhkan wajahnya dari leher Elios. Ia mengelap leher Elios yang basah karena air matanya.

“Maaf,” Cicit gadis itu.

“Maaf untuk apa?” Tanya Elios.

“Leher Kakak jadi basah karena air mata Aya.”

Elios terkekeh pelan. “Enggak papa, sayang. Enggak perlu minta maaf, Aya nggak salah apa-apa. Kelinci yang mati itu juga bukan karena salah Aya. Itu emang udah takdirnya untuk dia mati. Jangan salahin diri sendiri lagi, ya?” Elios mengelus dengan lembut kedua pipi gadisnya.

Cahya mengangguk pelan dengan tersenyum tipis.

Elios mengelus siku kiri Cahya yang terdapat luka yang sudah diberi plaster. “Masih sakit?” Tanyanya.

Cahya mengangguk pelan.
“Lukanya perih kalau Aya gerakin tangan Aya.”

Elios mengecup pelan luka gadis itu yang tertutupi oleh plaster.

Cahya tersenyum manis melihat perlakuan manis yang diberikan Elios padanya. “Aya mau pulang,”

Elios mengangguk. “Ayo kita pulang.”

MY BABY [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang