018. Berdebat

26.4K 839 1
                                    

Elios membersihkan tubuhnya terlebih dahulu sebelum memasuki kamarnya untuk bertemu dengan gadisnya. Ia membersihkan tubuhnya di kamar mandi kamar lain.

Elios mendekat pada gadisnya yang masih tertidur pulas. Ini sudah memasuki waktunya jam makan siang, dan gadisnya tidak boleh melewati waktu makannya. Alhasil, Elios harus membangunkan gadis itu.

Elios meniup-niup telinga Cahya, membuat gadis itu sedikit terusik. “Sayang, bangun, yuk? Waktunya makan siang.” Bisiknya lembut.

Cahya membalikkan tubuhnya jadi memunggungi Elios. “Sayang, ayo bangun, kamu nggak boleh ngelewatin jadwal makan siang kamu.” Ucap Elios. Ia menggoyang pelan tubuh Cahya.

Gadis itu berdecak. “Aya ngantuk, Kak!”

Elios menghela napasnya berat. Gadisnya ini susah sekali dibangunin.

Dengan terpaksa Elios menarik tangan Cahya hingga gadis itu terduduk dengan muka bantalnya.

“Kakak, ih!” Kesal Cahya. Gadis itu hendak merebahkan dirinya lagi, namun sebelum berhasil, Elios sudah lebih dulu mengangkat Cahya ke pangkuannya.

Elios menangkup dagu gadis itu.
“Buka matanya, sayang.” Elios meniup wajah gadis itu membuat Cahya kesal.

Cahya memeluk erat leher Elios. Ia menenggelamkan wajahnya di ceruk leher laki-laki itu. “Aya ngantuk,”

“Nanti bobo lagi deh habis makan. Tapi sekarang Aya harus makan dulu, ya? Aku minta kamu nurut sama aku, boleh? Ini juga demi kesehatan kamu.” Ucap Elios lembut, membuat hati Cahya berdesir.

Cahya mengangguk membuat Elios tersenyum.

Elios langsung mengangkat Cahya dalam gendongan koalanya. Ia melangkah menuju meja makan yang di sana sudah ada Marcello dan juga Casandra.

“Lama sekali kau datang, kami berdua menunggumu!” Kesal Marcello ketika Elios mendudukkan dirinya di hadapan mereka.

“Aku tidak menyuruh kalian untuk menunggu.” Cueknya.

Marcello menatap sinis pada Elios yang terlihat menyebalkan di matanya.
“Kau tidak menghargai kami sama sekali.” Ketusnya.

Elios hanya mengangkat bahunya acuh. Ia memerintahkan pelayannya untuk menyiapkan makanan gadisnya.

Casandra mengelus lengan suaminya pelan. Menenangkan pria itu.
“Sudah, lebih baik kita makan saja.” Ucapnya yang diangguki oleh Marcello.

Pasangan suami istri itu sibuk menghabiskan makanannya masing-masing. Dan Elios sibuk menyuapi gadisnya yang makan dengan lahap. Elios akan makan nanti jika gadisnya sudah selesai makan. Ia akan mengutamakan gadisnya terlebih dahulu.

“Aya kenyang,” Ucap Cahya. Ia mendusel di dada bidang Elios.

“Tinggal dikit lagi lho, sayang, nanggung nih. Emang kamu mau nanti nasinya nangis kalau nggak dihabisin?” Tanya Elios dengan nada
sedihnya.

Cahya mendongak menatap Elios yang kini juga menatapnya. "Emang nasinya bisa nangis kalau enggak dihabisin?" Tanya Cahya tidak percaya.

Elios mengangguk cepat.
“Iya, kalau nasinya nggak dihabisin, nanti nasinya bakalan nangis, terus marah sama Aya. Emang Aya mau dimusuhin sama nasi? Kalau nanti Aya dimusuhin sama nasi, nanti Aya nggak bisa makan nasi lagi lho, karena nasinya ngambek sama Aya.” Ucapnya. Ia tahu jika gadisnya ini sangat polos dan mudah sekali percaya pada omongan orang.

Elios tersenyum ketika melihat wajah Cahya yang terlihat sedih. Sepertinya gadis itu mempercayai ucapan Elios.

Cahya menggeleng ribut.
“Enggak boleh! Nasinya nggak boleh ngambek sama Aya. Nanti kalau Aya nggak makan nasi, nanti Aya makannya nggak kenyang.” Ucap Cahya dengan suara bergetar.

MY BABY [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang