038. Tak Tahu Tempat

17.4K 413 6
                                    

Cahya mengerjap-ngerjapkan matanya menatap dua orang berbeda jenis kelamin yang tengah sibuk menutupi tubuhnya masing-masing.

Pemandangan yang baru saja dirinya lihat itu apa? Mereka melakukan apa? Kenapa keduanya berteriak begitu kencang dengan napas yang memburu? Dan juga... Kenapa mereka tidak mengenakan pakaian?

Elios menatap tajam kedua manusia itu yang tidak tahu malunya berhubungan badan di ruang tamu.

“Kak Marcel sama Kak Cassie lagi ngapain?” Tanya Cahya dengan polosnya.

Bahkan Elios lupa untuk menutupi mata gadisnya agar tidak melihat pemandangan di depannya.

Pasangan suami-istri itu mendadak otaknya menjadi buntu. Bingung harus menjawab pertanyaan gadis polos itu seperti apa.

Elios menghela napasnya berat. Elios melangkahkan kakinya dengan Cahya yang berada di dalam gendongannya ke dalam kamar mereka.

“Ih, Kakak! Aya 'kan lagi nanya sama mereka!” Rengek Cahya sebelum pintu kamar tertutup rapat.

Casandra dengan gemas memukul lengan kekar suaminya.
“Aku 'kan sudah bilang untuk tidak melakukannya di sini!”

Marcello meringis merasakan pukulan kecil istrinya. “Aku sudah tidak tahan, sayang. Kita akan lanjutkan di kamar saja.” Marcello tanpa aba-aba menggendong tubuh istrinya ala bridal style, membiarkan tubuh telanjangnya terlihat karena selimut yang mereka ambil digunakan untuk menutupi tubuh polos istrinya.

Sedangkan di dalam kamar Cahya dan Elios, Cahya terus menggerutu kesal di atas pangkuan Elios karena laki-laki itu yang tidak mau menjawab pertanyaannya.

Elios hanya diam saja tidak menanggapi pertanyaan dan gerutuan gadisnya. Mana mungkin ia menjawab jujur tentang kegiatan pasangan suami-istri itu tadi pada gadis polosnya. Biarlah gadis itu tahu dengan sendirinya saat mereka sudah menikah nanti.

“Kakak, jawab pertanyaan Aya!” Kesal Cahya. Dirinya menggigit kecil bahu lebar Elios.

Elios tetap bergeming. Ia tidak merasakan apa pun saat gadis itu menggigit bahunya.

Elios menghela napas lelah ketika mendengar suara isak tangis gadisnya. Entah kenapa, gadis ini jadi mudah menangis jika sedang bersama dirinya.

Elios dengan sabar mengelus punggung gadisnya pelan.
“Jangan nangis.”

Hiks, habisnya Aya didiemin!” Ucapnya dengan serak.

Setelah dirasa tangis Cahya sudah mulai mereda, Elios mengambil segelas air putih yang berada di atas nakas. Ia memberikan segelas air putih itu pada gadisnya.

Cahya menerima segelas air putih itu dari tangan Elios. Ia meneguknya hingga tandas. Elios menaruh kembali gelas itu di atas nakas.

“Sudah tenang?” Tanya Elios.

Cahya mengangguk pelan.

Elios mendekap tubuh gadisnya erat. Membiarkan gadis itu menduselkan hidungnya di ceruk lehernya.

Elios menyamankan kepalanya di ceruk leher gadisnya. Menghirup dengan tenang aroma strawberry yang memabukkan baginya.

Lama dalam posisi seperti itu membuat Cahya tak bisa lagi menahan kantuknya yang terus menyerang. Akhirnya, ia terlelap dalam dekapan Elios.

Elios tersenyum tipis ketika samar-samar mendengar dengkuran halus gadisnya. Tertidur juga gadis itu akhirnya.

Ya, Elios sengaja memberikan kenyamanan untuk gadisnya agar gadis itu cepat tertidur. Elios buntu jika gadis itu masih saja menanyakan hal yang sama pada Elios. Ya, tentang kejadian pasangan suami-istri tadi.

MY BABY [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang